Melihat Tradisi Keboan Aliyan Banyuwangi, Warga Kerasukan Layaknya Kerbau
kumparanNEWS June 30, 2025 09:40 AM
Hujan deras tak menyurutkan langkah ribuan orang untuk memadati Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi, Minggu (29/6). Mereka datang dari berbagai penjuru untuk menyaksikan Keboan Aliyan, tradisi sakral suku Using yang hanya digelar setahun sekali, setiap bulan Suro dalam kalender Jawa.
Tradisi ini bukan sekadar tontonan. Keboan Aliyan adalah warisan leluhur yang hidup di mana warga desa, dalam kondisi kesurupan bertingkah laku kerbau dengan membajak sawah, berkubang di lumpur, hingga membawa bajak di punggung. Mereka dipercaya tengah dirasuki arwah para leluhur petani.
“Ini bentuk syukur kami atas panen, dan doa agar musim tanam selanjutnya diberi hasil yang lebih baik,” ujar Kepala Desa Aliyan, Agus Robani Yusuf.
Tradisi Keboan Aliyan di Banyuwangi, Warga kerasukan leluhur layaknya Kerbau. Foto: Dok. kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Tradisi Keboan Aliyan di Banyuwangi, Warga kerasukan leluhur layaknya Kerbau. Foto: Dok. kumparan

Kesurupan Leluhur, Bertingkah Seperti Kerbau

Ritual dimulai sejak pagi dengan selamatan dan ider bumi, yakni prosesi keliling desa ke empat penjuru mata angin. Warga yang dipercaya kesurupan kemudian berubah melenguh, berjalan merangkak, dan sesekali menggaruk tanah seperti kerbau.
Mereka bergerak dalam dua kelompok besar dari arah timur dan barat, masing-masing berasal dari Dusun Krajan, Cempokosari, Bolot, Temurejo, Sukodono, dan Kedawung. Kedua kelompok tersebut bertemu di Lapangan Desa Aliyan untuk melakukan atraksi terakhir di hadapan wisatawan dan tokoh masyarakat.
Tak sedikit dari warga dan pengunjung yang mengaku merinding melihat momen-momen saat ‘kerbau manusia’ ini mulai masuk dalam trance terlihat lepas kendali, namun tetap dalam jalur prosesi adat.
Tradisi Keboan Aliyan di Banyuwangi, Warga kerasukan leluhur layaknya Kerbau. Foto: Dok. kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Tradisi Keboan Aliyan di Banyuwangi, Warga kerasukan leluhur layaknya Kerbau. Foto: Dok. kumparan

Warisan Abadi dari Era Blambangan

Keboan Aliyan diyakini telah dilangsungkan sejak masa Kerajaan Blambangan.
Konon, ritual ini merupakan warisan dari Buyut Wongso Kenongo, tokoh adat yang makamnya berada di Dusun Cempokosari. Hingga kini, masyarakat Using di Desa Aliyan terus menjaganya sebagai bagian dari identitas budaya mereka.
“Ini bukan sekadar acara adat, tapi bagian dari hidup kami. Keboan sudah jadi napas sekaligus tolak bala warga Aliyan,” kata Agus.
Tradisi Keboan Aliyan di Banyuwangi, Warga kerasukan leluhur layaknya Kerbau. Foto: Dok. kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Tradisi Keboan Aliyan di Banyuwangi, Warga kerasukan leluhur layaknya Kerbau. Foto: Dok. kumparan

Kekaguman Wisatawan Asing

Ritual yang unik ini menarik perhatian wisatawan, termasuk Aleksei, turis asal Rusia yang datang bersama pasangannya. “Saya belum pernah lihat budaya seperti ini. Sangat kuat, spiritual, dan penuh energi,” katanya terkesan.
Selain ritual utama, Keboan Aliyan juga dirangkai dengan kegiatan seperti bazar UMKM, pentas seni, dan pameran budaya lokal, yang sudah dimulai sejak Jumat (27/6).
Wakil Bupati Banyuwangi, Mujiono, yang turut hadir menyebut Keboan Aliyan sebagai contoh nyata pelestarian budaya yang berdampak pada sektor pariwisata dan ekonomi desa.
“Ini tradisi hidup yang harus kita rawat. Daya tarik seperti ini tak hanya menarik wisatawan, tapi juga memperkuat gotong royong dan jati diri masyarakat,” tutupnya.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.