Rocky Gerung di Korlantas: Peradaban Bangsa Tercermin dari Cara Berkendara di Jalan
Acos Abdul Qodir July 05, 2025 04:32 PM

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Cara masyarakat Indonesia berkendara ternyata bisa menjadi cerminan wajah peradaban bangsa.

Hal ini disampaikan akademisi dan filsuf Rocky Gerung dalam diskusi publik bertema keselamatan dan etika lalu lintas yang digelar di Korlantas Polri, Jakarta Selatan, Jumat (4/7/2025).

"Jika ingin tahu siapa kita sebenarnya, lihatlah cara kita mengemudi dan berbagi jalan. Di sana, ego, empati, dan etika saling bertabrakan," ujar Rocky.

Menurutnya, lalu lintas bukan sekadar urusan teknis, rambu, dan sanksi hukum.

“Butuh pemahaman mendalam tentang manusia, budaya, dan cara hidup kita sebagai masyarakat,” jelasnya.

Ia menekankan perlunya keseimbangan antara aturan dan nurani, karena jalan raya adalah tempat nilai dan kepentingan saling bertemu.

Rocky juga menyinggung soal budaya “amuck” — ledakan emosi massal yang spontan dan tidak rasional — yang masih mewarnai perilaku pengguna jalan di Indonesia.

Mentalitas ini, lanjutnya, menciptakan suasana lalu lintas yang kacau, tidak teratur, dan sulit dikendalikan.

Tak hanya itu, ia turut menyoroti fenomena “fetisisme kendaraan,” yakni anggapan bahwa kendaraan bukan hanya alat transportasi, tetapi simbol status dan ego.

“Mobil menyatu dengan diri pemiliknya. Di jalan, ia bukan sekadar benda, tapi subjek yang bersaing,” tegasnya.

Menanggapi pandangan tersebut, Kakorlantas Polri Irjen Pol Agus Suryonugroho menekankan pentingnya pendekatan humanis dalam tugas polisi lalu lintas.

Ia meminta seluruh jajaran menghidupi tagline: “Senyum Polisi adalah Marka Utama Lalu Lintas.”

"Senyum bukan hanya soal keramahan, tetapi bentuk nyata kepedulian. Polisi hadir untuk melindungi dan mengayomi, bukan sekadar menegakkan aturan," kata Agus.

Ia menambahkan, pendekatan yang ramah dan bersahabat akan memperkuat kepercayaan masyarakat, sekaligus menumbuhkan budaya lalu lintas yang etis dan tertib.

“Keselamatan adalah tanggung jawab bersama. Senyum polisi adalah sinyal bahwa jalan raya adalah ruang hidup yang harus dijaga,” pungkasnya.

Angka Kecelakaan Lalu Lintas

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Korlantas Polri, angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia pada 2023 mencapai lebih dari 152.000 kasus, dengan korban meninggal dunia mencapai hampir 24.000 jiwa. Penyebab utama kecelakaan adalah kelalaian manusia (human error), termasuk pelanggaran aturan lalu lintas dan perilaku berkendara yang agresif.

Kajian Kementerian Perhubungan RI juga menunjukkan bahwa tingkat kesadaran berkendara di Indonesia masih rendah, khususnya di kalangan pengendara sepeda motor. Rendahnya empati sesama pengguna jalan kerap menjadi pemicu konflik dan kecelakaan.

Korlantas Polri mencatat lebih dari 1,15 juta kecelakaan di 2024, naik hampir delapan kali lipat dari 152.000 kasus di 2023. Korban meninggal dunia mencapai 27.000 jiwa, atau 3–4 orang tewas setiap jamnya.

Mayoritas korban usia produktif, memberi dampak sosial dan ekonomi signifikan.

Meski secara keseluruhan memprihatinkan, Korlantas mencatat penurunan saat Operasi Ketupat 2025—angka kecelakaan turun 31 persen, dan fatalitas menurun hingga 46%.

Ini menunjukkan pendekatan terpadu bisa efektif.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.