Kecaman dari Sana-sini Usai AS Bombardir Nuklir Iran
GH News June 23, 2025 12:03 AM

Amerika Serikat (AS) menyerang sejumlah fasilitas nuklir di Iran. Sejumlah negara termasuk PBB mengkritik serangan Amerika Serikat (AS) terhadap Iran tersebut.

Dirangkum detikcom, Minggu (22/6/2025), Presiden AS Donald Trump dalam pidato singkat kepada rakyat AS usai membombardir 3 situs nuklir Iran justru mengatakan akan melakukan lebih banyak serangan jika Teheran tidak berdamai.

"Akan ada perdamaian atau akan ada tragedi bagi Iran yang jauh lebih besar daripada yang telah kita saksikan selama delapan hari terakhir. Ingatlah bahwa masih banyak target yang tersisa," kata Trump dalam pidato larut malam kepada rakyat AS dilansir AFP, Minggu (22/6).

"Jika perdamaian tidak segera datang, kami akan menyerang target-target lainnya dengan presisi, kecepatan, dan keterampilan."

Respons Iran

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengutuk serangan Amerika Serikat (AS) ke 3 fasilitas nuklir yang damai sebagai agresi militer brutal. Iran menganggap serangan AS tersebut tak termaafkan.

"Ini adalah pelanggaran yang keterlaluan, serius, dan belum pernah terjadi sebelumnya terhadap prinsip-prinsip dasar piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan hukum internasional," kata Abbas Araghchi dalam pidatonya di Istanbul pada pertemuan puncak OKI dilansir Aljazeera, Minggu (22/6/2025).

Araghchi mengatakan bahwa pemerintahan AS yang "suka berperang dan melanggar hukum" akan "bertanggung jawab sepenuhnya atas konsekuensi yang berbahaya dan untuk mencapai implikasi yang efektif dari tindakan agresinya".


Kecaman dari PBB dan Negara Latin

Dilansir CNN, Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa ia "sangat khawatir" dengan serangan AS terhadap Iran. Guterres menyerukan perdamaian dan memperingatkan agar tidak terjadi eskalasi lebih lanjut di kawasan yang bergejolak itu.

"Saya sangat khawatir dengan penggunaan kekuatan oleh Amerika Serikat terhadap Iran hari ini. Ini adalah eskalasi yang berbahaya di kawasan yang sudah berada di ujung tanduk--dan ancaman langsung terhadap perdamaian dan keamanan internasional," kata Antonio Guterres.

"Ada risiko yang semakin besar bahwa konflik ini dapat dengan cepat lepas kendali--dengan konsekuensi yang sangat buruk bagi warga sipil, kawasan, dan dunia."

Selengkapnya simak halaman selanjutnya.

Guterres mendesak semua negara anggota PBB untuk melakukan de-eskalasi, sesuai dengan kewajiban mereka terhadap piagam PBB dan hukum internasional. "Tidak ada solusi militer. Satu-satunya jalan ke depan adalah diplomasi," tulisnya.

Presiden Kuba Miguel Díaz-Canel mengutuk serangan tersebut dalam sebuah posting di X, memperingatkan bahwa hal itu dapat memperluas konflik di wilayah tersebut.

"Kami mengutuk keras pemboman AS terhadap fasilitas nuklir Iran, yang merupakan eskalasi berbahaya dari konflik di Timur Tengah," tulisnya. "Agresi ini sangat melanggar Piagam PBB dan hukum internasional dan menjerumuskan manusia ke dalam krisis dengan konsekuensi yang tidak dapat diubah."

Presiden Chili Gabriel Boric juga mengutuk serangan AS terhadap Iran, menulis: "Kami menuntut dan membutuhkan perdamaian."

Kementerian Luar Negeri Venezuela mengutuk apa yang disebutnya "agresi militer terhadap Iran," dalam sebuah pernyataan. Yang lain menyerukan dialog dan de-eskalasi.

Kementerian luar negeri Kolombia mendesak semua pihak untuk melanjutkan negosiasi sebagai "satu-satunya jalan keluar yang bertanggung jawab dan langgeng dari krisis saat ini," sementara kementerian luar negeri Meksiko menulis di X: "Memulihkan koeksistensi damai di antara negara-negara di kawasan itu tetap menjadi prioritas tertinggi."

Respons Arab Saudi

Arab Saudi menyatakan kekhawatiran setelah serangan udara Amerika Serikat (AS) terhadap fasilitas nuklir di negara tetangga Iran. Kerajaan Saudi meminta AS menahan untuk meredakan ketegangan.

"Kerajaan Arab Saudi mengikuti dengan keprihatinan yang mendalam perkembangan di Republik Islam Iran, khususnya penargetan fasilitas nuklir Iran oleh Amerika Serikat," kata Kementerian Luar Negeri kerajaan tersebut di media sosialnya, Minggu (22/6/2025).

Pernyataan Kerajaan Saudi juga menyoroti perlunya menahan diri, mengurangi ketegangan, dan mencegah eskalasi lebih lanjut, serta mendesak masyarakat internasional untuk meningkatkan upaya menuju tercapainya solusi politik.

"Hal ini menunjukkan perlunya mengerahkan segala upaya untuk menahan diri, meredakan ketegangan, dan menghindari eskalasi," tambah pernyataan itu, mendesak masyarakat internasional untuk meningkatkan upaya guna menemukan solusi politik," tulisnya.

Simak selengkapnya halaman selanjutnya.

Selain itu, negara-negara Arab memperingatkan dampak serius dan menyerukan kembalinya diplomasi. Dilansir AFP, Minggu (22/6/2025), mantan musuh bebuyutan Iran di kawasan itu, Arab Saudi, yang telah terlibat dalam peredaan ketegangan dengan Teheran yang ditengahi oleh Tiongkok sejak 2023, menyatakan "sangat khawatir" atas serangan tersebut.

Negara-negara Teluk telah terlibat dalam hiruk-pikuk diplomatik untuk mencari solusi sejak Israel melancarkan serangan udara terhadap tetangga mereka, Iran, pada tanggal 13 Juni lalu.

Banyak negara kaya minyak yang menjadi tuan rumah bagi aset dan pangkalan utama AS dan khawatir bahwa dampak perang dapat mengancam keamanan dan ekonomi mereka. Qatar, tuan rumah pangkalan militer AS terbesar di Timur Tengah, mengatakan pihaknya khawatir akan "dampak bencana" bagi kawasan dan seluruh dunia.

Respons Hamas

Kelompok Palestina Hamas mengutuk serangan AS terhadap Iran, menyebutnya sebagai pelanggaran hukum internasional dalam sebuah pernyataan. "Agresi brutal ini adalah eskalasi berbahaya, kepatuhan buta terhadap agenda (Israel), pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional, dan ancaman langsung terhadap perdamaian dan keamanan internasional," kata Hamas

Kelompok Palestina yang memiliki hubungan kuat dengan Iran ini mengatakan serangan itu "melanggar semua norma dan konvensi internasional," dan berjanji untuk meminta pertanggungjawaban AS dan Israel.


© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.