Sosok Dhika Bocah Aura Farming, Dapat Telpon dari Inggris usai Viral, Bangga Pacu Jalur Mendunia
Arie Noer Rachmawati July 06, 2025 05:30 PM

TRIBUNJATIM.COM - Seorang bocah menari di ujung sampan saat lomba Pacu Jalur di Kuantan Singingi (Kuansing), Riau mendadak viral di media sosial.

Atas fenomena tersebut muncul istilah aura farming di media sosial.

Istilah tersebut kemudian mendunia di berbagai negara bahkan tak sedikit atlet dunia hingga klub AC Milan turut mengikuti tren tersebut.

Lantas siapa bocah yang viral di Pacu Jalur Kuansing tersebut?

Ia adalah Rayyan Arkan Dhika.

Apa yang dilakukan Dhika di ujung sampan dikenal dengan sebutan Togak Luan, simbol bahwa jalur tim mereka sedang memimpin lomba.

Dikha diketahui masih berusia 11 tahun.

Ia berasal Desa Pintu Lobang Kari, Kecamatan Kuantan Tengah, Kuansing.

Rayyan tak pernah mengira tariannya di atas sampan akan menarik perhatian internasional.

"Saya tidak menyangka bisa se viral itu. Tahunya setelah melihat media sosial banyak orang luar yang menirukan tarian itu," ujar Rayyan saat ditemui di rumahnya, Jumat (4/7/2025), dikutip dari Kompas.com.

Saat tampil, Rayyan mengenakan stelan teluk belanga warna hitam, tanjak khas Melayu Riau, dan kacamata hitam.

Ia menari secara spontan, mengikuti irama dan semangat timnya yang tengah unggul.

"Itu spontan saja. Tidak ada belajar atau latihan," katanya.

Rayyan merasa sangat bangga karena tradisi yang ia cintai kini dikenal luas oleh masyarakat dunia.

"Alhamdulillah, sangat bangga dan bersyukur Pacu Jalur Kuansing semakin dikenal luas," ujarnya, didampingi ibunya, Rani.

TARI PACU JALUR - Rayyan Arkhan Dikha, bocah yang viral di TikTok usai Tari Anak Pacu Jalur. Dikha tak menyangka tenar dalam semalam, Kamis (3/7/2025).
TARI PACU JALUR - Rayyan Arkhan Dikha, bocah yang viral di TikTok usai Tari Anak Pacu Jalur. Dikha tak menyangka tenar dalam semalam, Kamis (3/7/2025). (KOLASE Dok. Instagram dan Tribun Pekanbaru/Guruh Budi Wibowo)

Tumbuh di Pinggir Sungai Kuantan

Menjadi Togak Luan adalah keinginan Rayyan sejak kecil.

Ia terbiasa berenang dan naik sampan di Sungai Kuantan, dua syarat utama menjadi penari di ujung jalur.

Keseimbangan dan kemampuan berenang adalah bekal penting.

"Ayah sering ngajak ke Pacu Jalur, jadi saya tertarik," ungkapnya.

Ayah Rayyan adalah mantan peserta Pacu Jalur dari tim Jalur Tuah Koghi Dubalang Ghajo, sementara sang kakak pernah menjadi Togak Luan.

Rayyan sendiri sudah dua tahun bergabung sebagai Togak Luan di tim ayahnya.

Kini, ia duduk di kelas 5 SD, dan memiliki cita-cita menjadi seorang Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Viral Sampai ke Luar Negeri

Fenomena tarian Rayyan yang viral membuat sang ibu, Rani, menerima banyak telepon dari dalam dan luar negeri.

"Banyak yang menelepon saya. Ada yang dari Inggris, Dubai juga ada, minta live gitu. Saya iyakan," katanya.

Meski bangga, Rani mengaku selalu merasa cemas setiap Rayyan naik jalur.

Ia selalu mengingatkan putranya untuk menjaga keseimbangan agar tidak terjatuh ke sungai.

"Ya, khawatirnya itu dia jatuh. Di situ ada tim penyelamat juga. Makanya setiap tanding saya ingatkan selalu jaga keseimbangan," ujar Rani.

Rani mengaku sangat mendukung Rayyan, dan berharap momen ini turut memperkenalkan budaya Pacu Jalur Kuansing ke mata dunia.

"Bangga sekali. Semoga Pacu Jalur Kuansing semakin dikenal lebih luas," tambahnya.

Anak Togak Luan mempertunjukkan tarian saat Pacu Jalur di Sungai Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, Kamis (3/7/2025).
Anak Togak Luan mempertunjukkan tarian saat Pacu Jalur di Sungai Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, Kamis (3/7/2025). (KOMPAS.COM/Dok. Mahviyen Trikon Putra)

Tradisi Pacu Jalur

Tradisi Pacu Jalur merupakan salah satu acara besar yang diadakan di Kabupaten Kuansing, yang berlangsung setiap bulan Agustus untuk memperingati kemerdekaan Indonesia.

Dalam perlombaan ini, perahu berukuran kecil dan panjang mendayung di aliran Sungai Kuantan.

Menariknya, di ujung jalur terdapat seorang anak kecil yang melakukan gerakan menari.

Anak tersebut mengenakan pakaian adat dan tanjak Melayu Riau, berdiri lincah di atas perahu yang melaju kencang.

Menurut Mahviyen Trikon Putra, seorang tokoh Pacu Jalur Kuansing, anak yang menari tersebut dikenal dengan sebutan "Togak Luan".

Mahviyen, yang dulunya juga merupakan anak Togak Luan saat kecil, menjelaskan di atas jalur yang berpacu ada dua anak kecil: satu di depan (Togak Luan) dan satu di belakang yang disebut Tukang Onjai, bertugas menggoyangkan jalur.

"Yang menari di haluan jalur itu memang hanya anak kecil, berusia sekitar 8 sampai 13 tahun. Dia bertugas memberikan semangat bagi anak pacu dalam mendayung jalurnya," jelas Mahviyen kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis (3/7/2025).

Mahviyen menambahkan, anak yang berada di belakang jalur bertugas mengarahkan jalur ke kiri dan kanan.

Dahulu, posisi ini diisi orang dewasa, namun kini digantikan oleh anak-anak untuk mengurangi beban jalur.

"Tarian yang dilakukan anak kecil di ujung jalur sebagai tanda bahwa jalurnya dalam posisi unggul," ungkapnya.

Tarian tersebut dilakukan secara spontan dan menjadi daya tarik tersendiri, dengan gerakan yang tidak ditentukan, hanya mengikuti naluri sambil menjaga keseimbangan.

Ketika jalurnya kalah, anak tersebut biasanya akan duduk.

"Karena jika tetap berdiri dan menari, itu menyampaikan informasi yang salah," tambahnya, diiringi tawa.

Mahviyen juga menjelaskan terkadang anak Togak Luan melompat ke sungai saat jalur sedang berpacu untuk mengurangi beban.

"Dia loncat ke sungai untuk mengurangi beban," kata Mahviyen, yang kini menjabat sebagai Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kuansing.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.