Sesal Kakek Tahu Jawaban Dokter Sebut Cucunya Bukan Digigit Ular Berbisa, Kini Kritis Seminggu
Arie Noer Rachmawati June 26, 2025 06:30 PM

TRIBUNJATIM.COM - Nelangsa nasib bocah digigit ular beracun namun disebut dokter tidak berbisa.

Keluargapun menyesalkan diagnosa dokter yang membuat kondisi bocah kini malah kritis seminggu.

Adapun kasus ini viral satu di antaranya diunggah oleh akun Instagram Pekalonganinfo.

Di akun tersebut diberikan caption 'Seorang anak laki-laki asal Desa Bukur, Kabupaten Pekalongan, masih menjalani perawatan intensif di ruang ICU salah satu rumah sakit di Pekalongan setelah diduga mengalami penanganan medis yang tidak optimal akibat gigitan ular.

Kejadian bermula pada Senin dini hari, 16 Juni 2025, sekitar pukul 04.00 WIB, ketika korban digigit ular. 

Orang tua segera membawanya ke mantri terdekat untuk penanganan awal, sebelum dirujuk ke salah satu rumah sakit di Kabupaten Pekalongan, dan tiba di sana sekitar pukul 05.00 WIB.

Menurut keterangan keluarga, korban hanya diberi suntikan, diambil darah dan dipasangkan oksigen selama beberapa menit. 

Tidak dilakukan infus maupun observasi lanjutan.

Saat ditanya soal kondisi anak, dokter menyatakan ular tidak berbisa karena tidak ada pembengkakan pada luka gigitan, dan menyarankan agar pasien dipulangkan.

Keluarga menolak dan meminta rawat inap karena korban terlihat lemas, napas berat, serta kesulitan membuka mata. 

Namun permintaan itu tidak dikabulkan, dan pasien dipulangkan sekitar pukul 07.30 WIB.

Dalam perjalanan pulang selama ±30 menit menuju Desa Bukur, korban hanya terdiam dan tak lagi merespons. 

Setiba di rumah, korban mengalami kejang-kejang, hingga akhirnya dibawa ke rumah sakit lain di wilayah Pekalongan.

Di rumah sakit kedua, penanganan medis langsung diberikan. 

Dokter menyatakan racun telah menyebar ke sistem saraf dan menyayangkan lambatnya penanganan sebelumnya.

Menurut dokter tersebut, setiap gigitan ular berpotensi berbisa dan seharusnya ditangani secara serius sejak awal.

Gedung RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan.
Gedung RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan. (Indra Dwi)

Kini memasuki hari ketujuh pasca-kejadian, korban masih berada di ruang ICU dan dalam kondisi kritis, dengan perkembangan kondisi yang fluktuatif.

Keluarga berharap kejadian ini menjadi perhatian pihak terkait agar tidak terulang pada kasus serupa.

Dari hasil pantauan Tribun Jateng, anak yang diduga digigit ular tersebut bernama Rafa Ramadhani Suwondho, anak tersebut sebelumnya dirawat di RSUD Kajen sebelum dirawat intensif di RSI Pekajangan.

Datur (56), kakek Rafa mengungkapkan, penyesalannya setelah cucunya yang diduga digigit ular weling kini dalam kondisi kritis dan tidak sadarkan diri selama sepekan terakhir.

Ia menceritakan, kronologi kejadian sejak awal gigitan hingga perawatan awal di RSUD Kajen.

Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 04.00 WIB, pada Senin (16/6/2025) ketika cucunya diduga digigit ular di dalam kamar. 

Menyadari kondisi tersebut, Datur segera membawa sang cucu ke seorang tenaga kesehatan setempat untuk mendapatkan pertolongan awal.

“Di tempat Pak Warno atau mantri desa, luka digigitnya sempat dipencet dan keluar darah. Tapi Pak Warno tidak berani menyuntik, jadi disarankan langsung ke RSUD Kajen," ujar Datur saat ditemui Tribun Jateng, Selasa (24/6/2025), dikutip dari Tribun Banyumas.

