Makassar (ANTARA) - Sinar keemasan matahari di ufuk timur mulai menyembul saat orang tua siswa berbondong-bondong mengantar anaknya ke Sentra Wirajaya, Makassar UPT Kementerian Sosial di Salodong Kecamatan Biringkanaya, Makassar.

Ada haru dan tetesan air mata membasahi pipi para ibu yang mengaku baru pertama kali berpisah dengan anaknya. Meski terasa berat, namun ibu dari 150 anak yang mendaftar di Sekolah Rakyat SMP 23 Makassar itu harus rela melepas anaknya belajar di sekolah gratis yang disiapkan pemerintah.

Selain bersekolah gratis juga disiapkan asrama dengan segala kebutuhan siswa ditanggung negara, mulai makan, minum, seragam sekolah dan kebutuhan lainnya. Semua telah disiapkan di Sentra Wirajaya yang disulap menjadi sekolah dan asrama untuk anak-anak dari keluarga prasejahtera di Kota Makassar.

"Ini pertama kali saya berpisah dengan anak bungsu saya, untuk bisa melanjutkan pendidikan di tingkat SMP," ujar salah seorang ibu paruh baya, Hamsina dari Daya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar.

Sesekali ia menyeka air matanya sambil menceritakan jika sudah lebih 10 tahun suaminya meninggal dan harus menghidupi empat orang anaknya seorang diri dengan membuka warung kecil-kecilan di rumahnya.

Untuk melanjutkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dia mengaku tak sanggup, sehingga ketika petugas dari Kemensos ke rumahnya dan memberikan pengertian tentang pentingnya sekolah dan pembiayaannya siap ditanggung oleh negara melalui Sekolah Rakyat, akhirnya tanpa berpikir panjang dia segera mendaftarkan anaknya.

Peluncuran Sekolah Rakyat yang dilakukan oleh pemerintah pada 14 Juli 2025, hanya terpaut 10 hari dari peringatan Hari Anak-Anak Nasional (HAN), suatu momentum di bulan Juli yang memberikan harapan besar bagi anak-anak Indonesia untuk meraih masa depan yang lebih baik.

Penyediaan sarana pendidikan untuk warga yang tidak mampu dari segi ekonomi itu, menjadi secercah harapan yang membuat 1.750 siswa yang tersebar di 15 sekolah rintisan di Sulawesi Selatan menjadi momen spesial.

Rasa gembira dan syukur itu tidak hanya bagi anak-anak di Sulsel tetapi juga di provinsi lainnya di Indonesia yang tersebar di 100 Sekolah Rakyat.

Tahun Ajaran Baru 2025/2026 kali ini diwarnai dengan peluncuran serentak Sekolah Rakyat oleh Presiden Prabowo Subianto secara virtual.

Kepala Sentra Wirajaya, UPT Kemensos A Nur Alam mengatakan, Sekolah Rakyat tersebut merupakan program Kementerian Sosial RI yang dirancang memberikan pendidikan gratis bagi anak-anak keluarga prasejahtera termasuk yang kategori miskin ekstrem dan yang masuk Program Keluarga Harapan (PKH).

Semua siswa yang masuk dalam kuota 150 anak ini sudah melalui proses verifikasi ketat termasuk kunjungan ke rumah oleh petugas dari Kemensos dan pendamping PKH.

Nur Alam mengatakan, selama 3 tahun para siswa akan bersekolah dan tinggal di asrama yang aktivitas pada pagi dan sore diberikan pendidikan akademik, sedang pada malam hari diisi dengan pendidikan karakter, misalnya mengaji bagi yang beragama Islam.

Pendidikan akademik, agama dan sosial diharapkan dapat membantu membentuk karakter siswa, agar menjadi generasi yang handal di masa mendatang.

Karena itu, tenaga pengajar telah disiapkan dari Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang sudah tersertifikasi sebanyak 13 guru ditambah masing-masing seorang wali asrama dan operator sekolah.

Selain itu, mereka juga dibantu dari tenaga profesional dari Sentra Wirajaya sebanyak 16 orang termasuk seorang diantaranya adalah pengamanan (security).

Salah seorang siswa, Annisa mengaku sangat senang berada di Sentra Wirajaya untuk menuntut ilmu, termasuk mendapatkan teman baru dan guru pembimbing yang ramah-ramah.

Menurut dia, selain belajar mereka juga mendapat kesempatan untuk ikut ekstrakurikuler sesuai dengan bakat dan keinginan siswa. Apalagi di Sentra Wirajaya tersedia aneka lapangan olahraga seperti lapangan voli, basket dan lain-lain, sehingga siswa tidak jenuh diasramakan.

Pada hari libur sekolah, siswa dapat dikunjungi oleh keluarga untuk melepas rindu.

Hal senada dikemukakan oleh siswa Sekolah Rakyat jenjang SMA di Jalan Bung Makassar, Yusran.

Menurut dia, pendidikan di jenjang SMA ini juga mendapatkan pendidikan vokasi, sehingga saat lulus sudah dapat bekerja atau melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.

Kebijakan pemerintah lewat Sekolah Rakyat ini adalah bagian dari upaya menyekolahkan anak-anak yang kurang mampu dan termasuk anak jalanan yang lebih banyak menghabiskan waktu di jalan agar dapat kembali bersekolah.

Keseriusan pemerintah itu akan ditunjukkan pada Agustus 2025 dengan pembangunan Sekolah Rakyat permanen serentak di Indonesia, termasuk di Sulsel.

Dari 9 daerah yang diusulkan untuk membangun Sekolah Rakyat permanen, sudah ada dua daerah yang mendapat persetujuan yakni Kabupaten Bone dan Sidrap.

Kepala Dinas Sosial Sulawesi Selatan Abdul Malik Faisal optimistis 9 daerah yang diusulkan bisa mendapatkan alokasi pembangunan Sekolah Rakyat permanen.

Adapun 7 daerah lainnya yang akan menyusul adalah Kabupaten Barru, Soppeng, Luwu Timur, Luwu Utara, Pangkep, Bulukumba dan Kepulauan Selayar.

Dengan demikian, sekolah rakyat rintisan saat ini hanya akan digunakan selama setahun setelah itu pada tahun ajaran 2026/ 2027 semuanya sudah direlokasi ke sekolah permanen yang baru.

Perhatian pemerintah terhadap anak-anak selaku generasi penerus ini patut diapresiasi karena mencoba memenuhi salah satu dari 10 Hak Anak sesuai ketentuan organisasi dunia Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) yakni berhak mendapatkan pendidikan.

Hak atas pendidikan itu merupakan hak ketiga bagi anak, setelah hak hidup dan hak atas perlindungan.

Semoga desain besar (grand design) yang disiapkan pemerintah berjalan lancar tak ada kendala yang berarti di lapangan, sehingga momen peluncuran Sekolah Rakyat tersebut menjadi kado terindah pada peringatan Hari Anak-Anak Nasional.

Kebijakan pemerintah ini layak mendapat dukungan dari semua pihak, khususnya orang tua siswa dan masyarakat setempat, sehingga pada saat.menapak Indonesia Emas 2045 mendatang, Indonesia sudah siap dengan generasi paripurna yang siap menghadapi tantangan zaman.

Generasi yang tidak hanya memiliki kemampuan akademik, tetapi juga memiliki karakter dan jiwa sosial yang tinggi. Generasi yang memiliki wibawa yang mampu hidup berdampingan dan sejajar dengan bangsa lainnya.

Kepala Sentra Wirajaya, UPT Kemensos A Nur Alam bersama perwakilan orang tua siswa. ANTARA/ Suriani Mappong