Teknologi Nuklir Indonesia Darurat: Negara Lain Sudah Bangun 64 Reaktor, RI Baru Rencana
GH News July 31, 2025 07:06 PM

Di tengah persaingan global yang makin agresif dalam penguasaan teknologi nuklir, Indonesia didesak segera membenahi kesiapan sumber daya manusia (SDM) di sektor ini.

Negaranegara besar seperti Amerika Serikat, Rusia, China, Prancis, hingga India kini berlombalomba membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), baik untuk keperluan energi maupun militer.

Hingga 2025, sedikitnya 64 reaktor nuklir baru sedang dibangun secara aktif di berbagai belahan dunia.

Sementara itu, 87 proyek lainnya sudah masuk tahap perencanaan. 

Momentum global ini menandai kembalinya energi nuklir sebagai solusi utama atas krisis energi dunia dan kebutuhan transisi dari bahan bakar fosil ke energi bersih.

Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), As Natio Lasman, menegaskan bahwa Indonesia tidak boleh tertinggal.

“Kita harus belajar dari Amerika, Rusia, dan China dalam pengoperasian reaktor. Kirimkan SDM kita ke sana, biar mereka belajar langsung di lapangan,” ujar As Natio dalam Seminar Nasional bertema Peluang SDM dalam Pembangunan PLTN, Kamis (31/7/2025).

Menurutnya, Indonesia telah memetakan 29 lokasi strategis untuk pembangunan PLTN, termasuk di wilayah Bangka Belitung dan Kalimantan Barat.

Maka dari itu, penguasaan teknologi nuklir serta kesiapan SDM menjadi kunci utama keberhasilan proyek ini.

As Natio menambahkan, alasan utama pentingnya PLTN di Indonesia adalah efisiensi energi:

“Satu gram uranium menghasilkan panas setara dengan 3 ton batu bara. Apalagi, Indonesia punya cadangan uranium yang besar, dari Kalimantan, Mamuju hingga Sumatera.”

Seminar tersebut dihadiri oleh puluhan peserta dari instansi nuklir dan industri energi, termasuk Plt Kepala BAPETEN, perwakilan CNNC Indonesia (China National Nuclear Corporation), BRIN, hingga Balai Besar KEBTKE.

Direktur PT Intergy Indonesia, Muhammad Mauliddin Nugraha, juga menyampaikan bahwa lembaganya telah mensertifikasi ribuan tenaga proteksi radiasi, termasuk dari sektor migas dan pertambangan.

“Kami memaparkan peluang kerja di sektor PLTN. SDM dasar kita sudah ada, tinggal diupgrade. Politeknik Teknologi Nuklir di Jogja misalnya, sudah meluluskan banyak teknisi,” katanya.

PT Intergy Indonesia ditunjuk langsung oleh BAPETEN sebagai lembaga pelatihan tenaga nuklir bersertifikat.

Kegiatan ini juga difasilitasi Forum Pekerja Radiasi, yang anggotanya berasal dari alumni pelatihan proteksi radiasi di Intergy.

Program magang luar negeri,

Pengiriman ahli ke negara maju,

Percepatan penyusunan standar kompetensi tenaga nuklir nasional dan internasional.

“Kalau kita lambat, kita hanya akan jadi pasar teknologi, bukan penguasa,” pungkas As Natio.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.