Jakarta (ANTARA) - Penerimaan beasiswa Erasmus+ Uni Eropa (EU) oleh ratusan mahasiswa Indonesia tidak hanya kesempatan untuk belajar, namun juga untuk berbagi nilai-nilai dan warisan budaya Indonesia.

"Waktu Anda di Eropa bukan hanya kesempatan untuk belajar, tetapi juga berbagi nilai-nilai dan warisan budaya Indonesia yang kaya serta aspirasi kita sebagai bangsa," kata Subkoordinator Rekognisi Pembelajaran Lampau dan Pembelajaran Internasional, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Indonesia (Kemdiktisaintek), Yulita Priyoningsih.

Hal itu disampaikan Yulita dalam sambutannya pada acara Pra-Keberangkatan Penerima Beasiswa Erasmus+ di Jakarta, Sabtu.

Ia menilai program beasiswa Erasmus+, yang didanai Uni Eropa, menjadi perjalanan transformatif yang akan memperkenalkan pada beragam budaya, keunggulan akademis, serta perspektif global.

"Melalui studi di berbagai institusi di seluruh Eropa, mahasiswa Indonesia akan memperoleh wawasan berharga, tidak hanya jika memiliki keahlian, namun juga dalam nilai kerja sama, inovasi, dan pemahaman antarbudaya," katanya.

Pada kesempatan itu, Yulita juga mengaku bangga dan menyampaikan selamat kepada mahasiswa penerima beasiswa serta mengapresiasi Uni Eropa atas beasiswa tersebut.

"Kepada Uni Eropa dan program Erasmus, kami menyampaikan apresiasi atas dukungan berkelanjutan Anda dalam memperkuat konektivitas antarmasyarakat Indonesia dan Eropa," katanya.

Ia juga berharap agar mahasiswa Indonesia tumbuh sebagai pemimpin masa depan dan menjadi agen perubahan dan ilmu yang diperoleh selama menjalani pendidikan di Eropa dapat dibawa pulang ke Tanah Air serta disebarkan luaskan kepada masyarakat.

Penerima Beasiswa Erasmus+ Uni Eropa Teja Kurniawan. (ANTARA FOTO/Asri Mayang Sari)

Salah satu penerima beasiswa Erasmus+, Teja Kurniawan mengaku sangat senang dapat berkesempatan kuliah di luar negeri.

"Pastinya sangat senang karena sudah lama ingin kuliah S2 di Eropa. Dari segi pendidikan, di Eropa justru lebih banyak peluang," katanya.

Teja menjelaskan bahwa tahun ini adalah pengajuan beasiswa Uni Eropa pertamanya dan dirinya tidak menyangka dapat lolos dari 17.000 pesaing di jurusan yang dipilihnya.

"Bersyukur sekali atas perolehan beasiswa ini setelah bersaing dengan 17.000 pelamar lainnya. Dari jumlah itu hanya 17 yang diterima, termasuk saya," kata alumni jurusan Hubungan Internasional Unpad itu.

Teja berharap dirinya dapat memaksimalkan kesempatan belajar di berbagai negara di Uni Eropa dan menggali lebih dalam ilmu yang diperoleh agar dapat berkontribusi balik untuk Indonesia dan Uni Eropa.

Mahasiswa lainnya, Noer Risky Ramadhani, juga mengungkapkan antusiasmenya menjelang studi di Eropa.

"Kami akan segera memulai pengalaman sekali seumur hidup lintas negara, budaya, dan disiplin ilmu dan berkomitmen untuk tidak hanya mencapai keunggulan akademik, tetapi juga untuk membangun jembatan antarbudaya, mempromosikan pemahaman kolektif, dan kembali sebagai agen perubahan untuk komunitas dan negara kita," katanya.

Sebanyak 260 mahasiswa dan dosen Indonesia berhasil meraih beasiswa Erasmus+ tahun akademik 2025.

Dari total 260 penerima beasiswa, 73 di antaranya adalah penerima beasiswa Erasmus Mundus Joint Master’s (EMJM), yang menempatkan Indonesia di peringkat ke-8 di antara penerima beasiswa EMJM terbanyak di dunia.

Selain EMJM, 187 mahasiswa dan dosen lainnya juga telah mendapat beasiswa pertukaran Erasmus+ jangka pendek untuk belajar, mengajar, atau mengikuti pelatihan di universitas-universitas Eropa.

Sebaliknya, 75 mahasiswa dan akademisi asal Eropa juga datang ke Indonesia untuk belajar dan mengajar dengan beasiswa yang sama. Sejak diluncurkan pada 2004, hampir 3.000 mahasiswa dan dosen Indonesia berhasil meraih beasiswa Erasmus+.