Geely Stop Ekspansi Pabrik Baru, Over Kapasitas Produksi EV
kumparanOTO June 17, 2025 05:20 PM
Raksasa otomotif asal China, Geely Auto menyatakan tidak akan menambah fasilitas pabrik baru baik di dalam negeri, maupun negara-negara internasional dalam waktu dekat. Alasannya, jumlah produksi tidak diimbangi dengan permintaan pasar kendaraan global.
Dilansir South China Morning Post, bos Geely Auto yaitu Li Shufu mengatakan langkah memperluas fasilitas perakitan tidak mungkin dilakukan di tengah kelebihan kapasitas produksi kendaraan asal China, utamanya mobil listrik.
Konglomerat itu juga mengungkapkan bahwa perusahaan akan menghindari pembangunan kapasitas berlebih dan sebaliknya berfokus pada peningkatan kemampuan teknologinya untuk menjadi pemain kunci mobilitas masa depan.
“Industri otomotif global terperosok dalam masalah kelebihan kapasitas yang parah, [jadi] kami telah memutuskan untuk berhenti membangun pabrik mobil baru,” ujar Li dalam sebuah cuplikan video konferensi.
Perbesar
Mobil listrik Geely EX5 di IIMS 2025. Foto: Sena Pratama/kumparan
Pernyataannya itu mencuat ketika Li menanggapi fenomena perang harga kendaraan baru yang begitu brutal di China beberapa waktu terakhir. Pemain besar seperti BYD, Leapmotor, termasuk Geely melakukan korting harga besar-besaran hingga 20 persen.
“Sebagai salah satu produsen mobil bensin dan listrik terkemuka di negara ini, keputusan Geely untuk menghentikan pembangunan pabrik baru tentu akan menginspirasi para pesaing lokalnya untuk melakukan langkah serupa guna memastikan pertumbuhan sektor otomotif yang sehat,” timpal CEO konsultan Shanghai Mingliang Auto Service, Chen Jinzhu.
Menurut Jinzhu, dengan mengurangi kapasitas, masalah yang timbul dari perang diskon yang amat parah juga dapat diatasi karena perusahaan tidak perlu memangkas harga kendaraan mereka untuk membersihkan inventaris besar.
Sementara itu, Li menambahkan bahwa kelebihan kapasitas di seluruh dunia dapat dimanfaatkan karena perusahaan menerapkan strategi globalisasinya dengan cara yang lebih bersahabat dan tentu saja mendapatkan margin profit lebih banyak.
Perbesar
Lini mobil Geely Auto. Foto: Geely Auto
Dia turut memperingatkan bahwa produsen BEV Tiongkok dapat kehilangan keunggulan mereka dalam kemampuan manufaktur dan biaya produksi jika risiko yang timbul dari kelebihan kapasitas dan penjualan yang lesu tidak dikelola dengan baik.
Geely Auto, yang juga menaungi sub merek-merek seperti Zekr, Lynk Co, Galaxy telah mengirimkan 2,18 juta unit mobil sepanjang tahun lalu. Naik 32 persen dibanding tahun 2023, penjualan BEV mereka melonjak 92 persen dari tahun ke tahun menjadi 888 ribu unit.
Tampaknya ini sedikit memupus harapan Geely Auto untuk segera mendirikan pabrik mereka sendiri di Indonesia. Beberapa waktu lalu, perusahaan menyinggung peluang untuk dapat membangun fasilitas perakitan mandiri.
"Indonesia punya syarat spesifik soal lokalisasi, yang mana ini termasuk dalam strategi penting kami," buka Vice President of Geely Auto, Michael Song ditemui di Ningbo International Speedpark, China akhir tahun lalu.
Michael sudah menjelaskan, Geely akan melihat kemungkinan tersebut sembari mempertimbangkan kebutuhan konsumen yang berubah-ubah, hukum yang berlaku, dan regulasi di Indonesia dengan produknya yang ada saat ini.
"Strategi pengembangan lokalisasi yang mendalam harus bersifat jangka panjang, sehingga saat merek kami hadir di Indonesia terlebih dahulu, kami berharap dapat menjadi merek yang dapat bekerja sama dan berkembang dengan pasar lokal untuk jangka panjang," jelasnya.
Opsi perakitan lokal tetap dijalankan oleh Geely Auto lewat produk perdananya yaitu EX5. Model ini telah dibuat di fasilitas kemitraan milik PT Handal Indonesia Motor, entitas yang juga dipercaya jenama China lainnya seperti Chery, Neta, hingga Jetour.