TIMESINDONESIA, JAKARTA – Indonesia kembali buktikan menjadi tuan rumah setelah sukses menggelar Asian Fencing Championship 2025 di The Westing Resort, Nusa Dua, Bali pada tanggal 17 hingga 23 Juni 2025.
Ajang ini diselenggarakan oleh PB IKASI (Pengurus Besar Ikatan Anggar Seluruh Indonesia) di bawah kepemimpinan Ketua Umum Amir Yanto dan Sekretaris Jenderal Firtian Judiswandarta, atas mandat langsung dari Federasi Anggar Internasional (FIE).
Penyelenggaraan kejuaraan ini tidak hanya berjalan lancar, namun juga melampaui ekspektasi. Dengan partisipasi ratusan atlet dari puluhan negara, jumlah peserta tercatat melampaui target awal, menjadi bukti kepercayaan komunitas internasional terhadap kredibilitas Indonesia dalam menyelenggarakan event olahraga bergengsi.
Keberhasilan Indonesia juga terlihat dari aspek kesehatan dan keselamatan atlet. Sepanjang kejuaraan berlangsung, tidak tercatat insiden medis serius (zero fatal medical incident). Hal ini berkat penerapan sistem layanan kesehatan yang cepat, sigap, dan berbasis prinsip "good governance medical practice".
Dr. dr. Rusli Muljadi, SpRad (K), Deputi Medis PB IKASI, menyampaikan bahwa jenis cedera yang umum terjadi selama kompetisi meliputi cedera pada lutut, pergelangan kaki, dan pergelangan tangan. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh karakteristik gerakan anggar seperti lunge, squat, serta pergerakan cepat otot saat menyerang maupun bertahan.
Dokter yang juga menjabat sebagai Kepala Program Studi Pendidikan Spesialis Radiologi di salah satu fakultas kedokteran terkemuka ini mengusulkan bahwa ke depannya, tim medis perlu dilengkapi dengan spesialisasi radiologi yang dapat mengoperasikan teknologi pencitraan seperti USG portabel, guna melakukan evaluasi otot, sendi, dan tulang secara real-time. Hal ini akan sangat membantu dalam menentukan apakah atlet memerlukan penanganan lanjutan di rumah sakit atau cukup dilakukan observasi di lapangan.
Senada dengan hal tersebut, dr. Rheza Maulana Syahputra, selaku Kepala Bidang Medis PB IKASI, memberikan apresiasi tinggi atas soliditas dan kolaborasi lintas institusi medis yang turut mendukung penyelenggaraan ini. Ia menyampaikan terima kasih kepada RS Bhakti Rahayu Denpasar, RS Siloam BIMC Nusa Dua, Rhemedi Medical Services, Dinas Kesehatan Provinsi Bali serta Puskesmas setempat.
“Sinergi yang terjalin antara fasilitas kesehatan swasta dan pemerintah menjadi simbol kekompakan dalam menjaga nama baik Indonesia sebagai tuan rumah. Ini bukan hanya tentang olahraga, tapi juga tentang reputasi bangsa di mata internasional,” ujar dr. Rheza.
Penyelenggaraan Asian Fencing Championship 2025 di Bali menjadi momentum penting bagi Indonesia, tidak hanya dari sisi prestasi atletik, namun juga dalam menunjukkan komitmen terhadap keselamatan, pelayanan kesehatan, dan standar mutu internasional. (*)