Bahrul Gendong 4 Orang di Tengah Laut, Kini Tunggu Kabar Adik Ipar yang Masih Belum Ditemukan
Samsul Arifin July 06, 2025 02:30 PM

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sinca Ari Pangesti

TRIBUNJATIM.COM, BONDOWOSO -  Cerita korban selamat dalam insiden tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali. 

Bahrul Ulum (26) pemuda asal Desa Suren, Kecamatan Ledokombo, Jember masih bertahan di Posko Terpadu Kecelakaan KMP Tunu Pratama Jaya, di Pelabuhan Ketapang, pada Minggu (6/7/2025).

Dia adalah satu penumpang yang selamat dari tragedi tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya, di Selat Bali, 2 Juli 2025 lalu. 

Meski demikian, sejak ditemukan hingga hari ke empat pencarian korban lainnya, dirinya enggan pulang ke Jember.

"Saya masih menunggu adik ipar saya belum ketemu," katanya pada Tribun Jatim Network.

Ia berangkat ke Bali bersama Budi Hartono (30) adik iparnya dan Suyitno (35) Sepupunya. Mereka menaiki Pikap L300 untuk mengantar ikan ke Kintamani, Bali.

Sebelum kapal terbalik, Bahrul berkumpul bersama adik iparnya di lantai atas. Dan terpisah dengan sepupunya. Namun, pada saat kapal terbalik mereka bertiga berpencar.

"Karena tidak sempat lompat," terangnya.

30 menit awal di lautan dirinya mencari adik ipar, namun tak ditemukan.  Akhirnya, dia terdampar di tengah laut selama 2 jam, hingga ada sekoci yang mengangkut penumpang selamat lainnya.

"Saya baru bertemu sepupu saya yang selamat juga, pas di Sekoci," katanya haru.

Selama terdampar di lautan Bahrul tak sendiri. Ada 4 orang penumpang yang tak seorang pun dikenalnya bergendongan padanya.

Bahrul menunjukkan luka di tangan kanannya. Luka itu bekas cakaran 4 orang penumpang laki-laki lain yang mencoba gendong padanya selama sekitar 2 jam terombang-ambing di lautan. Maklum saja, kata Bahrul, hanya dia yang mengenakan pelampung dan bisa berenang saat itu.

"Saya sudah kasian, orang-orang itu tak pakai pelampung. Takutnya tak bisa renang," jelasnya.

Selama 2 jam di lautan, Bahrul bersama seluruh penumpang hanya bisa berdiam. Saling bergendongan dan berpegangan di tengah besarnya ombak dan angin dingin laut.

"Ada yang nangis, ada yang baca sholawat," ujarnya.

Dia sebut memiliki harapan ketika ada sekoci berjarak 5 meter darinya. Sekoci itu akhirnya mendatangi mereka dan berkumpul bersama seluruh penumpang yang selamat.

"Di dalam sekoci isi 16 orang, penumpang lain, kayaknya juga ada kru," terangnya.

Kendati telah menaiki sekoci, Bahrul bersama belasan penumpang lain tak lantas tiba di daratan. Mereka harus mengarungi lautan hingga sekitar pukul 06.00 ditolong oleh nelayan yang mendatangi para penumpang.

"Di Bali, ditolong nelayannya," ujarnya.

Kini dirinya menaruh asa yang besar kabar adik iparnya yang saat ini tengah ditunggu anaknya uang masih berusia 2 tahun.

"Punya anak 2 tahun. Harapannya segera ditemukan dalam kondisi apa pun," pungkasnya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.