Saran Dokter UB untuk Waspada Penyakit Musiman di Masa Pancaroba : Jaga Kehangatan Tubuh
Dyan Rekohadi August 04, 2025 07:32 AM

SURYAMALANG.COM, MALANG – Perubahan cuaca yang ekstrem saat pancaroba kerap memicu munculnya berbagai penyakit, mulai dari gangguan pernapasan, alergi, hingga demam berdarah. 

Sayangnya, banyak masyarakat masih menyepelekan gejala awal yang sebenarnya bisa menjadi tanda penyakit serius.

dr. Nuretha Hevy Purwaningtyas, dosen di Departemen Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK UB) mengungkapkan, bahwa musim pancaroba merupakan masa rawan bagi mereka yang memiliki riwayat alergi atau asma. 

"Saat udara dingin, terutama di pagi hari, gejala seperti bersin-bersin, sesak, hingga kambuhnya asma bisa terjadi," ujarnya kepada Surya Minggu (3/8/2025).

Untuk menghindari gejala tersebut, masyarakat disarankan menjaga kehangatan tubuh dengan mengenakan jaket saat cuaca dingin dan mengonsumsi antihistamin jika diperlukan. 

"Obat seperti cetirizine atau loratadine bisa dikonsumsi jika gejala alergi mulai muncul," tambahnya.

Selain alergi, infeksi saluran pernapasan seperti batuk, pilek, dan demam ringan juga menjadi kasus yang meningkat. 

dr. Nuretha menjelaskan, gejala tersebut biasanya bisa ditangani dengan obat bebas yang tersedia di pasaran.

Namun, ia menekankan pentingnya pemeriksaan ke dokter bila gejala tidak membaik dalam tiga hingga lima hari.

Tak hanya itu, demam berdarah juga perlu diwaspadai meskipun kasus puncaknya biasanya terjadi saat musim hujan. 

Ciri khasnya antara lain demam tinggi disertai nyeri sendi dan otot.

"Demam berdarah tetap bisa terjadi saat pancaroba, karena suhu yang berubah drastis menurunkan imunitas tubuh," ujar dokter yang juga membuka praktik di Klinik PG Kebonagung, Kabupaten Malang itu.

Menurut dr. Nuretha, faktor penyebab rentannya masyarakat terhadap penyakit saat pancaroba adalah ketidakmampuan tubuh beradaptasi dengan perubahan suhu.

Ditambah kelelahan dan stres yang dapat menurunkan sistem kekebalan. 

Ia juga menyoroti kebiasaan masyarakat yang cenderung menyepelekan kondisi kesehatan karena faktor budaya dan minimnya pengetahuan.

"Banyak yang menganggap kalau masih bisa berdiri dan beraktivitas, berarti masih sehat. Padahal, bisa jadi tubuh sedang menahan gejala awal penyakit," katanya.

Sebagai langkah pencegahan, dr. Nuretha menyarankan tiga hal utama.

Yakni olahraga teratur, pola makan seimbang, dan manajemen stres.

"Olahraga ringan seperti jalan kaki 30 menit setiap pagi sangat dianjurkan. Minimal 150 menit per minggu sudah cukup menjaga daya tahan tubuh," katanya. 

Di samping itu, ia mengingatkan pentingnya mengurangi konsumsi gorengan serta meningkatkan asupan buah-buahan yang kaya vitamin.

"Stres juga harus dikelola. Karena stres ini dapat menekan sistem imun dan membuat tubuh rentan sakit,”

"Semoga masyarakat lebih peka terhadap gejala penyakit dan tidak ragu untuk berkonsultasi ke dokter," tandasnya.

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.