Gaduh Blackmores 'Beracun' di Australia
GH News July 23, 2025 09:04 AM
Jakarta -

Ramai warga Australia menggugat perusahaan suplemen ternama Blackmores melalui mekanisme gugatan class action. Gugatan tersebut dilayangkan setelah sejumlah konsumen mengalami masalah kesehatan serius, terutama gangguan saraf, yang diduga terkait dengan kandungan vitamin B6 berlebih dalam produk Blackmores.

Salah satu penggugat class action, Dominic Noonan-O'Keeffe mulai mengonsumsi dua produk Blackmores, yakni Super Magnesium+ dan Ashwagandha+, pada Mei 2023.

Ia tidak menyadari kedua suplemen tersebut mengandung kadar vitamin B6. Kadarnya disebut mencapai 29 kali lipat lebih tinggi dari asupan harian yang direkomendasikan.

Walhasil, pada Agustus 2023, Dominic mulai mengelukan gejala kelelahan ekstrem, sakit kepala, hipersensitivitas terhadap rangsangan lingkungan, hingga kejang otot, nyeri saraf (neuralgia), detak jantung tidak beraturan (palpitasi), gangguan penglihatan, serta hilangnya sensasi di tubuh. Kondisinya makin memburuk hingga mengganggu konsentrasi, tidur, bahkan kemampuan berjalan.

Tim medis kemudian menyebut Dominic mengalami neuropati, kerusakan pada sistem saraf yang diduga kuat disebabkan oleh akumulasi vitamin B6 dari konsumsi suplemen tersebut. Meski ia menghentikan konsumsi produk pada Februari 2024, gejala masalah saraf yang dialaminya diklaim masih terus berlangsung hingga kini.

Firma hukum Polaris Lawyers yang mewakili para penggugat menyatakan bahwa mereka tengah menyelidiki lebih lanjut dugaan dampak jangka panjang dari konsumsi vitamin B6 dosis tinggi yang dijual bebas melalui produk Blackmores. Mereka menyoroti fakta banyak suplemen di pasaran mengandung kadar B6 yang melebihi ambang aman konsumsi harian.

"Sangat mengkhawatirkan melihat begitu banyak produk di rak apotek mengandung vitamin B6 dalam dosis tinggi yang berpotensi toksik," tulis mereka dalam pernyataan resmi.

Respons Blackmores

Sementara itu, pihak Blackmores akhirnya angkat suara menanggapi laporan tersebut. Dalam pernyataan resminya yang dikutip dari News.com.au, perusahaan menyatakan bahwa seluruh produknya dikembangkan sesuai standar yang ditetapkan Therapeutic Goods Administration (TGA), otoritas regulasi obat dan suplemen di Australia.

"Blackmores berkomitmen terhadap kualitas produk dan keselamatan konsumen. Semua produk kami mematuhi batas dosis maksimum harian serta mencantumkan peringatan sesuai ketentuan," ujar juru bicara perusahaan.

Blackmores juga menyatakan bahwa mereka sedang meninjau keputusan sementara dari TGA, serta menyatakan kesiapannya untuk patuh terhadap keputusan akhir-termasuk jika produk mereka harus dipindahkan dari kategori over-the-counter menjadi hanya bisa dibeli melalui apoteker.

BPOM RI Angkat Bicara

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) memastikan Blackmores yang diduga memicu masalah saraf karena tinggi dosis vitamin B6, tidak terdaftar di Indonesia. Dua produk yang belakangan ramai dikaitkan potensi toxic di Australia adalah Blackmores Super Magnesium+ dan Ashwagandha+.

BPOM RI dalam keterangan resminya, mengimbau masyarakat untuk sementara waktu mengonsumsi produk yang sudah berizin edar di Indonesia.

"Produk yang ini tidak terdaftar, jadi beda dengan produk di Indonesia. Ini khusus di Australia saja. Masyarakat diimbau untuk pakai yang sudah terdaftar di Indonesia," demikian imbauan BPOM dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom Selasa (22/7/2025).

Pihak BPOM RI juga disebut masih terus berkoordinasi dengan TGA, otoritas regulasi obat dan suplemen di Australia. Mengingat, belum ada penindakan lebih lanjut termasuk penarikan menyikapi kasus ini.

Saksikan pembahasan lengkapnya hanya di program detikPagi edisi Rabu (23/07/2025). Nikmati terus menu sarapan informasi khas detikPagi secara langsung () pada Senin-Jumat, pukul 08.00-11.00 WIB, di 20.detik.com, YouTube dan TikTok detikcom. Tidak hanya menyimak, detikers juga bisa berbagi ide, cerita, hingga membagikan pertanyaan lewat kolom .

"Detik Pagi, Jangan Tidur Lagi!"

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.