Tidak mudah bagi seseorang menuntut ilmu ke negeri orang demi meraih bekal kesuksesan di masa depan.
Selain harapan yang menjadi pondasi perjuangan, tersimpan kekhawatiran bagaimana jika sakit melanda?
Dua mahasiswa Warga Negara Asing (WNA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta tidak hanya menemukan ilmu, namun menemukan jaring pengaman yang memberikan mereka kenyamanan dalam asa menggapai cita.
Aminu Khidir, warga negara Nigeria dan Akihito Fujiwara, warga negara Jepang merasa tenang akan kesehatan mereka saat menuntut ilmu di Indonesia karena telah terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan.
Aminu Khidir (28) merupakan mahasiswa Program Studi S1 Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, UNS.
Jauh dari tanah Afrika, pria yang akrab disapa Amin itu telah tiga tahun berada di Indonesia.
Amin mengungkapkan memiliki kartu BPJS Kesehatan sejak tahun 2022 di awal perkuliahan.
Ia mengaku pernah menggunakannya untuk berobat dan cek kesehatan.
“Saya pernah sedikit sakit lalu ke Medical Center UNS, ada luka di bagian kepala, saya datang sebanyak dua kali alhamdulillah sudah sembuh.”
“Saya juga menggunakan kartu ini kalau mau cek kesehatan, seperti saat mau KKN (Kuliah Kerja Nyata),” ungkap Amin saat diwawancarai Tribunnews.com, Minggu (29/6/2025).
Aminu Khidir (28), mahasiswa Univeristas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dari Nigeria menunjukkan kartu BPJS Kesehatan yang dimilikinya, Minggu (29/6/2025). Mahasiswa jurusan Sastra Arab itu mengaku terbantu dengan BPJS Kesehatan. (Tribunnews.com/Wahyu Gilang Putranto)Saat tiba di Indonesia, Amin tidak terlalu sulit beradaptasi dengan cuaca, sehingga tidak ada masalah kesehatan.
“Alhamdulillah adaptasi mudah, cuaca di sini lebih enak daripada Nigeria, di sini panasnya tidak terlalu menyengat, kalau dingin juga tidak terlalu dingin.”
“Di Nigeria kalau sedang panas terlalu panas, bisa sampai 40 derajat Celcius, kalau dingin juga terlalu dingin,” ujarnya.
Amin mengaku senang bisa menuntut ilmu di UNS meski harus belajar lebih ekstra.
“Saya harus katakan perkuliahannya susah, karena pengantarnya bukan menggunakan bahasa Inggris atau Arab, tapi pakai Bahasa Indonesia.”
“Saya masih terus belajar Bahasa Indonesia, karena ada perbedaan bahasa seharihari dengan bahasa pembelajaran di kelas. Tetapi alhamdulillah lancar,” ungkap Amin.
Apalagi, Amin adalah satusatunya mahasiswa Sastra Arab dari luar Indonesia di angkatannya.
Meski tidak mudah menjalani perkuliahan, Amin merasa terbantu dengan adanya BPJS Kesehatan.
“Sangat terbantu, alhamdulillah saya belum memakai untuk masalah kesehatan yang serius, walau tidak sakit tapi rasa aman kalau ada kartu ini,” ungkapnya sambil menunjukkan kartu BPJS Kesehatan miliknya.
“Insya Allah kalau qodarullah (takdir Allah) saya sakit, saya tidak khawatir,” pungkasnya.
Cerita Akihito FujiwaraBerbeda dengan Amin, Akihito Fujiwara (26) sudah lebih lama menuntut ilmu di UNS, tepatnya tahun 2018.
Toto, panggilan akrabnya, saat ini tengah menjalani studi S2 Sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNS angkatan 2024.
Sebelumnya, ia juga mengambil jurusan S1 Sosiologi di UNS.
Saat berbincang dengan Tribunnews.com, kemampuan Bahasa Indonesia Toto bisa dibilang bagus.
Program studi yang dipilihnya memberikan pemahaman mendalam tentang masyarakat, perilaku sosial, hingga struktur sosialnya.
Meski tidak mudah dalam menjalani jenjang pendidikan pascasarjananya saat ini, Toto juga merasa lebih tenang karena telah terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan.
“Saya merasa lebih aman karena bisa periksa ke dokter secara gratis,” ungkapnya saat dijumpai pada Senin (22/6/2025).
