SOSOK S Kisahkan Kerasnya Kerja di Kapal Pesiar, Kurang Rehat Hingga Berbagai Fakta Gelapnya!
Anak Agung Seri Kusniarti July 27, 2025 08:31 PM

TRIBUN-BALI.COM - Sarah (nama samaran) memang bermimpi ingin ke Bali. Baginya Pulau Surga ini, adalah tempat indah yang kelak menjadi rumah masa tuanya. 

Ia merantau dari salah satu pulau terbesar di Indonesia, meninggalkan ayah dan kakak perempuannya, demi mengejar mimpi di Bali. 

Namun pandemi membuatnya gigit jari, pekerjaan di hotel berbintang hanya tinggal mimpi. Ia pun melamar ke sana sini, berharap ada lowongan untuk bisa tetap stay di Bali. 

Akhirnya sekitar tahun 2022, salah satu agen memanggilnya untuk bekerja. Sarah akan dikirim ke kapal pesiar yang akan berlayar keliling Eropa. 

Ia senang bukan kepalang, karena akhirnya ada panggilan yang datang. Bersiap menghadapi tantangan, menuju masa depan gemilang. 

Sarah mendapat panggilan dari salah satu agen pemberangkatan pekerja ke kapal pesiar. Kapal tempatnya bekerja bisa menampung 4.000 - 5.000 lebih penumpang.

ILUSTRASI - Akhirnya sekitar tahun 2022, salah satu agen memanggilnya untuk bekerja. Sarah akan dikirim ke kapal pesiar yang akan berlayar keliling Eropa. 
ILUSTRASI - Akhirnya sekitar tahun 2022, salah satu agen memanggilnya untuk bekerja. Sarah akan dikirim ke kapal pesiar yang akan berlayar keliling Eropa.  (ISTIMEWA/HUMAS PELINDO 3)

Sebagai anak baru, Sarah tentu selalu mendengarkan dan mengikuti apa arahan boss bahkan senior-seniornya. Hanya saja ia tidak menduga bekerja di kapal pesiar seberat itu. 

"Aku harus berdiri 18 jam bahkan lebih," katanya kepada Tribun Bali mengisahkan. Dalam 24 jam, bisa dihitung jari waktu baginya untuk rehat. Tidur larut malam, kemudian bangun pagi buta. 

Hanya saja ia tetap berusaha profesional, walau terkadang lelah, kantuk, bosan, bahkan hingga mabuk laut melandanya. Apalagi perempuan ada mood saat akan datang bulan. 

Sarah menceritakan, hampir semua kru punya beban dan masalahnya masing-masing. Namun mereka semua tetap selalu bekerja sesuai tupoksinya masing-masing. 

Sebab bekerja dengan orang asing sangat ketat, salah sedikit atau kasus sedikit bisa dipecat. Sebagai waitres junior, ia mengambil pekerjaan tidak saja mengantarkan makanan. 

Namun juga memindahan meja, piring, dan lain sebagainya. Di mana jumlahnya benar-benar ribuan, dan tentu terbayangan bagaimana melelahkannya itu. 

Hanya saja, memang gaji yang diberikan juga sesuai, antara Rp15 jutaan sampai puluhan juta tergantung masa kerja dan jabatan di dalam kapal. 

Belum lagi jika dapat tip dan service, maka ia sebulan bisa mengumpulkan sampai Rp20 jutaan. Ia sudah berangkat sekitar 3 kali, berangkat pertama ia pakai untuk melunasi modal saat pelatihan sebelum berangkat. 

Kemudian berangkat kedua, ia gunakan untuk membeli mobil, dan berangkat ketiga ini rencana untuk DP rumah di Bali. "Semoga saja bisa terus kuat bekerja di kapal," katanya.

Baginya, bayaran itu sesuai dengan kerja keras ia dan rekan-rekannya selama di atas kapal. Walau tidak dipungkiri, bekerja di kapal pesiar membuatnya stres. Apalagi selama 8 bulan hanya melihat samudera dan lautan luas.

Ia bisa rehat sejenak tatkala kapal berlabuh di pelabuhan (port), dan semua tamu termasuk kru boleh keluar kapal dan berjalan-jalan. 

Ia sudah ke berbagai negara dan pelabuhan di Eropa, dan itu menjadi pengalaman terbaiknya. Terkadang saat berlabuh, ia membeli makanan khas dan berburu kuliner enak untuk melepaskan stres. 

Sarah mengatakan, banyak yang melepas stres dengan malah main kasino atau judi. Sehingga banyak dari rekannya yang malah kehabisan uang. 

Kemudian sisi gelap lainnya, adalah hubungan antar kru yang kerap di luar batas. Selama 8 bulan bersama dalam sebuah kapal, tentu ada saja benih cinta tumbuh. 

Namun masalahnya, banyak pekerja yang sudah menikah dan memiliki anak di daerah asalnya. Tapi kemudian nekat menjalin hubungan di kapal, dengan dalih menghilangkan stres. 

Perlakuan pada rekan perempuan pun, kata dia, terkadang jauh dari kata hormat. Tidak sedikit rekan pria yang merayu dan memaksa secara halus, rekan wanita untuk melayaninya bak suami istri. 

Jika tidak mau, maka akan dibully atau dikucilkan. Yang kemudian menjadi masalah adalah tatkala rekan pria itu lebih senior dari sang wanita, maka bekerja selama 8 bulan tentu menjadi neraka. 

Di sinilah butuh kekuatan mental dan fisik, serta batasan-batasan untuk tetap kuat bekerja secara profesional di kapal pesiar. Sarah pun berharap ke depannya, pekerja khususnya dari Bali atau Indonesia saling menjaga jika sama-sama bekerja di kapal pesiar. (*)

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.