Kaniala Intan Permadani Wasahua, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), menjadi mahasiswa pertukaran Erasmus+ International Credit Mobility (ICM) 2025. Selama satu semester penuh, ia akan berkuliah di Universidad de Castilla-La Mancha di Spanyol dengan pengakuan setara 22 SKS.
Lana, panggilan akrabnya, ingin kuliah di luar negeri sejak SMA untuk memperluas kesempatan dan jejaring. Langkah ini dibukanya dengan mobilisasi sebagai mahasiswa pertukaran pada semester 6.
Di Spanyol nanti, ia akan belajar tentang pelaporan dan ahli; topografi dan ; pengantar pada pencegahan, keamanan, dan proyek teknis; konstruksi, eksekusi, dan manajemen ekonomi; serta instalasi bangunan.
"Bisa dikonversi (ke SKS), sedikit-banyak ada nya karena programnya terintegrasi sama kampus," ucap mahasiswa S1 Teknik Sipil UMM ini.
Di sela kegiatan pra-keberangkatan Erasmus+ Awardee 2025, di Catur Dharma Hall, Menara Astra, Tanah Abang, Jakarta, Sabtu (26/7/2025), ia bercerita kisahnya lolos seleksi pertukaran mahasiswa ke Spanyol.
Persiapan Motivation Letter
Informasi Erasmus+ ICM semula diperoleh Lana dari International Relations Office (IRO) UMM tengah tahun lalu. Ia pun sigap menyiapkan CV, transkrip nilai, hingga skor bahasa Inggris, dan berlatih wawancara.
baginya jadi syarat paling menantang. Ia mempersiapkannya selama dua bulan, dengan pendampingan dan dari guru persiapan yang seorang alumnus beasiswa LPDP.
Pada dokumen pendaftaran itu, ia menceritakan daerah asalnya yang butuh pembangunan lebih lanjut untuk mendukung roda perekonomian. Jembatan, contohnya, menjadi penting untuk menghubungkan antarpulau. Ia juga menjelaskan keinginannya berkontribusi pada bidang pembangunan di daerah asal sesuai bidang studinya.
"Di , saya menceritakan tentang jati diri saya. Kebetulan saya dari Ambon, Maluku, dari Desa Kabau, di mana desa itu dalam proses membangun," tutur mahasiswa Teknik Sipil UMM ini.
"Saya melihat Maluku itu salah satu penghasil ikan terbesar di Indonesia. Saya melihat ada potensi, tetapi secara infrastruktur belum memadai. Saya juga menjadi NGO berbasis komunitas dan lingkungan, jadi saya melihat kota saya belum maju secara infrastruktur. Dari situ tergerak hati saya dalam penulisan itu," ucapnya.
Sebelumnya, Lana membekali diri dengan terjun ke kegiatan kerelawanan bidang lingkungan. Di antaranya yakni pada Youth For Impact, AIESEC UMM (2024) untuk proyek pengelolaan limbah dan Student Against Climate Crisis (2022) untuk mempelajari manajemen limbah.
Pantang Menyerah
Lana menuturkan, ia tes bahasa Inggris tiga kali untuk memenuhi persyaratan program pertukaran. Sempat terbesit keraguan jika ia tak cocok ikut program pertukaran ini. Terlebih, rekan-rekannya sudah lebih dulu diterima. Namun, ia memantapkan diri untuk lanjut mencoba.
"Aku kebetulan orangnya . Jadi waktu sekali gagal pertama itu aku bukan langsung menyerah. Tapi aku langsung analisis, bagian mana yang aku gagal, bagian mana yang sudah berhasil. karena ada hasilnya di berapa, berapa, berapa. Di karena aku bacanya lama, jadi kayak makan waktu gitu. Aku analisis, lalu aku perbaiki," ucapnya.
"Jadi kalau misalnya sekalipun nggak lolos, jangan berkecil hati. Masih ada kesempatan di luar sana," imbuhnya.
Kini, Lana juga belajar bahasa Spanyol secara otodidak untuk mengantisipasi beberapa mata kuliah dengan bahasa pengantar tersebut. Di kampus La Mancha nanti, ia juga akan ikut kelas pengayaan bahasa untuk memantapkan kemampuannya.
Bagaimana detikers, mau ikut pertukaran mahasiswa seperti Lana? Selamat menyiapkan diri!