Akihito Fujiwara, mahasiswa Univeristas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dari Jepang saat dijumpai pada Senin (22/6/2025). Mahasiswa jurusan Sosiologi itu mengaku terbantu dengan BPJS Kesehatan. (Tribunnews.com/Wahyu Gilang Putranto)Toto tidak menemui kesulitan yang berarti saat pertama datang di Indonesia.
“Tidak ada masalah dengan cuaca, beradaptasi tidak sulit. Tetapi saya kurang tahan dengan makanan yang pedas,” ungkapnya.
Selama menjalani perkuliahan di UNS, Toto pernah menggunakan BPJS Kesehatan untuk berobat.
Toto mengaku pernah mengalami keluhan sakit di punggung bagian bawah.
“Pernah berobat di Medical Center UNS, saya lupa tanggal pastinya, tapi masih tahun ini, lalu diberikan obat, tidak ada biaya yang saya keluarkan, semuanya gratis,” ungkapnya.
Menurutnya, hadirnya BPJS Kesehatan sangat membantu terutama para mahasiswa asing yang mungkin memiliki kekhawatiran terhadap kesehatannya saat berada di Indonesia.
“BPJS Kesehatan sangat membantu, terutama bagi mahasiswa internasional untuk menjaga kesehatan,” pungkasnya.
124 Mahasiswa Asing UNS Jadi Peserta BPJS KesehatanSementara itu Kepala Subdirektorat Layanan Internasional (International Office) UNS, Elisa Herawati mengungkapkan terdapat 124 mahasiswa asing dan lima dosen atau pekerja di UNS yang diikutkan sebagai peserta BPJS Kesehatan.
“BPJS Kesehatan diberikan kepada semua mahasiswa asing penerima UNS Scholarship baik dengan skema beasiswa penuh maupun parsial sejak tahun 2022,” ungkapnya saat dihubungi Tribunnews.com, Rabu (26/6/2025).
Elisa mengungkapkan faskes I para mahasiswa asing berada di UNS Medical Center.
Ia juga mengapresiasi pelayanan dan kolaborasi BPJS Kesehatan dengan faskes yang berlokasi di area kampus itu.
“Sejauh ini cukup bagus, ada beberapa kasus mahasiswa asing rawat jalan, rawat inap, bahkan hingga operasi tertangani dengan baik,” ungkapnya.
Jaminan Kesehatan untuk SemuaDihubungi terpisah, Kepala BPJS Kesehatan Cabang Surakarta, Debbie Nianta Musigiasari menegaskan komitmen pelayanan kesehatan untuk semua.
Debbie mengatakan BPJS Kesehatan memberikan pelayanan yang sama untuk seluruh masyarakat tanpa pandang bulu, baik itu Warga Negara Indonesia (WNI) maupun WNA.
“Untuk warga negara asing, mereka mendapatkan pelayanan yang sama. Mereka memiliki hak yang sama dengan WNI serta memiliki kewajiban yang sama pula,” ungkap Debbie kepada Tribunnews.com, Senin (30/6/2025).
Debbie mengungkapkan BPJS Kesehatan berkomitmen memberikan pelayanan terbaik terhadap para peserta.
“Yang pertama tentu peningkatan akses pelayanan untuk faskes dari waktu ke waktu yang terus bertambah, seiring dengan bertambahnya peserta BPJS Kesehatan,” ujarnya.
Suasana pelayanan di kantor BPJS Kesehatan Cabang Surakarta, Jawa Tengah, Senin (30/6/2025). (Tribunnews.com/Wahyu Gilang Putranto)Di Kota Surakarta, Debbie menyebut saat ini terdapat lebih dari 500 faskes yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
Terdiri dari 394 faskes pertama, 55 faskes lanjutan, dan 37 faskes penunjang seperti apotek atau laboratorium.
Selain itu BPJS Kesehatan juga berkomitmen dalam kemudahan dan kecepatan layanan. Seperti dengan penggunaan aplikasi Mobile JKN.
“Semua layanan dapat diakses melalui aplikasi ini, seperti informasi, mendaftar online, konsultasi, hingga telemedicine,” ujar Debbie.
Selain itu BPJS juga meningkatkan pelayanan dengan pelayanan melalui Pandawa, yaitu singkatan dair Pelayanan Administrasi Melalui WhatsApp.
Pandawa diinisiasi oleh BPJS Kesehatan sebagai kanal layanan tanpa tatap muka bagi peserta JKN‑KIS.
“BPJS menekankan pelayanan tanpa diskriminasi, selain itu BPJS Kesehatan juga berkomitmen untuk memberikan layanan bebas kecurangan,” pungkasnya. (*)