TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Transisi pengelolaan aset dan kesinambungan warisan dari orangtua ke anak-anaknya kini dipandang semakin penting bagi banyak keluarga di Indonesia khususnya di kalangan masyarakat menengah atas.
Orangtua misalnya mereka yang memiliki bisnis, menginginkan agar nilai aset yang selama ini dihasilkannya bisa semakin berkembang dan tetap likuid ketika diwariskan ke anak-anaknya melalui perencanaan yang cermat dan terhindarkan dari berbagai dinamika dan guncangan situasi ekonomi.
"Ada tantangan dalam wealth transfer di Indonesia. Orangtua biasanya menyeerahkan apa saja yang dimiliki ke keturunannya."
"Padahal, ada impact hukum yang ada di dalamnya misal saat menyerahkan warisan properti dan warisan bisnis," kata Henra Sensei, praktisi perencanaan keuangan di acara talkshow peluncuran asuransi Manulife Protection Optimum Elite (Manulife PRIME) di Jakarta, Jumat, 4 Juli 2025.
Sensei mencontohkan, ketika orangtua hendak mengalihkan aset bisnis ke ahli waris belum tentu sang ahli waris sebagai calon penerima bersedia melanjutkan mengelolanya.
"Faktanya, di Indonesia belum ada bisnis yabg bisa berlanjut sampai generasi ketiga karena tidak menguasai 3M, yakni mengerti mau dan mampu."
"Asuransi jiwa mampu menyelamatkan harta waris dan akan menjadi sumber likuiditas bagi pewaris ketika orangtuanya sudah meninggal dan sedang membutuhkan harta warisan," bebernya.
Bagaimana cara generasi penerus mengelola kekayaan yang diwariskan dari orangtua? Sensei mengatakan, dibutuhkan wealth literacy atau literasi kekayaan bagi generasi penerus orangtuanya.
Terutama, bagaimana cara mengelola kekayaan yang didapat dari warisan orangtua agar warisan yang diperoleh bisa makin berkembang dan bisa berlanjut terus dinikmati.
Wakil Presiden Direktur & Deputy CEO Manulife Indonesia Novita Rumngangun mengatakan masyarakat Indonesia membutuhkan perlindungan jiwa yang bisa menjawab kebutuhan masyarakat dalam memastikan kelangsungan hidup dan peningkatan nilai warisan secara likuid dan terencana.
Untuk itu pihaknya menggandeng Bank DBS Indonesia dengan memperkenalkan Manulife PRIME untuk menjawab kebutuhan masyarakat dengan memberikan kejelasan pembagian manfaat melalui kontrak asuransi sehingga meminimalkan potensi konflik dan mempercepat proses distribusi warisan kepada ahli waris.
"Ini adalah solusi warisan yang berorientasi ke masa depan. Dirancang untuk berkembang dengan waktu, produk itu menawarkan manfaat perlindungan yang terus meningkat, dengan potensi peningkatan dari uang pertanggungan awal," ujarnya dalam konferensi pers.
Dia menjelaskan, melalui asuransi ini pihaknya berupaya memberi jawaban agar orangtua bisa seadil mungkin dalam memberikan warisan kepada anak-anaknya.
"Kita ingin mendorong masyarakat agar sadar pentingnya memiliki asuransi jiwa dan melakukan wealth accumulation. Jika mereka memiliki kesadaran ini, masyarakat Indonesia akan lebih sejahtera," bebernya.
"Kerjasama kami dengan DBS ini bisa jadi solusi yang sesuai dengan kebutuhan sehingga nasabah DBS merasakan keuntungan dari kerjasama ini," imbuhnya.
Ada dua opsi masa perlindungan, yakni hingga usia 75 tahun dan hingga usia 100 tahun.
Namun nasabah dapat memilih perlindungan hingga usia 75 tahun dan memperoleh manfaat jatuh tempo berupa 150 persen uang pertanggungan.
Menurut dia, fleksibilitas itu tidak hanya memberikan ketenangan finansial di usia lanjut tapi juga memastikan nilai warisan tetap terjaga dari dampak inflasi atau ketidakpastian ekonomi.
“Dengan menggabungkan proteksi jiwa, pengelolaan likuiditas, dan fleksibilitas mata uang dalam satu produk, kami menghadirkan solusi strategis untuk mengelola dan mewariskan kemapanan finansial dengan cara yang relevan dengan kebutuhan zaman," kata Novita.
Asuransi ini dapat dimiliki individu mulai dari usia 30 hari hingga 70 tahun, dengan pilihan masa pembayaran premi fleksibel selama 1, 3 atau 5 tahun.
Pihaknya juga menyediakan opsi premium financing, yaitu fasilitas pembiayaan premi melalui Bank DBS Indonesia yang memungkinkan nasabah mendapatkan perlindungan jiwa yang optimal dan fleksibilitas dalam perencanaan keuangan.
Dia menyebut produk tersebut memiliki proses underwriting sederhana, sehingga nasabah dapat lebih mudah mengakses nilai pertanggungan hingga Rp 5 miliar atau 500.000 dolar AS.
Consumer Banking Director Bank DBS Indonesia Melfrida Gultom mengatakan, pihaknya berupaya memperkuat nilai tambah ekosistem perbankan dalam mendukung solusi wealth management yang menyeluruh.
"Untuk nasabah di segmen priority yang dibutuhkan, nggak cuma akumulasi wealth, tapi di setiap stages ada proteksi atau perlindungan yang diberikan."
"Ini karena biaya dokter sekarang naik lebih cepat dari yield. Karena itu kami bekerja sama dengan Manulife agar penyakit kritis bisa dicover, juga untuk biaya sekolah anak serta perlindungan terhadap risiko," bebernya.
Hal inilah yang perlu kita pikirkan agar setiap stage hidup tidak ada yang mengganggu keuangan kita," imbuh Melfrida.