Investor Waspada Ketidakpastian Global Meningkat Usai AS Serang Iran
kumparanBISNIS June 22, 2025 02:40 PM
Pasar keuangan global dihadapkan pada ketidakpastian baru, setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan bahwa militer AS telah melakukan serangan terhadap tiga lokasi nuklir utama di Iran. Dalam pidato yang disiarkan dari Ruang Oval, Trump menyatakan, fasilitas pengayaan nuklir utama Iran telah hancur total.
“Fasilitas pengayaan nuklir utama Iran telah hancur total," kata Trump dikutip Reuters, Minggu (22/6).
Langkah ini menandai keterlibatan langsung AS dalam konflik antara Israel dan Iran, yang selama ini telah berlangsung dalam bayang-bayang eskalasi terbatas. Trump memutuskan bergabung dalam kampanye militer terhadap Iran bahkan sebelum batas waktu dua minggu yang sempat ia umumkan sendiri untuk negosiasi.
Serangan berlangsung di akhir pekan saat mayoritas pasar keuangan tutup, respons langsung hanya terlihat di pasar mata uang kripto. Harga Ether anjlok lebih dari 5 persen, sementara Bitcoin turun 1 persen. Namun para analis memperingatkan, reaksi lebih besar kemungkinan terjadi ketika pasar global dibuka kembali.
CIO Potomac River Capital Washington DC, Mark Spindel menyebut ketegangan ini akan memperbesar ketidakpastian di pasar.
“Saya pikir pasar awalnya akan waspada dan saya pikir minyak akan dibuka lebih tinggi. Kami belum memiliki penilaian kerusakan dan itu akan memakan waktu. Saya pikir ketidakpastian akan menyelimuti pasar, karena sekarang orang Amerika di mana-mana akan terekspos,” ujar Spindel.
Perbesar
Presiden AS Donald Trump menyampaikan pidato di Gedung Putih di Washington, D.C., AS, setelah serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran, Sabtu (21/6/2025). Foto: Carlos Barria/REUTERS
Ia menambahkan, arah pergerakan pasar akan mulai terlihat saat dolar AS dibuka untuk perdagangan di Selandia Baru pada Minggu malam waktu setempat.
Di sektor energi, para analis menilai serangan ini bisa memperburuk ketegangan dan memicu lonjakan harga minyak, tergantung pada respons Iran.
Analis Energi Senior MST Marquee Sydney, Saul Kavonic memperingatkan risiko terhadap infrastruktur minyak di kawasan meningkat.
“Serangan AS ini dapat memicu gejolak konflik yang melibatkan Iran dan merespons dengan menargetkan kepentingan regional Amerika yang dapat mencakup infrastruktur minyak Teluk di tempat-tempat seperti Irak atau mengganggu jalur melalui Selat Hormuz,” kata Kavonic.
Menurutnya, bila Iran membalas seperti yang telah mereka ancam sebelumnya, harga minyak bisa melonjak hingga menyentuh USD 100 per barel.
Dari Asia, pasar dinilai sangat rentan terhadap gejolak harga energi. Manajer Portofolio Eastspring Investments Singapura, Rong Ren Goh menilai konflik yang meluas akan menjadi tekanan tambahan bagi ekonomi kawasan.
“Pengeboman AS terhadap fasilitas nuklir Iran menandai eskalasi signifikan dalam konflik Israel-Iran dan memperkenalkan fase baru risiko geopolitik. Konflik yang berlarut-larut meningkatkan risiko gangguan pasokan, yang dapat memicu tekanan inflasi dan membebani ekspektasi pertumbuhan di seluruh kawasan,” kata Goh.
Ia memperkirakan akan terjadi arus modal keluar dari aset berisiko Asia dan peningkatan permintaan terhadap aset safe haven seperti dolar AS.
Sementara itu, dari perspektif kebijakan moneter, Ekonom Utama AS Natixis New York, Christopher Hodge menilai dampak ekonomi dari serangan ini masih mungkin terkendali selama ekspor minyak Iran tidak terganggu.
“Kenaikan harga minyak dalam jangka pendek akan dilihat oleh Fed bukan sebagai faktor yang meningkatkan biaya input dan memicu inflasi, melainkan sebagai pajak terhadap konsumen yang menekan permintaan,” ujarnya.
Donald Trump sempat mengultimatum Iran untuk berdamai dengan Israel. Bila tidak, serangan terus berlanjut.
“Akan ada perdamaian atau akan ada tragedi bagi Iran yang jauh lebih besar daripada yang kita saksikan selama delapan hari terakhir,” kata Trump dalam pidato yang disiarkan secara nasional di Gedung Putih, Minggu (22/6).