TRIBUNJATIM.COM - Tragedi pendaki asal Brasil tewas di Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat menjadi perbincangan belakangan ini.
Kini Instagram pribadi Presiden Prabowo Subianto digeruduk wargnet Brasil atas kejadian tersebut.
Para warganet Brasil memprotes soal lambannya upaya penyelamatan pendaki asal Brasil, Juliana Marins, di Gunung Rinjani, Lombok NTB.
Untuk diketahui, Presiden Prabowo Subianto membahas soal kesehatan saat meresmikan sebuah rumah sakit yang diklaim modern di Bali, Bali Internasional Hospital, Rabu (25/6/2025).
Momen tersebut pun diunggah di akun media sosial instagramnya, @prabowo.
Melansir Tribun Bali, Prabowo bahkan menekankan Indonesia adalah negara besar, negara bekemajuan, dinamis, sehingga harus memiliki fasilitas terbaik agar dapat menjadi pusat, dan menerima pasien dari Asia Tenggara, Pasifik dan sebagainya.
Di sisi lain, kolom komentar media sosial Instagramnya dibanjiri kritik soal penanganan Juliana Marins.
Prabowo dinilai sebagian warganet Brasil lalai terhadap keselamatan pengunjung di lokasi pariwisata.
Muncul juga narasi bahwa Pemerintah Indonesia berlomba-lomba menawarkan pesona pariwisata Indonesia, namun tidak dibarengi dengan alat dan fasilitas yang memadai.
"Saya warga negara Brasil dan dengan ini ingin mengimbau kepada para wisatawan agar tidak mengunjungi Indonesia.
Ini adalah negara dengan sumber daya yang sangat terbatas. Seorang wanita Brasil bernama Juliana sedang melakukan pendakian dan menjadi korban kelalaian pemerintah. Pemerintah bahkan sempat merilis video penyelamatan palsu yang menyatakan bahwa dia dalam kondisi aman, padahal kenyataannya dia sedang kedinginan, kelaparan, dan kehausan. Mereka membiarkannya mati," tulis netizen Brasil.
Juliana Marins jatuh ke jurang sedalam ratusan meter, ke arah Danau Segara Anak, di Kawasan Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), sekitar pukul 06.30 Wita, Sabtu (21/06/2025).
Lokasi tepatnya di titik Cemara Nunggal, jalur yang diapit jurang menuju puncak Rinjani.
Walaupun terjatuh, otoritas terkait menyebut Juliana dilaporkan masih hidup pada Sabtu itu.
Tiga hari kemudian, pada Selasa (24/06/2025), tim penyelamat baru mampu mendekati Juliana dan menyatakan korban telah meninggal dunia untuk kemudian dievakuasi keesokan harinya.
Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad, merespons ramainya warganet Brasil yang membanjiri akun Instagram Presiden Prabowo Subianto.
Dikatakan Dasco, Komisi V DPR bakal meminta pemerintah melakukan evaluasi terkait insiden ini.
"Tadi kami sudah sampaikan kepada komisi terkait untuk juga melakukan kunjungan atau juga evaluasi dan memberikan masukan kepada pemerintah tentang hal yang terjadi di Rinjani," kata Dasco di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (26/6/2025), dikutip dari Tribun Banten.
Adapun kejadian bermula Juliana Marins melakukan pendakian ke Gunung Rinjani bersama enam orang rekannya dan seorang pemandu lokal.
Mereka memilih jalur Sembalun dan pada Sabtu (21/6/2025) dini hari.
Juliana melanjutkan perjalanan menuju puncak bersama lima pendaki lain dan pemandu.
Saat tiba di titik Cemara Nunggal, Juliana dilaporkan merasa kelelahan dan diminta oleh pemandu untuk beristirahat.
Pemandu kemudian melanjutkan perjalanan ke puncak bersama kelima pendaki lainnya, meninggalkan Juliana sendirian di titik istirahat.
Saat Juliana tidak kunjung menyusul rombongan, pemandu memutuskan kembali ke lokasi tempat Juliana terakhir beristirahat.
Namun, Juliana tidak ditemukan di sana.
Dari titik tersebut, pemandu melihat cahaya senter di bawah jurang yang mengarah ke Danau Segara Anak.
