Alasan Misrika Telantarkan Ibunya, Trauma Pernah Ingin Dibunuh
galih permadi July 29, 2025 05:30 AM

Alasan Misrika Buang Ibu Kandungnya: Trauma Pernah Disuruh Dibunuh

TRIBUNJATENG.COM – Kasus viral penelantaran seorang lansia bernama No Taji (76) di Probolinggo, Jawa Timur, menyita perhatian nasional. Dalam video yang beredar, sang anak, Misrika (43), terekam mendorong, menendang, hingga membentak ibunya sendiri di pinggir jalan.

Publik mengecam keras tindakan Misrika yang dianggap tak berperikemanusiaan. Namun, di balik itu, Misrika mengungkap alasan mengejutkan yang membuatnya memilih tidak lagi merawat sang ibu: trauma masa lalu yang belum pulih.

Dalam sesi mediasi bersama pihak desa dan petugas dari yayasan sosial, Misrika mengaku menyimpan luka batin akibat ucapan ibunya sendiri.

 “Ibu pernah bilang ke kakak saya: ‘Bunuh saja Misrika’. Saya gak bisa lupa itu,” ujar Misrika dalam mediasi pada 3 Juni 2025.

 

Ucapan tersebut, menurutnya, terus menghantui dan menjadi penyebab utama renggangnya hubungan mereka. Trauma itu diperparah oleh kebiasaan No Taji yang, karena faktor usia, kerap berbicara sendiri, mengalami penurunan ingatan, dan bersikap tak terkendali.

Misrika menyatakan bahwa ia sudah menyerah dan tidak sanggup lagi mengurus ibunya. Bahkan ia tak keberatan jika tidak diberi kabar bila ibunya meninggal dunia di panti jompo.

 “Saya sudah gak mau merawat. Trauma dan takut. Kalau sudah meninggal, enggak apa-apa meski saya enggak dikabari. Silakan dirawat sampai meninggal,” ujarnya dalam video wawancara yang kemudian ikut tersebar di media sosial.

 

Sikap dingin tersebut membuat publik geram. Namun sebagian warganet mulai mempertanyakan, apakah kasus ini murni penelantaran, atau ada luka batin yang lebih dalam?

Sementara itu, Camat Besuk Abdul Bari menyebut, video kekerasan yang viral merupakan gabungan dari dua kejadian berbeda: satu pada 1 Juni saat Misrika membentak ibunya, dan satu lagi pada 25 Juli ketika No Taji ditemukan tergeletak di jalan.

Saat ini, No Taji sudah dievakuasi ke Yayasan Griya Lansia Husnul Khatimah di Malang untuk mendapat perawatan yang layak. Pemerintah Kabupaten Probolinggo juga telah melakukan mediasi dan edukasi kepada pihak keluarga.

Kepala Dinas Sosial Probolinggo, Rachmad Hidayanto, menegaskan bahwa pihaknya akan terus mengawal proses pemulihan baik secara fisik maupun psikis untuk No Taji, sekaligus mengevaluasi sistem perlindungan terhadap lansia di wilayahnya.

Kasus ini menjadi pengingat bahwa konflik dalam keluarga, jika tak ditangani secara bijak, bisa berujung pada tragedi yang menyayat hati publik. Di sisi lain, trauma batin yang lama terpendam juga tak bisa diabaikan begitu saja.(*)

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.