TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Cabang olahraga anggar Kota Probolinggo harus menelan pil pahit. Sebanyak lima medali hasil kerja keras atlet mereka tak bisa dikonversi menjadi poin akibat polemik dualisme kepengurusan di tubuh Pengprov IKASI Jawa Timur.
Ketua Cabor Anggar KONI Kota Probolinggo, Erni Yusnita, menyebut permasalahan ini membuat cabang anggar, KONI, dan para atlet sangat dirugikan.
“Hasil pertandingan yang telah berjalan, atlet Kota Probolinggo berhasil meraih 2 medali emas, 1 perak, dan 2 perunggu. Dengan demikian setidaknya ada 12 poin tambahan untuk KONI Kota Probolinggo,” ujar Erni, Selasa (8/7/2025) siang.
Namun, poin tersebut tidak bisa masuk dalam klasemen karena kisruh antara dua versi kepengurusan IKASI Jatim yang satu berada di bawah naungan KONI, satu lagi di bawah KOI.
Erni menjelaskan, permasalahan mencuat setelah 12 atlet asal Kabupaten Malang yang tergabung dalam IKASI versi KOI ikut bertanding, meski tidak memenuhi syarat.
“Mereka tidak ikut Kejurprov Anggar Sidoarjo pada 24–27 Oktober 2024, mendaftar di luar waktu yang ditetapkan. Bahkan saat kejuaraan dimulai, tidak ada satu pun dari mereka, baik atlet maupun pelatih, yang hadir. Tapi justru pertandingan dihentikan oleh KONI Jatim,” ungkapnya.
Menurut Erni, hal ini berdampak besar, bukan hanya pada raihan poin Kota Probolinggo, tapi juga pada nasib para atlet.
“Kami merasa dirugikan. Semua hasil kerja keras atlet kami seperti dihapus begitu saja,” tegasnya.
Sementara, Ketua Umum KONI Kota Probolinggo, Zulfikar Imawan, turut menyayangkan insiden ini. Ia menilai keputusan tersebut sangat merugikan secara moral dan perolehan klasemen.
“Saya yakin para atlet kami sudah latihan keras. Ini jelas merugikan, baik secara mental maupun capaian poin. Jika poin anggar kami dihitung, Kota Probolinggo bisa melesat ke peringkat 25,” tegas Iwan. (*)