SURYAMALANG.COM, MALANG - Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STIBA) Malang terus berjuang untuk terus memutar operasional kampus.
Stigma bahwa STIBA telah tutup masih menghantui.
Bahkan, plang nama di depan kampus pun tidak menunjukkan identitas STIBA.
“Banyak yang ragu saat masuk," ujar Arie Wibowo (45), Ketua Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STIBA) Malang, Selasa (22/7/2025).
Namun, ia yakin bahwa STIBA bisa bertahan, bahkan tumbuh.
Ia menyadari, di era teknologi saat ini, minat terhadap pendidikan formal bahasa memang menurun.
Banyak yang merasa cukup belajar dari aplikasi.
Apalagi, jurusan Sastra Inggris kerap disalahpahami hanya melahirkan penyair.
“Padahal di sini kami mengajarkan bagaimana berpikir kritis, analitis, logis. Itu penting di dunia kerja,” tegasnya.
Arie mengatakan Alumni STIBA banyak yang sukses di sektor pariwisata, menjadi penerjemah, bahkan menjadi diplomat di kedutaan besar.
Dalam semangat menjaga asa, Arie dengan segenap kemampuan yang ada berjuang untuk menghidupi kembali STIBA.
STIBA kini menjadi satu-satunya sekolah tinggi yang khusus mengajarkan bahasa asing di Kota Malang.
Tak banyak memang yang tersisa.
Tapi di balik sepinya ruang kelas dan jumlah mahasiswa yang minim, ada semangat tak kenal lelah dari para pendidik yang bertahan.
“Saya hanya berharap STIBA tidak benar-benar mati,” ucap Arie pelan.
Suaranya mengandung tekad, lebih dari sekadar keinginan untuk bertahan—melainkan juga membuktikan bahwa dari keterpurukan, STIBA bisa berdiri kembali. Pelan, tapi pasti. (Benni Indo)