Apa yang Terjadi Jika Bom Nuklir Diledakkan? Detik-detik Kengerian dalam Hidup
kumparanSAINS June 22, 2025 07:00 PM
Bayangkan suatu pagi yang cerah, langit biru tanpa awan. Dalam hitungan detik, langit itu berubah menjadi bola api raksasa yang membakar segalanya, dan dunia seketika runtuh ke dalam kepanikan, debu radioaktif, dan kehancuran tanpa ampun. Inilah mimpi buruk yang, meski hanya dibicarakan dalam film dan sejarah, tetap membayangi manusia hingga hari ini; Ledakan bom nuklir.
Ledakan nuklir bukan sekadar ledakan besar. Ini adalah rangkaian kehancuran berlapis yang dampaknya merenggut nyawa, menebar radiasi, dan meninggalkan luka yang membekas puluhan tahun.
Belakangan, topik bom nuklir kembali menjadi perbincangan publik setelah hubungan Iran dan Israel memanas. Ditambah lagi dengan serangan AS ke tiga fasilitas nuklir Iran, yaitu di Natanz, Fordow, dan Isfahan.
Menurut laporan Reuters, saat ini Iran tengah memperkaya uranium hingga kemurnian 60% dan memiliki cukup bahan pada tingkat itu untuk sembilan senjata nuklir jika dikembangkan lebih lanjut, menurut tolok ukur teoritis IAEA. Artinya, waktu yang dibutuhkan Iran untuk memproduksi bom nuklir mendekati nol, kemungkinan dalam hitungan hari atau satu minggu ke depan. Namun, sejauh ini belum ada bukti proses tersebut telah dilakukan.
Saat ini Iran memiliki tiga fasilitas pengembangan nuklir: satu di atas tanah, satu lagi di bawah tanah di komplek Natanz, serta yang terakhir terkubur di dalam gunung di Fordow.
Iran mengatakan program nuklirnya bersifat damai, tetapi Israel telah lama menuduhnya secara diam-diam berusaha memproduksi senjata.
Terlepas dari konflik terkait isu bom nuklir saat ini, apa yang sebenarnya terjadi, detik demi detik, bila bom nuklir benar-benar meledak di suatu tempat?

Detik Awal: Cahaya Lebih Terang dari Matahari

Begitu bom nuklir diledakkan, baik dijatuhkan dari pesawat maupun diaktifkan di darat, dalam sepersekian detik akan tercipta bola api (fireball) yang suhunya bisa mencapai jutaan derajat Celsius, lebih panas dari inti matahari. Cahaya ini membutakan siapa pun yang memandangnya hingga radius belasan kilometer.
Suasana Kota Hiroshima usai terjadinya ledakan bom nuklir pada 6 Agustus 1945. Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Kota Hiroshima usai terjadinya ledakan bom nuklir pada 6 Agustus 1945. Foto: AFP
Dalam radius hingga 3-5 kilometer dari titik ledak (tergantung kekuatan bom), manusia, hewan, dan tumbuhan akan hangus dalam sekejap. Menurut catatan Atomic Archive, suhu panas ini mampu membakar kulit manusia dalam jarak belasan kilometer, bahkan membakar pakaian dari jarak yang lebih jauh.

Gelombang Kejut: Angin Kematian

Beberapa detik kemudian, tekanan ekstrem dari ledakan menghasilkan gelombang kejut yang bergerak lebih cepat dari suara. Dinding beton runtuh, mobil terhempas seperti kertas, dan siapa pun yang berdiri terlalu dekat akan terlempar dan terluka parah atau tewas seketika.
Menurut simulasi FEMA, ledakan bom nuklir sekelas Hiroshima (sekitar 15 kiloton TNT) bisa meratakan bangunan dalam radius 1,6 kilometer, dan menyebabkan kerusakan berat hingga 4,8 kilometer. Bom nuklir modern jauh lebih kuat; radius kehancurannya pun berkali lipat.

Radiasi Mematikan: Musuh yang Tak Terlihat

Selain panas dan tekanan, bom nuklir memuntahkan radiasi ionisasi yang langsung membunuh sel hidup. Orang-orang yang bertahan dari panas dan gelombang kejut, akan terancam sindrom radiasi akut: kerusakan organ, pendarahan internal, dan kematian dalam hitungan jam hingga minggu.
Radiasi ini juga mengendap di tanah dan debu, membentuk apa yang dikenal sebagai jatuhan radioaktif (nuclear fallout). Awan debu radioaktif terbawa angin, mengkontaminasi air, tanah, dan udara hingga ratusan kilometer jauhnya, memicu kanker dan kelainan genetik bagi generasi berikutnya.
Radius ledakan ketika bom Nuklir menghantam Ukraina. Foto: mapdevelopers.com
zoom-in-whitePerbesar
Radius ledakan ketika bom Nuklir menghantam Ukraina. Foto: mapdevelopers.com

Api, Kebakaran Besar, dan Kekacauan

Ledakan nuklir hampir selalu diikuti kebakaran massal. Di Hiroshima, api membakar kota hingga berhari-hari setelah ledakan. Gedung terbakar dan runtuh, oksigen menipis, dan suhu tinggi memperluas kobaran api, menambah korban jiwa dari orang-orang yang selamat dari dampak awal.

Dampak Jangka Panjang: Dunia yang Tak Pernah Sama

Dampak ledakan nuklir tidak berhenti dalam hitungan jam atau hari. Bagi penduduk yang selamat, mereka menghadapi lingkungan yang terkontaminasi, kekurangan makanan dan air bersih, serta ancaman penyakit mematikan.
Pada skala global, ledakan nuklir besar bisa memicu “nuclear winter”, di mana debu dan asap menutupi atmosfer, menurunkan suhu bumi, mengganggu cuaca, dan membunuh tanaman pangan. Beberapa studi memperkirakan miliaran orang terancam kelaparan jika perang nuklir skala besar terjadi.
Kendati begitu, hingga saat ini, perjanjian internasional seperti Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons (NPT) dan kerja sama berbagai negara ,menjadi tameng untuk mencegah kiamat nuklir terjadi. Para ilmuwan dan aktivis perdamaian terus mengingatkan dunia bahwa sekali saja tombol nuklir ditekan, tidak ada jalan untuk benar-benar pulih.
Ledakan nuklir bukan sekadar kisah sejarah atau adegan film fiksi ilmiah. Ini adalah potret nyata betapa rapuhnya peradaban jika keserakahan dan konflik mengalahkan akal sehat manusia. Semoga mimpi buruk ini tidak pernah menjadi kenyataan.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.