Wali Murid Kecewa Anak Tak Lolos SPMB Domisili Padahal Jarak Rumah 130 Meter, Demo ke Sekolah
Arie Noer Rachmawati June 28, 2025 02:30 PM

TRIBUNJATIM.COM - Sistem Penerimaan Murid Baru 2025 menuai sorotan di sejumlah wilayah.

Tak sedikit muncul protes dari para wali murid terutama SPMB jalur domisili.

Banyak murid tak lolos SPMB domisili meski jarak rumah dekat dengan sekolah.

Ternyata meski jarak dekat, peserta masih kalah dengan rapor tinggi.

Hal ini seperti terjadi di SMAN 3 Curug, Jawa Barat.

Salah satu wali murid, Jono Subagio mengaku kecewa anaknya tak diterima di SMAN 3 Curug. 

Padahal jarak antara rumahnya dengan sekolah hanya terpaut 130 meter. 

Dia mengatakan, banyak calon siswa yang jarakanya lebih jauh dari sekolah justru diterima dengan alasan nilai rata-rata rapornya lebih tinggi dari nilai anaknya. 

"Anak saya mau masuk sekolah di sini sedangkan saya di sini domisili bisa dibilang paling terdekat, bisa dihitung paling 100 sampai 130 meter," kata Jono, dikutip dari Tribun Tangerang

"Saya sudah daftar untuk domisili data sama RT ternyata hasilnya nihil, harunya utamain dong domisili, jangan pakai alasan nilai lah. Harusnya panitia mengerti wilayah mana dulu dipentingkan jangan yang dari Cikupa Tigaraksa bisa masuk," tambahnya. 

Merespons penolakan tersebut, dia bersama ratusan orang tua murid melakukan unjuk rasa tolak sistem penerimaan murid baru (SPMB) di SMAN 3, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang, Banten, berlangsung ricuh, Kamis (26/6/2025). 

Ratusan orangtua calon murid itu protes lantaran anak mereka yang telah mendaftar lewat jalur domisili tak diterima meskipun jarak antara sekolah dengan tempat tinggalnya sangat dekat. 

DEMO SPMB TANGERANG - Unjuk rasa tolak sistem penerimaan murid baru (SPMB) yang dilakukan ratusan orangtua calon murid di SMAN 3 Kabupaten Tangerang, Banten, berlangsung ricuh, Kamis (26/6/2025). Ratusan orangtua calon murid itu protes lantaran anak mereka yang telah mendaftar lewat jalur domisili tak diterima meskipun jarak antara sekolah dengan tempat tinggalnya sangat dekat.
DEMO SPMB TANGERANG - Unjuk rasa tolak sistem penerimaan murid baru (SPMB) yang dilakukan ratusan orangtua calon murid di SMAN 3 Kabupaten Tangerang, Banten, berlangsung ricuh, Kamis (26/6/2025). Ratusan orangtua calon murid itu protes lantaran anak mereka yang telah mendaftar lewat jalur domisili tak diterima meskipun jarak antara sekolah dengan tempat tinggalnya sangat dekat. (Tribun Tangerang/Nurmahadi)

Kericuhan pun terjadi ketika ratusan orangtua itu dihalangi beberapa guru di depan sekolah saat akan menemui panitia penyelenggara SPMB. 

Keributan pun berangsur mereda usai petugas kepolisian dan TNI menenangkan mereka. 

Orang tua murid lainnya, Ropi Azhari mengatakan terdapat 80 calon siswa yang berdomisili di Desa Kadu Jaya, Kecamatan Curug, ditolak pihak sekolah. 

Ropi mengatakan para orangtua calon murid menolak aturan SPMB diterapkan, dia berharap pihak sekolah bisa mendahulukan warga yang berdomisili paling dekat. 

"Kalau di Kadu Jaya itu yang daftar ke SMAN 3 ada 80 orang, tapi hanya ada beberapa doang yang masuk, harapan warga itu masuk sekolah tidak diukur dengan nilai karena yang saya tahu sekolah ini menerima berdasarkan domisili," ungkapnya. 

Di sisi lain Humas SMAN 3 Curug, Sardi menjelaskan penerimaan SPMB di tahun 2025 ditentukan beberpa faktor. 

Selain jarak rumah, pihak sekolah juga akan mengukur nilai rata-rata rapor serta indek satuan sekolah asal murid dalam menentukan tingkat kelolosan pendaftaran jalur domisili. 

"Tahun Lalu menggunakan jarak dengan zonasi saat ini berubah mengganti domisili tetapi yang dilihat adalah nilai," kata Sardi. 

"Walaupun rumahnya di sini sih andai kata namanya Joni tapi nilainya hanya 75 sedangkan andai kata Dian rumahnya di villa Pasundan Curug adalah 90 itu Dian yang akan masuk kan sudah beberapa kali seperti itu," sambungnya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.