Setibanya di RSUD Kajen, kondisi pasien mulai menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan. 

Menurut Datur, cucunya sempat merasa pusing, dan mengeluhkan matanya berat serta penglihatan yang buram.

Namun, tanggapannya di RSUD dianggap tidak sebanding dengan gejala tersebut.

"Dokternya bilang, 'anak baru bangun tidur, ya pusing'.. Padahal cucu saya bilang matanya berat dan tidak bisa melihat. Saya suruh lihat ke arah saya, tapi katanya gelap," tutur Datur.

Datur menjelaskan, luka di kaki yang diduga menjadi lokasi gigitan kemudian ditandai menggunakan spidol.

Petugas medis menyuntik pasien sebanyak tiga kali, dan mengambil sampel darah dari tangan kirinya.

Setelah itu, pasien diberi obat dan diperbolehkan pulang.

"Waktu itu memang masih sadar, tapi di perjalanan pulang cucu saya kejang-kejang. Langsung saya bawa ke RSI Pekajangan, karena disarankan tukang parkir kalau ke puskesmas dulu mungkin akan lebih lama," ucapnya lirih.

Sayangnya, setibanya di RSI Pekajangan, kondisi pasien sudah tidak sadar dan hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda membaik.

"Sudah seminggu tidak sadar. Saya sangat menyesal, tapi ya mau bagaimana lagi, yang penting sekarang bisa sembuh," katanya.

Suwondho ayah Rafa mengatakan, bahwa melihat ular tersebut di dalam kamar. 

Setelah anaknya diduga digigit ular.

DIGIGIT ULAR - Ilustrasi bocah diinfus. Seorang bocah digigit ular beracun namun disebut dokter tak berbisa. Keluarga menyesalkan dengan diagnosa dokter yang membuat bocah kini malah kritis seminggu, Kamis (26/6/2025). (Pexels/Stephen Andrews)

"Saya dan istri melihat ularnya, ularnya warna hitam dan ada warna putih kemungkinan ular weling," katanya.

Akan tetapi, setelah dicari hingga saat ini ular tersebut tidak ada.

"Anaknya sudah sepekan di rawat di ICU RSI Pekajangan," imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Keperawatan RSUD Kajen, Dwi Harto menjelaskan, pasien yang diduga mengalami gigitan ular masuk ke IGD pada Senin (16/6/2025) sekitar pukul 05.00 WIB. 

Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) dalam kondisi sadar dan langsung mendapat penanganan medis sesuai prosedur yang berlaku.

Kemudian setibanya di IGD, pasien segera menjalani anamnesis atau wawancara medis, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik pada bagian tubuh yang diduga terkena gigitan.

"Dari hasil pemeriksaan fisik, ditemukan luka samar berupa satu titik di kaki bagian kanan. Luka tersebut kemudian dibersihkan."

"Setelah itu dilakukan pemeriksaan penunjang berupa tes darah lengkap dan observasi selama dua jam di IGD,” ujar Dwi Harto.

Selama masa observasi, kondisi pasien tetap stabil.

Hasil laboratorium juga menunjukkan nilai dalam batas normal.

Berdasarkan hasil tersebut, serta tidak adanya penurunan kesadaran, pasien dinyatakan boleh pulang.

"Pasien dipulangkan setelah mendapat edukasi dari dokter dan tenaga kesehatan. Kami juga memberikan resep obat berupa antibiotik dan antipiretik untuk penanganan di rumah."

"Antipiretik berfungsi menurunkan panas sekaligus meredakan nyeri," jelasnya.

Dwi Harto menegaskan, seluruh proses pelayanan dilakukan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku di RSUD Kajen.

"Pasien masih dalam kondisi sadar penuh saat pulang, dan telah diberi arahan agar segera kembali ke IGD jika muncul gejala yang memburuk," tandasnya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.