TIMESINDONESIA, SURABAYA – Penyakit gagal ginjal masih menjadi salah satu momok bagi penderita. Salah satu jalan menyembuhkan adalah dengan melakukan transplantasi. Ini bukan sekadar tindakan medis, namun sebuah harapan menjemput kehidupan baru.
Ginjal memiliki banyak fungsi. Mulai mengatur jumlah air dalam tubuh dan mengeluarkan kelebihan melalui urine, menghasilkan hormon renin untuk mengatur tekanan darah dan menghasilkan hormon pembentukan sel darah merah hingga mengaktifkan Vitamin D.
Apabila ginjal tidak dirawat, maka akan menimbulkan masalah yang berakhir pada penyakit ginjal kronis. Ini merupakan bentuk terjadinya timbunan sampah dalam tubuh karena ginjal tidak berfungsi dengan baik.
"Satu gejala bisa disebabkan oleh berbagai penyakit. Proses terjadinya penyakit gagal ginjal secara bertahap bahkan hingga bertahun-tahun. Mulai stadium G1-G5 atau tingkat paling parah ketika pasien dinyatakan terjadi kebocoran pada ginjal," terang Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal dan Hipertensi Siloam Hospitals Surabaya, dr Nunuk Mardian, SpPD-KGH.
Spesialis penyakit dalam, konsultan ginjal dan hipertensi Siloam Hospitals, Prof Dr dr Endang Susalit, SpPD-KGH, FINASM memaparkan tentang Chronic Kidney Disease in Indonesia atau penyakit ginjal kronis berupa gangguan fungsi ginjal sekaligus strukturnya yang terjadi lebih dari tiga bulan. Diperkirakan ada 850 juta orang di dunia mengidap penyakit ini.
"Lebih dari 11 persen dari penduduk dunia, prevalensi nya lebih dari 20 kali diabetes," katanya saat acara Kidney Transplant Real Stories, Real Recovery The Power of a Second Chance di Sheraton Hotel Surabaya, Sabtu (21/6/2025).
Biasanya penyakit kronis akan diobati, namun jika tidak berhasil, maka pasien yang dinyatakan gagal ginjal harus menjalani terapi pengganti salah satunya transplantasi ginjal dan hemodialisis atau cuci darah.
Di Indonesia lebih dari 91 persen penduduk Indonesia dicover BPJS Kesehatan. Sedangkan jumlah pasien yang mengalami gagal ginjal sekitar 500 orang per 1 juta penduduk.
"Ada sekitar 1.224 jumlah unit Hd (Hemodialisa) di Indonesia," ujarnya.
Dari tahun ke tahun tindakan hemodialisis meningkat. Dari data pasien Hd di Indonesia, ternyata hanya 14 persen yang dialisisnya memadai atau Hb (hemoglobin) kurang dari 10.
Daripada hemodialisis, ia menyebut jika transplantasi memiliki tingkat harapan hidup jauh lebih baik daripada jika pasien melakukan hemodialisis. Ini juga mengacu pada konsensus di Amsterdam pada tahun 2024.
Transplantasi ginjal sendiri sudah dilakukan di berbagai daerah di Indonesia. Antara lain Papua, Bali, Manado, Makassar, Jakarta.
"Hasil survival rate baik 1-10 tahun sama dengan di luar negeri, tidak berbeda," katanya.
Perlu diingat bahwa transplantasi ginjal membutuhkan pendonor. Ginjal manusia berada pada posisi kanan dan kiri organ dalam. Jika satu ginjal didonorkan, maka pendonor hanya akan hidup dengan satu ginjal.
"Transplantasi ginjal membutuhkan pendonor hidup bukan jenazah. Pendonor selanjutnya akan hidup dengan satu ginjal yang kemudian ginjal itu perlahan akan membesar dan berfungsi sebagaimana ketika pendonor memiliki dua ginjal," jelasnya.
Dikatakannya, donor ginjal tidak akan berpengaruh terhadap harapan hidup seseorang yang memberikan satu ginjalnya kepada penderita. Namun ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi.
Pendonor dan resipen harus memenuhi tiga aspek. Aspek pertama adalah ikhlas dilakukan untuk kebaikan, tidak merugikan, pengakuan atas norma-norma agama dan budaya yang berlaku serta dilarang dikomersilkan.
Aspek kedua adalah sehat. Artinya tenaga medis menjamin keamanan dan keselamatan bagi pendonor maupun resipien serta melakukan serangkaian pemeriksaan kesehatan (anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang).
Kemudian aspek cocok yang meliputi kecocokan dengan melakukan pemeriksaan golongan darah, cross match dan HLA.
"Pendonor harus kompeten, memang ingin mendonasikan ginjal, tidak dipaksa dan dari segi psikologis maupun medis memenuhi syarat," ucapnya.
Kendati demikian, masih banyak masyarakat yang apatis untuk menjadi pendonor ginjal. Tindakan ini memang dilarang untuk dikomersilkan meskipun telah memiliki payung hukum. Harus ada kesepakatan bersama antara resipien maupun pendonor.
Sementara, di Indonesia memang hanya ada beberapa pusat transplantasi meskipun tersebar di Sumatera, Jawa hingga Bali. Antara lain di Siloam Hospital. Transplantasi ginjal kerap menjadi jalan menuju kesembuhan.
Transplantasi ginjal memberikan kesempatan lebih baik, panjang umur, hidup berkualitas dan produktif kembali. Termasuk dapat mengembalikan fungsi seksual dan kesuburan.
Medical Managing Director Siloam Hospital Dr Grace Frelita Indrajaya mengungkapkan, bahwa Siloam Hospital telah berhasil melakukan 498 transplantasi dengan tingkat survival rate 97,2 persen pada tahun pertama dan fungsi ginjal yang baik setelah transplantasi mencapai 98,3 persen. Pasien bisa menjalani kehidupan lebih baik.
"Angka ini lebih tinggi dari benchmark transplantasi internasional," katanya.
Pasca transplantasi memerlukan kedisiplinan dan tanggung jawab merawat ginjal baru.
"Nah, RS Siloam Asri telah melakukan transplantasi ginjal dengan kualitas yang baik setara pusat transplant terbaik di dunia," ujarnya (*)