Ia menduga cahaya itu berasal dari Juliana yang terjatuh dan segera menghubungi otoritas untuk meminta bantuan.
Tim SAR Diterjunkan
Laporan pertama diterima sekitar pukul 06.30 WITA pada Sabtu, (21/6/2025).
Tanggapan cepat datang dari tim gabungan yang terdiri dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Basarnas Mataram, Polsek Sembalun, Emergency Medical Hikers Community (EMHC), serta SAR Lombok Timur.
Tim SAR segera bergerak menuju lokasi dengan membawa peralatan vertical rescue.
Pada pukul 12.00 WITA, tim telah mencapai Pos 4 dan mulai mendekati lokasi dugaan jatuhnya korban.
Meski begitu, evakuasi belum dapat dilakukan segera karena medan ekstrem dan cuaca buruk.
Tiga hari pascakejadian, pada Selasa (24/6/2025), Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana mengonfirmasi Juliana diduga telah meninggal dunia.
Pernyataan tersebut berdasarkan hasil pencarian tim SAR yang menggunakan drone thermal milik Kantor SAR Mataram.
“Korban ditemukan pada kedalaman sekitar 400 meter dari titik awal jatuhnya. Diperkirakan dalam kondisi meninggal dunia,” ujar Widi dalam siaran pers.
Tim SAR mengaku kesulitan mengevakuasi tubuh Juliana karena kondisi geografis yang sangat terjal dan cuaca yang tidak bersahabat.
Operasi SAR dilanjutkan dengan bantuan helikopter, drone thermal, dan dua pendaki profesional berpengalaman.
Usai operasi lanjutan, Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas), Marsekal Muda TNI Mohammad Syafii, dalam keterangannya di akun resmi Basarnas, Selasa, (24/6/2025) malam, memastikan korban ditemukan tidak bernyawa di kedalaman 600 meter.
Syafii menjelaskan, 7 orang penyelamat dari tim SAR gabungan telah berhasil menjangkau kedalaman 400 meter, pada Selasa sore, pukul 16.52 WITA.
Kemudian, pada pukul 18.00 WITA, satu orang penyelamat dari Basarnas atas nama Hafid Hasadi, berhasil menjangkau korban pada kedalaman 600 meter.
Petugas lalu memeriksa korban, dan tidak ditemukan tanda-tanda kehidupan.
Selanjutnya, pukul 18.31 WITA, tiga personel tambahan dari potensi SAR diturunkan untuk mendekati korban di kedalaman 600 meter.
Mereka melakukan proses wrapping survivor sebagai persiapan evakuasi.
Total tujuh orang tim penyelamat bermalam di lokasi dengan sistem flying camp, di mana tiga orang berada di anchor point (kedalaman 400 meter) dan empat lainnya bersama korban.
Karena cuaca buruk dan jarak pandang terbatas, evakuasi ditunda dan dijadwalkan dilanjutkan pada Rabu (25/6/2025) pukul 06.00 WITA.
Evakuasi akan dilakukan dengan metode lifting (pengangkatan vertikal), lalu korban ditandu menyusuri jalur pendakian ke Posko Sembalun.
Dari sana, korban akan dievakuasi secara medis menggunakan helikopter ke RS Bhayangkara Polda NTB.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata menyatakan keprihatinannya atas insiden ini.
Menpar Widianti menegaskan keselamatan wisatawan merupakan prioritas utama.
Ia memerintahkan seluruh instansi terkait untuk memperketat Standar Operasional Prosedur (SOP) serta pengawasan terhadap aktivitas pemanduan di destinasi ekstrem seperti Rinjani.
“Seluruh instansi diperintahkan memperkuat SOP dan pengawasan pemanduan. Kami juga terus berkoordinasi dengan Kedutaan Brasil dan keluarga korban untuk memastikan transparansi informasi,” tegasnya.
Tragedi ini menjadi peringatan penting mengenai pentingnya protokol keselamatan yang ketat, terutama di destinasi wisata ekstrem seperti Gunung Rinjani.
Pemerintah dan pihak terkait diharapkan dapat meningkatkan pengawasan agar peristiwa serupa tidak terulang.