TIMESINDONESIA, JAKARTA – Lebih dari 356.000 orang di Jepang diperintahkan untuk segera mengungsi pada Rabu (30/7/2025), menyusul gempa bumi bermagnitudo 8,8 yang mengguncang Semenanjung Kamchatka di Rusia.
Melansir Sputnik, Otoritas Jepang mengeluarkan peringatan tsunami besar dan langsung melakukan evakuasi massal di enam prefektur, sebagaimana dilaporkan oleh NHK.
Pusat krisis nasional langsung dibentuk di bawah kantor Perdana Menteri Jepang sebagai bentuk respons cepat atas potensi bencana besar ini. Peringatan tsunami awalnya dikeluarkan untuk sebagian wilayah pesisir timur Jepang, namun kemudian meluas ke hampir seluruh pantai timur Pasifik negara tersebut.
Gelombang tsunami setinggi tiga meter sempat diperkirakan melanda sejumlah wilayah, meski hingga saat ini yang terpantau baru mencapai 30 hingga 50 sentimeter di beberapa lokasi. Kendati demikian, potensi bahaya masih dinilai tinggi oleh otoritas.
Sebagai langkah antisipasi, sebanyak 41 rute kereta api di Jepang telah dihentikan sementara waktu. Bandara Sendai di Prefektur Miyagi juga masih ditutup hingga pemberitahuan lebih lanjut. Pemerintah Jepang menegaskan bahwa keselamatan publik menjadi prioritas utama dalam menghadapi krisis ini.
Dalam konferensi persnya, Kepala Sekretaris Kabinet Yoshimasa Hayashi menyatakan bahwa sejauh ini belum ditemukan anomali atau kerusakan pada pembangkit listrik tenaga nuklir di Jepang, yang menjadi kekhawatiran tersendiri sejak tragedi Fukushima pada 2011.
Gempa bumi terjadi pada Selasa malam (29/7) pukul 23.24 GMT atau Rabu pagi pukul 06.24 WIB. Pusat gempa berada di lepas pantai Semenanjung Kamchatka, Rusia. Menurut para ahli, ini adalah gempa terkuat yang tercatat di kawasan tersebut sejak tahun 1952.
Sementara itu, Pemerintah Wilayah Sakhalin di Rusia juga menyatakan keadaan darurat di Distrik Severo-Kurilsky akibat gempa dan potensi tsunami yang menyusul. (*)
