Batam (ANTARA) - Satuan tugas (Satgas) Pangan Polda Kepri mengambil sampel sejumlah beras premium dari berbagai merek yang diperjualbelikan di Kota Batam untuk dilakukan uji laboratorium guna memastikan kualitasnya.
Kasubdit I Industri dan Perdagangan (Indag) Ditreskrimsus Polda Kepri AKBP Ruslaeni mengatakan pihaknya ingin memastikan kualitas beras premium yang beredar di Batam guna memberikan rasa aman kepada masyarakat.
"Tim mendatangi beberapa pasar modern dan swalayan dan melakukan pengambilan beberapa merek beres yang diperdagangkan," kata Ruslaeni dikonfirmasi di Batam, Selasa.
Dia menjelaskan, ada enam merek beras premium yang diambil sampelnya, yakni beras merek Anak Ajaib dengan distributor PT Rintis Sejahtera Makmur; beras merek Pohon Cemara dengan Distributor PT Karya Usaha Pangan; beras merek Minang Raya dengan Distributor PT Usaha Kiat Permata; beras merek SPHP Bulog dengan distributor Perum Bulog; dan beras merek Jawa Raya Premium dengan distributor PT Usaha Kiat Permata.
Ruslaeni menyebut sampel beberapa beras tersebut telah diserahkan ke PT Mutu Agung Lestari Tbk di Jakarta untuk dilakukan uji laboratorium.
"Sampel baru kami serahkan Senin (28/7), untuk hasil uji laboratorium baru diketahui dua minggu lagi," ujarnya.
Sebelumnya, Satgas Pangan Ditreskrimsus Polda Kepri telah melakukan uji laboratorium terhadap beberapa sampel beras dengan berbagai merek, yakni Harumas, Dunia Kijang Super, Wan Lixiang, Royal Banana dan Uni Minang.
Dari hasil pengecekan sebelumnya, Satgas Pangan tidak menemukan adanya beras oplosan.
Kali ini pengecekan beras premium dengan membandingkan kualitas beras SPHP dari Bulog.
"Pengecekan kali ini untuk lebih meyakinkan masyarakat, kami mengambil 10 sampel beras berbagai merek yang beredar di Batam untuk diuji laboratorium apakah ada yang dioplos atau tidak," kata Ruslaeni yang juga Kasatgas Pangan Polda Kepri.
Usai dilakukan pengecekan dan pengambilan sampel ini, kata dia, Satgas Pangan Polda Kepri melakukan koordinasi berkaitan dengan uji laboratorium dan melakukan monitoring di lapangan, guna mencegah peredaran beras oplosan.