RS Bhayangkara Mataram Telah Kantongi Hasil Visum Juliana, Autopsi Baru Dilaksanakan Besok di Bali
Febri Prasetyo June 26, 2025 06:32 PM

TRIBUNNEWS.COM - Plt. Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Mataram dr. Mike Wijayanti Djohar buka suara tentang proses autopsi pada jenazah Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang terjatuh di Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Mike menyebut pihak RS Bhayangkara Mataram telah melakukan pemeriksaan luar atau visum pada jenazah Juliana.

Hasilnya pun telah ia kantongi dan akan diserahkan langsung pada penyidik di Polres Lombok Timur.

Meski demikian Mike masih enggak membeberkan hasil visum jenazah Juliana ini kepada publik.

"Kami tidak bisa sampaikan di sini karena itu permintaan penyidik, nanti kami serahkan meskipun sudah ada tapi nanti kami sampaikan ke penyidik dulu," kata Mike dilansir Tribun Lombok, Kamis (26/6/2025). 

Autopsi Batal Dilakukan di RS Bhayangkara Mataram

Selanjutnya, tentang autopsi jenazah Juliana, Mike menyebut proses itu akan dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bali Mandara.

Awalnya autopsi jenazah Juliana ini akan dilakukan di RS Bhayangkara Mataram.

Namun, karena dokter yang bisa melakukan autopsi hanya satu di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan saat ini sedang melakukan perjalanan dinas di luar daerah, proses autopsi dipindahkan ke RS Bali Mandara.

Mike mengaku pihaknya telah berkoordinasi dengan Polda Bali tentang autopsi.

"Memang ada dua pilihan tadi, kami pilih yang paling cepat mana, keputusan kami pilih Rumah Sakit Bali Mandara. Kami koordinasi dengan Polda Bali untuk pelaksanaannya (autopsi)," kata Mike.

Autopsi Dilakukan Besok Pagi di RS Bali Mandara

Mike menambahkan autopsi jenazah Juliana rencananya akan dilaksanakan besok pagi.

Pasalnya perjalanan menuju ke Bali menggunakan jalur laut sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama. 

"Sebenarnya bisa dilakukan malam, tapi takutnya tidak efektif dan tetap bisa konsentrasi, kemungkinan akan dilakukan besok pagi," kata Mike. 

Pesan Haru Ayah Juliana Marins usai Anaknya Tewas di Gunung Rinjani

Ayah Juliana Marins, Manoel Marins, mengungkapkan rasa dukanya setelah kepergian sang anak akibat jatuh ke jurang sedalam 600 meter di Gunung Rinjani pada Sabtu (21/6/2025).

Ungkapan duka Manoel ini diunggahnya melalui akun media sosial pribadinya.

Manoel mengunggah foto sang anak berlatar alam, lalu menuliskan kutipan dari lagu legendaris Brasil “Pedaço de Mim” karya Chico Buarque:

“Bagian yang diambil dariku.”

Pesan itu diunggah pada Selasa (24/6/2025) pukul 21.00 waktu Brasil dan menjadi unggahan pertamanya setelah kepergian Juliana.

Dalam waktu satu jam, unggahan tersebut telah mengumpulkan lebih dari 100.000 tanda suka, sebagaimana dilaporkan media Brasil Globo.

DPR Pertanyakan Kesiapan SAR Tangani Korban WNA di Rinjani 

Wakil Ketua Komisi V DPR RI Syaiful Huda meminta Badan SAR Nasional (Basarnas) memberikan penjelasan tentang mekanisme evakuasi terhadap Juliana Marins.

“Kami tentu menyampaikan keprihatinan mendalam atas meninggalnya pendaki asal Brasil Juliana Marins yang terjatuh ke jurang Gunung Rinjani."

"Juliana diketahui terjatuh pada Sabtu (21/6) dan baru dapat dievakuasi dalam kondisi tewas pada Selasa malam,” kata Syaiful kepada wartawan, Selasa (25/6/2025).

Ia mengatakan, banyak pihak menilai tim penyelamat bergerak terlalu lamban dalam menangani insiden tersebut. 

Kecaman terhadap lambannya evakuasi ramai disuarakan warganet, termasuk dari Brasil yang membanjiri akun media sosial milik Presiden Prabowo Subianto.

Meski pemerintah menyebut evakuasi dilakukan maksimal, DPR tetap meminta klarifikasi. 

Ia menyoroti sejumlah aspek teknis yang perlu dijelaskan Basarnas secara terbuka.

“Maka kami akan meminta keterangan dari Basarnas terkait mekanisme penyelamatan korban kenapa tidak bisa segera dilakukan."

"Apakah ada kendala dalam rantai pengambilan keputusan, apakah karena ada keterbatasan sumber daya manusianya, apakah ada keterbatasan peralatan dan sarana pendukung lainnya, apakah karena faktor cuaca buruk dan kondisi medan, ini perlu diperjelas,” ujarnya.

Syaiful menegaskan kesiapsiagaan tim SAR di berbagai negara menjadi tolok ukur kredibilitas negara, terutama saat menangani WNA.

“Keberadaan Badan SAR di berbagai negara maju menjadi salah satu indikator utama kesigapan negara dalam melindungi rakyatnya. Maka mereka benar-benar dipersiapkan secara serius baik dari sisi anggaran, kesiapan peralatan hingga seleksi ketat para personelnya,” kata dia.

Menurutnya, Basarnas harus mampu menjadi representasi positif Indonesia di mata dunia dalam setiap misi penyelamatan.

“Dalam situasi penyelamatan WNA Badan SAR bisa menjadi ‘wajah’ negara dalam komunitas internasional. Jika berhasil maka membawa harum nama negara, jika gagal bisa menjadi kampanye negatif bagi negara,” ujarnya.

(Faryyanida Putwiliani/Igman Ibrahim)(Tribun Lombok/Robby Firmansyah)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.