TRIBUNNEWS.COM - Seorang pendaki asal Malaysia bernama Nazli Bin Awang Ma'had (47) terjatuh saat menuju Danau Segara Anak, Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jumat (27/6/2025).
Beruntung, korban hanya mengalami luka ringan dan kini dilaporkan dalam kondisi baik.
Berikut sejumlah fakta dari insiden ini yang dirangkum oleh Tribunnews.com.
Kasi Humas Polres Lombok Timur AKP Nikolas Osman mengungkapkan kronologi jatuhnya korban.
Ia mengatakan, pada Kamis, 26 Juni 2025 sekitar pukul 10.30 WITA, pendaki asal Malaysia tersebut berangkat melakukan pendakian bersama 12 orang melalui pintu pendakian Kandang Sapi atau jalur Bawak Nao, Desa Sajang, Kecamatan Sembalun.
Keesokan harinya, Nazli bersama 12 orang rekannya melakukan perjalanan ke Danau Segara Anak.
Pada sekitar pukul 14.30 WITA, pendaki tersebut terpeleset diduga menghindari porter yang cukup banyak melintas di jalur tersebut.
“Melihat ada salah satu pendaki yang mengalami kecelakaan tersebut, porter maupun dari rekan korban segera memberikan pertolongan kepada korban,” ucap Nikolas, Sabtu (28/6/2025).
Pada hari ini, korban bersama 12 rekannya tiba di Sembalun. Korban dibawa menuju Puskesmas Sembalun untuk memperoleh perawatan medis.
“Keterangan medis, korban mengalami lebam sebelah kaki kanan, pinggul masih merasa sakit, luka gores di kepala,” ungkap Nikolas.
Berdasarkan informasi, pendaki dari Malaysia itu melakukan pendakian melalui pintu pendakian bersama12 orang rekannya secara resmi dengan bukti tiket menggunakan jasa Trekking Organizer (TO).
Menurut Nikolas, kondisi korban mengalami luka lebam pada bagian kaki dan pinggul sebelah kanan.
“Kondisi korban saat ini dalam keadaan mengalami luka lebam di bagian kaki dan pinggul sebelah kanan, namun secara umum masih dalam kondisi sehat dan mendapatkan rawat jalan,” jelasnya.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) Yarman mengatakan, saat ini korban sudah bersama dengan TO yang mendampinginya selama pendakian.
"Sudah kembali bersama TO-nya di Senaru, malah saya dapat kabar dia sudah pergi ke air terjun sambil menunggu temannya," ucap Yarman, Sabtu.
Ia menyebut, Nazli diduga terjatuh di jalur 200 meter sebelum jembatan menuju Danau Segara Anak via Senaru sehingga menyebabkan kepalanya mengalami luka.
Terkait kabar bahwa pendaki tersebut mengalami patah tulang, Yarman membantahnya.
"Itu ada jalan-jalan, kalau patah tulang tidak bisa jalan-jalan. Sudah dibuka (perban) di kepala mungkin terbentur," tutur Yarman.
Pendaki kerap mengalami kecelakaan di Gunung Rinjani. Terkini, terjadi dua insiden yang dialami oleh Warga Negara Asing (WNA).
Pertama, ada pendaki asal Brasil, Juliana Marins (27), yang meninggal dunia karena jatuh ke jurang sedalam kira-kira sekitar 650 meter, Sabtu (21/6/2025).
Lalu ada peristiwa yang dialami oleh Nazli Bin Awang Ma'had. Meski kondisinya baik-baik saja, peristiwa tersebut menjadi sorotan karena waktunya hampir berbarengan dengan peristiwa yang dialami oleh Juliana Marins.
Setelah sempat menutup sementara pendakian menuju puncak, pada 24 Juni 2025, Balai TNGR baru membukanya kembali pada hari ini.
Atas dasar itu, Yarman mengimbau kepada para pendaki untuk menyiapkan beberapa hal sebelum melakukan pendakian.
Pertama, pendakian di Gunung Rinjani bisa dilalui melalui beberapa jalur seperti Sembalun, Senaru, Timbanuh, Torean, dan Aik Berik.
Setiap jalur ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga kesiapan mental dan fisik dari para pendaki sangat dibutuhkan.
"Kalau mendaki gunung harus siap semuanya, siap fisik, siap mental," ucap Yarman.
Ia juga meminta kepada calon pendaki untuk mengenali medan yang akan dilewati, terutama saat melewati daerah-daerah rawan kecelakaan.
Bukan hanya itu, Yarman juga meminta jika terjadi sesuatu para pendaki bisa melakukan penyelamatan sendiri terlebih dahulu, sembari menunggu bantuan dari tim SAR.
"Setidaknya ada pengetahuan apabila terjadi kecelakaan, atau di rawan-rawan di mana posisinya," jelas Yarman.
Kemudian, Balai TNGR juga menyampaikan saat melakukan pendakian, para pendaki diharuskan menggunakan peralatan yang sesuai dengan standar.
Hal ini dilakukan untuk menghindari insiden di gunung. Tak hanya itu, pendakian yang sesuai standar operasional prosedur (SOP) sangat dianjurkan.
Para pendaki harus melalui jalur resmi karena jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terdata oleh petugas.
Ketua Asosiasi Trekking Organizer Lombok Utara, Munawir atau yang akrab disapa Aweng, berharap kecelakaan yang terjadi di Gunung Rinjani ini bisa dievaluasi oleh pengelola.
Misalnya, menyediakan alat-alat rescue atau pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) di jalur pendakian Rinjani.
“Aspirasi kami dari Trekking Organizer adanya fasilitas kayak P3K, atau sistem seperti apa karena itu (Juliana) jatuh ke kedalaman ratusan meter,” harapnya.
Selain perlengkapan P3K, pengelola diminta melengkapi peralatan rescue seperti tali di Plawangan yang menjadi tempat camping.
“Minimal kalau P3K, guide atau porter bisa memberikan pertolongan pertama,” harapnya.
Selain perlengkapan rescue dan peralatan P3K, diminta juga adanya persediaan makanan ataupun jaket yang dikhususkan untuk proses evakuasi jika terjadi kecelakaan.
(Deni)(TribunLombok.com/Toni Hermawan/Robby Firmansyah)