Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan ketidakpastian ekonomi global masih tetap tinggi. Hal ini akibat masih berlangsungnya negosiasi tarif resiprokal antara Amerika Serikat (AS) dengan sejumlah negara dan memanasnya perang di Timur Tengah.
Perry mengatakan, kondisi ini memerlukan kewaspadaan dan penguatan koordinasi kebijakan untuk menjaga stabilitas hingga pertumbuhan ekonomi di dalam negeri.
"Ke depan ketidakpastian perekonomian global diperkirakan masih akan tetap tinggi akibat masih berlangsungnya negosiasi tarif antara AS dan sejumlah negara serta eskalasi ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Kondisi ini memerlukan kewaspadaan, serta penguatan respons dan koordinasi kebijakan untuk menjaga ketahanan eksternal, menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri," kata Perry dalam konferensi pers virtual, Rabu (18/6/2025).
Menurut Perry, pertumbuhan ekonomi Indonesia perlu terus didorong di tengah ketidakpastian global akibat tarif AS dan ketegangan geopolitik. Berbagai respons kebijakan dinilai perlu terus diperkuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi baik dari sisi permintaan domestik maupun eksternal.
"Kegiatan ekonomi triwulan II-2025 menunjukkan kinerja ekspor non migas yang lebih baik dipengaruhi front loading ekspor ke AS sebagai respons antisipasi eksportir terhadap kebijakan tarif AS. Sementara itu, sumber pertumbuhan dari permintaan domestik melalui konsumsi rumah tangga dan investasi perlu makin ditingkatkan," beber Perry.
Perry memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia membaik pada semester II-2025. Secara keseluruhan, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2025 berada dalam kisaran 4,6-5,4%.
"BI akan terus memperkuat sinergi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penguatan bauran kebijakan moneter, makroprudensial dan sistem pembayaran dengan kebijakan stimulus fiskal dan sektor riil pemerintah termasuk implementasi program Asta Cita," ucap Perry.