Cerita Pria Kena TB Otak, Sempat 'Koma' Sampai 12 Tahun
GH News June 18, 2025 08:03 AM

Martin Pistorius (49) di Afrika Selatan menceritakan pengalamannya terbangun setelah 12 tahun koma. Pada usia 12 tahun, Martin didiagnosis mengidap meningitis kriptokokus dan tuberkulosis otak.

Kondisinya terus memburuk hingga ia tidak bisa bicara, menatap orang lain, atau mengendalikan gerak tubuhnya. ia masuk dalam kondisi vegetatif dan sempat disebut tidak akan pernah bangun lagi.

Dalam sebuah kesempatan, Martin menggambarkan kondisinya seperti 'berusaha bangun dari mimpi tapi tidak bisa'. Ia mengatakan dirinya sebenarnya sadar, bisa mendengar, dan melihat apapun yang orang lain katakan di sekitarnya, tapi tidak bisa merespons.

"Saya bisa mendengar, melihat, dan memahami segalanya di sekitar saya, tapi saya sama sekali tidak punya kekuatan atau kendali atas apapun," cerita Martin dikutip dari Mirror, Senin (16/6/2025).

"Bagi saya, perasaan tidak berdaya sepenuhnya itu mungkin adalah hal terburuk yang pernah saya alami, dan saya harap tidak akan pernah merasakannya lagi. Rasanya seperti kamu tidak benar-benar ada, setiap hal dalam hidupmu ditentukan oleh orang lain," sambungnya.

Saat itu ia berusaha memberi tanda pada keluarganya jika ia sebenarnya sadar, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Ayah dan ibunya juga tidak pernah menyadarinya.

"Saya mencoba membuat ayah paham bahwa saya telah kembali, memaksa lengan saya untuk bergerak. 'Ayah! Aku di sini! Tak bisakah Ayah melihat?', tapi ia tak menyadarinya," ceritanya.

Dalam sebuah wawancara, ibunda Martin bernama Joan mengenang kata-kata menyayat hati yang diucapkan pada si anak ketika koma, yaitu 'aku harap kamu mati'. Meski ia mengakui hal tersebut terdengar mengerikan, ia hanya berharap ada sedikit kelegaan dalam jiwanya.

Martin menyebut kalimat tersebut sebenarnya sangat menyakitkan. Namun, ia pada akhirnya memahami perasaan sang ibu.

"Saat ia mengucapkan kata-kata itu, dunia terasa sangat jauh. Seiring waktu, saya mulai memahami keputusasaan Ibu. Setiap kali ia menatap saya, yang ia lihat hanyalah bayangan menyedihkan dari anak yang dulu ia cintai dan sehat," ucap Martin.

Untungnya, seorang terapis Virna van der Walt menyadari gerakan mata kecil itu menunjukkan Martin sebenarnya sadar. Ia meminta orang tua Martin untuk mengirim sang putra menjalani tes kognitif.

Sejak saat itu, keadaan Martin membaik dan mulai bisa menggerakkan kepala dan lengannya. Ia saat itu juga bisa berkomunikasi melalui komputer yang dilengkapi perangkat lunak khusus.

Setelah sembuh, Martin melanjutkan studi di bidang ilmu komputer. Ia saat ini bahkan bekerja sebagai pembuat web dan ilmuwan komputer. Pada tahun 2009, ia juga menikah dengan pekerja sosial bernama Joanna dan sudah dikaruniai seorang putra.




© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.