Menpar Minta Prosedur & Pengawasan Wisata Diperketat usai Pendaki Brasil Tewas Terjatuh di Rinjani
Nanda Lusiana Saputri June 25, 2025 11:32 PM

TRIBUNNEWS.COM - Menteri Pariwisata (Menpar) RI, Widiyanti Putri Wardhana meminta agar standar operasional prosedur (SOP) di destinasi wisata diperketat, setelah tragedi jatuhnya pendaki asal Brasil, Juliana Marins hingga meninggal dunia di Gunung Rinjani.

Selain itu, pengawasan yang ada juga perlu ditingkatkan, apalagi pada kegiatan wisata yang berisiko tinggi, seperti di Gunung Rinjani.

"Kami telah meminta seluruh instansi terkait untuk memperkuat standar operasional prosedur, serta meningkatkan pengawasan terhadap kegiatan wisata berisiko tinggi, khususnya di destinasi ekstrem seperti di Gunung Rinjani," ungkap Widiyanti, dikutip dari YouTube Kompas TV, Rabu (25/6/2025).

Widiyanti pun berharap, peristiwa jatuhnya Juliana ini menjadi yang terakhir terjadi di kawasan wisata Indonesia.

Untuk ke depannya, Widiyanti menargetkan zero accident atau nihil kecelakaan pada seluruh destinasi wisata di Indonesia.

"Kami berharap, ini menjadi yang terakhir, kami menargetkan zero accident di seluruh destinasi wisata Indonesia," katanya.

Sebagai informasi, jenazah Juliana kini sudah berhasil dievakuasi oleh Tim SAR Gabungan dari jurang sedalam 600 meter, pada Rabu.

Jenazah Juliana itu pun langsung dibawa ke RS Bhayangkara Polda NTB.

"Diputuskan bahwa untuk evakuasi korban dilaksanakan dengan tali, dengan lifting. Alhamdulillah sudah berada di punggung (Gunung Rinjani)."

"Mudah-mudahan saat ini sedang dalam perjalanan menuju Pos Sembalun. Nantinya akan kita arahkan ke RS Polri," kata Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI Mohammad Syafi'i, dilansir Kompas TV, Rabu.

Pihak Brimob Nusa Tenggara Barat (NTB) juga membenarkan evakuasi jenazah Juliana telah berhasil dilakukan.

"Syukur alhamdulillah, Tim SAR gabungan akhirnya berhasil mengevakuasi Juliana De Sauza Pereira Marins (27), pendaki asal Brasil yang dilaporkan jatuh di tebing Cemara Nunggal, Gunung Rinjani, pada Sabtu, 21 Juni 2025."

"Juliana ditemukan dalam keadaan meninggal dunia di dasar jurang dan saat ini sedang ditandu menuju Posko Sembalun. Selanjutnya, evakuasi udara ke RS Bhayangkara Polda NTB telah disiapkan," tulis Brimob NTB dalam unggahannya di akun Instagram @brimobntb_, Rabu.

Sebelumnya, proses evakuasi Juliana ini sempat terkendala karena kondisi cuaca di Gunung Rinjani yang berkabut, sehingga jarak pandang tim penyelamat menjadi terbatas.

Juliana diketahui terjatuh ke arah Danau Segara Anak pada Sabtu (21/6/2025) lalu dan baru berhasil dievakuasi pada Rabu ini.

Awal Juliana ditemukan masih dalam kondisi selamat, tetapi pada Selasa (24/6/2025), pendaki asal Brasil itu ditemukan sudah meninggal dunia.

Helikopter bantuan PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) awalnya dikerahkan untuk melakukan evakuasi pada Selasa siang.

Namun, proses evakuasi menggunakan helikopter itu terhambat karena kondisi cuaca dan kabut tebal. 

Syafii mengatakan, pencarian yang dilakukan tim telah mencapai titik krusial pada pukul 16.52 WITA.

Diketahui, tujuh orang rescuer yang diturunkan bisa menjangkau di kedalaman 400 meter.

Lalu, pada pukul 18.00 WITA, seorang rescuer dari Basarnas, Khafid Hasyadi, berhasil menjangkau korban pada kedalaman 600 meter atau di titik datum point

"Selanjutnya dilakukan pemeriksaan korban dan tidak ditemukan tanda-tanda kehidupan," kata Syafii melalui keterangan tertulis, Selasa, dikutip dari TribunLombok.com.

Setelah itu, tiga orang dari tim SAR yakni Syamsul Fadli dari unit Lombok Timur, serta Agam dan Tiyo dari Rinjani Squad melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap korban.

Juliana pun dipastikan sudah meninggal dunia, kemudian tim penyelamat melakukan wrapping pada jenazah untuk persiapan evakuasi.

"Pukul 18.31 WITA, 3 orang potensi SAR menyusul turun mendekati korban dan setelah dikonfirmasi dipastikan korban dalam kondisi meninggal dunia, selanjutnya korban dilakukan wrapping survivor," ungkap Syafii.

Kemudian, tim SAR gabungan yang berada di lokasi terakhir korban terlihat mulai menyiapkan sistem evakuasi.

Tim yang berjumlah tujuh orang kemudian melakukan sistem flying camp, dengan tiga orang berada di anchor point kedua (400 meter) dan empat orang lainnya di samping korban di datum point 600 meter.

"Pukul 19.00 WITA, dikarenakan cuaca yang tidak memungkinkan dengan visibility terbatas maka diputuskan evakuasi korban akan dilakukan pada hari Rabu tanggal 25 Juni 2025 pukul 06.00 WITA dengan metode lifting (korban diangkat ke atas/LKP atau Last Known Position)," katanya.

(Rifqah/Faryyanida) (TribunLombok.com/Robby)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.