TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Angin Gending yang selama ini dikenal sebagai ancaman musiman di wilayah Probolinggo, Jatim, kini secara resmi dialihkan menjadi sumber energi terbarukan. Energi itu melalui pemasangan Hybrid Wind Tree pertama di Indonesia, yang berdiri di pintu Exit Tol Kraksaan, Probolinggo, Jatim.
Pohon turbin yang menggabungkan tenaga angin dan matahari tersebut telah selesai dipasang dan menjalani uji operasional pada awal Juni 2025. Proyek inovatif ini diinisiasi oleh PT Jasamarga Probolinggo Banyuwangi (JPB) bersama kontraktor utama PT Adhi Karya (Persero) Tbk. Keduanya sebagai bagian dari pembangunan Tol Probolinggo–Banyuwangi (Probowangi) Seksi I Gending–Kraksaan.
“Ini bukan hanya tentang pembangkit listrik, tapi tentang transformasi energi lokal. Angin Gending yang dulunya dianggap mengganggu, kini dimanfaatkan sebagai sumber daya hijau,” ujar Humas PT Adhi Karya dalam keterangan resminya, Senin (9/6/2025).
Hybrid Wind Tree (pohon energi hibrida) merupakan teknologi turbin angin mikro vertikal yang dilengkapi panel surya mini di setiap unitnya. Struktur pohon ini terdiri dari 36 unit daun turbin (Aeroleaf) yang mampu memanen angin dari segala arah.
Kebutuhan angin dalam kecepatan rendah (mulai 9 km/jam). Pohon ini dilengkapi dengan sel surya yang menyerap energi matahari pada siang hari.
Dengan sistem ganda tersebut, pohon ini mampu menghasilkan energi sepanjang hari. Selanjutnya digunakan untuk menyuplai kebutuhan operasional di sekitar gerbang tol. Di antaranya, penerangan jalan, sistem pemantauan (CCTV), serta peralatan kantor pengelola tol.
“Pohon ini mampu menghasilkan energi hingga 3.000 kWh per tahun, cukup untuk mendukung efisiensi operasional tanpa ketergantungan penuh pada jaringan PLN,” ungkap Direktur Operasional JPB, Hari Santosa.
Instalasi tersebut merupakan pohon turbin pertama di Indonesia dan menjadi simbol infrastruktur hijau di jalur tol Trans Jawa. Sebelumnya, teknologi ini telah diterapkan di sejumlah kota besar dunia seperti Paris, Birmingham, dan Dubai.
Angin Gending merupakan fenomena angin musiman yang lazim terjadi di wilayah pesisir Probolinggo, terutama pada pertengahan tahun. Fenomena ini sering menimbulkan kerugian. Mulai dari robohnya pepohonan, terganggunya pelayaran, hingga ancaman kebakaran hutan.
Namun melalui analisis teknis dan studi lapangan yang dilakukan sejak 2023, proyek Tol Probowangi berhasil mengidentifikasi potensi angin lokal tersebut sebagai peluang pemanfaatan energi bersih. Pemasangan Hybrid Wind Tree menjadi bukti bahwa sumber daya lokal bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan.
“Pemanfaatan angin Gending menjadi daya listrik adalah bentuk adaptasi terhadap potensi alam. Ini langkah strategis dalam menghadapi perubahan iklim,” tegas Ir. Budi Darmawan, peneliti energi terbarukan dari LIPI Malang.
Menurut data BPPT dan BMKG, kecepatan angin di wilayah Kraksaan berkisar antara 2,5 hingga 4,5 meter per detik sepanjang tahun. Kecepatan itu cukup untuk mendukung kerja optimal turbin Aeroleaf.
Pembangunan pohon energi ini mendapat dukungan penuh dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), sebagai bagian dari implementasi infrastruktur hijau di proyek jalan tol strategis nasional.
Dalam pernyataan resmi sebelumnya, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyatakan bahwa pengembangan infrastruktur transportasi ke depan harus terintegrasi dengan pendekatan ramah lingkungan dan mendukung target nasional transisi energi.
“Kami mendorong semua BUJT untuk mengintegrasikan elemen energi terbarukan di setiap pembangunan jalan tol baru. Proyek seperti Wind Tree di Kraksaan ini adalah langkah konkret menuju ke sana,” ungkapnya.
Selain fungsi teknis, Hybrid Wind Tree diharapkan menjadi sarana edukasi publik mengenai pentingnya pemanfaatan energi terbarukan. Letaknya yang berada di titik strategis exit tol menjadikannya mudah diakses dan dilihat oleh masyarakat maupun pelintas jalan.
Menurut rencana, pengelola tol akan menambahkan informasi interaktif berupa QR code, papan digital, dan infografik di sekitar lokasi untuk menjelaskan cara kerja dan manfaat dari teknologi ini kepada pengunjung.
“Kami ingin setiap orang yang lewat bertanya, ‘apa itu?’ dan dari situ kesadaran akan pentingnya energi bersih mulai tumbuh,” jelas Koordinator Proyek Adhi Karya, Dimas Firdaus.
Setelah sukses pemasangan pertama ini, PT JPB bersama pemangku kepentingan menyatakan siap mengkaji pemasangan unit serupa di titik-titik rest area dan gerbang tol lain di sepanjang Probowangi. Bahkan proyek ini disebut akan menjadi studi percontohan nasional untuk pemanfaatan energi hybrid di sektor jalan tol.
“Kami ingin melihat tol tidak hanya sebagai jalur transportasi, tetapi juga sebagai koridor energi masa depan,” pungkas Hari Santosa. (*)