Afrika Sedang Rancang Sistem Pembayaran Non-Dolar Meski Ditekan Trump
kumparanBISNIS June 21, 2025 06:40 AM
Negara-negara Afrika merancang sistem pembayaran non-dolar dengan Pan-African Payments and Settlements System (PAPSS) untuk menghindari ketergantungan. Rencana ini tetap digodok meskipun tentu mendapat tekanan dari Amerika Serikat (AS).
CEO PAPSS Mike Ogbalu menepis kebijakan tersebut dianggap sebagai langkah de-dolarisasi.
“Tujuan kami bukan de-dolarisasi. Jika Anda melihat ekonomi Afrika, banyak negara kesulitan mendapatkan mata uang asing untuk menyelesaikan transaksi,” kata Mike dikutip dari Reuters, Sabtu (21/6).
Langkah Afrika untuk mengembangkan sistem keuangan independen yang tidak bergantung pada lembaga-lembaga barat ini, juga selaras dengan dorongan China yang mendorong hal serupa. Namun hal ini mendapat tekanan dari Presiden AS Donald Trump yang bertekad mempertahankan status dolar sebagai mata uang utama perdagangan global.
Selain itu, penggunaan dolar dalam sistem keuangan global juga tidak memberi dampak baik bagi Afrika.
"Sistem keuangan global saat ini yang sebagian besar berbasis dolar, terbukti tidak efisien dan mahal untuk Afrika," kata Daniel McDowell, profesor keuangan internasional dari Syracuse University, New York.
Saat ini, bank-bank komersial Afrika biasanya harus bekerja sama dengan bank luar negeri melalui hubungan koresponden, untuk menyelesaikan pembayaran internasional bahkan untuk transaksi antarnegara tetangga. Hal ini menyebabkan meningkatkan biaya transaksi secara signifikan.
Menurut Badan Perdagangan dan Pembangunan PBB, bersama dengan infrastruktur transportasi yang buruk, sistem ini membuat biaya perdagangan di Afrika menjadi 50 persen lebih mahal dari rata-rata global. Akibatnya, 84 persen perdagangan Afrika menurut laporan MCB Group masih dilakukan dengan negara-negara luar, bukan antarnegara di Afrika.