Kita ini sudah tinggal menikmati masa kemerdekaan, yang dulu diperjuangkan dengan mengorbankan jiwa raga, bahkan nyawa dari para pejuang, masa menyambut kemerdekaan ini dengan membuat lingkungan bersih dan meriah saja, tidak mau?
Bondowoso (ANTARA) - Peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia atau HUT RI identik dengan kemeriahan suasana, baik di lingkungan tempat tinggal maupun di jalanan umum.
Di momen HUT RI ini, sejak sebelum memasuki Agustus, warga sudah membersihkan lingkungan tempat tinggal, dengan mengecat pagar, merapikan pot-pot bunga, bahkan mengecat pinggiran jalan dengan warna tertentu agar lingkungan tersebut terlihat rapi dan indah.
Begitu masuk pada 1 Agustus yang dikenal sebagai bulan HUT RI, kemeriahan di lingkungan tempat tinggal itu semakin marak dengan dipasangnya umbul-umbul, termasuk bendera merah putih di depan setiap rumah. Pada malam hari, suasana itu semakin tampak meriah, dengan hidupnya lampu warna warni dan kerlap kerlip.
Sementara di jalan raya, selain umbul-umbul dan bendera merah putih yang dipasang warga yang rumahnya berada di pinggir jalan, menyambut peringatan HUT RI biasanya juga dimeriahkan dengan berbagai kegiatan, seperti gerak jalan atau karnaval.
Semua kemeriahan menyambut HUT RI itu merupakan hasil dari upaya gotong royong yang dilakukan warga, dengan didukung oleh perangkat desa atau kelurahan bersama pengurus rukun tetangga (RT) atau rukun warga (RW).
Karena itu, momen HUT RI ini, selain untuk merawat semangat nasionalisme, dengan mengenang dan meneladani perjuangan para pahlawan bangsa, sekaligus juga menjadi ajang untuk merawat budaya luhur yang diwariskan leluhur bangsa kita, yakni gotong royong atau budaya saling tolong menolong.
Kalau pada bulan-bulan di luar HUT RI banyak warga yang memanfaatkan waktu di akhir pekan untuk rekreasi ke suatu tempat atau berkumpul bersama keluarga atau hanya bermalas-malasan untuk melepas penat di rumah, menjelang dan di bulan Agustus, hari libur justru menjadi ajang untuk saling bertemu dengan tetangga dalam kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan.
Meskipun momen ini juga sering dijadikan ajang untuk lomba kebersihan lingkungan, baik di tingkat rukun warga (RW) atau tingkat kelurahan dan desa, semangat menampilkan lingkungan tempat tinggal yang indah itu bukan sekadar upaya memenangi lomba; ada kesadaran mendalam di setiap jiwa warga bahwa Agustus merupakan momentum bagi mereka membuat lingkungan bersih, baik ada lomba maupun tidak ada lomba.
"Kita ini sudah tinggal menikmati masa kemerdekaan, yang dulu diperjuangkan dengan mengorbankan jiwa raga, bahkan nyawa dari para pejuang, masa menyambut kemerdekaan ini dengan membuat lingkungan bersih dan meriah saja, tidak mau?" Begitulah kira-kira argumen yang tertanam dalam jiwa masyarakat Indonesia menyikapi datangnya bulan Agustus dengan menampilkan kemeriahan dan keindahan lingkungan.
Karena itu, kemeriahan pada setiap Agustus itu bukan sekadar pada tampilan dari umbul-umbul atau lampu hias, melainkan juga terjadi saat warga berkumpul untuk bekerja bakti membersihkan lingkungan.
Di sela-sela bahu membahu bekerja bakti, warga saling berkomunikasi membahas hal-hal ringan yang selama ini mungkin terabaikan karena masing-masing sibuk dengan segala aktivitas dan pekerjaannya.
Kebersamaan yang disambung dengan komunikasi itu semakin kuat ketika mereka beristirahat, kemudian makan bersama atau sekadar menikmati minuman kopi dan teh beserta makanan ringan.
Bagi masyarakat di perkotaan, kebersamaan seperti itu mungkin tergolong tidak mudah untuk diwujudkan, dan Agustus memfasilitasi warga untuk sering berkumpul, sekaligus merawat budaya saling bekerja sama. Tidak hanya kaum lelaki dewasa yang terlibat, kaum emak-emak juga bergotong royong menyiapkan konsumsi untuk para bapak bekerja bakti.
Selain itu, anak-anak kecil biasanya juga ikut nimbrung, melihat orang tuanya bekerja untuk kebersihan lingkungan bersama. Pada saat seperti itu, tidak kita sadari ada transfer nilai-nilai sosial dan budaya dari para orang dewasa kepada para generasi penerus ini mengenai semangat gotong royong. Lewat ajang itu, anak-anak akan menyerap nilai luhur bahwa antara satu orang dengan lainnya atau antartetangga memang harus selalu baik dan bekerja sama.
HUT Kemerdekaan Ke-80 RI tahun ini yang mengambil tema "Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju" tidak lepas dari nilai dasar yang dimiliki dan dipegang bangsa kita, yakni bersatu. Kebersatuan atau kebersamaan menjadi dasar dari cita-cita bersama agar bangsa kita berdaulat menuju kesejahteraan bersama dan menjadi bangsa yang maju.
Tentu saja, kemajuan bangsa dan kesejahteraan bersama itu tidak cukup hanya diupayakan dengan memupuk kebersamaan saat membersihkan lingkungan tempat tinggal pada momen menyambut datangnya Agustus. Jiwa gotong royong itu harus diduplikasi pada semua aspek kehidupan.
Di semua momen, keadaan, dan tingkatan, kebersamaan dalam ikhtiar mewujudkan cita-cita bersama untuk kemajuan bangsa harus menjadi pegangan dan panduan kolektif seluruh elemen bangsa ini. Artinya, semua elemen bangsa harus lebih mengutamakan kepentingan bersama, mulai dari lingkungan terkecil, seperti dengan tetangga, hingga di lingkup yang lebih besar sebagai kepentingan negara.
Jika semangat dan jiwa nasionalisme selalu menjadi pegangan bersama, maka tidak akan ada lagi penyimpangan dari setiap amanah yang kita emban, kecuali dengan satu tujuan besar, yakni untuk kemaslahatan bangsa yang lebih besar.
Karena itu, kalau perjuangan para pahlawan di masa kolonial mengandalkan fisik dan senjata untuk mengusir penjajah, maka perjuangan generasi masa kini adalah mengusir ego dari dalam yang selalu mengedepankan kepentingan pribadi dari pada kepentingan bersama sebagai bangsa.
Menanamkan nilai-nilai kejujuran dan mengedepankan kepentingan bangsa di atas segala kepentingan pribadi bagi anak-anak, harus dimulai dari lingkungan keluarga, dengan komitmen yang kuat, didukung oleh lingkungan yang lebih luas, termasuk di lembaga pendidikan.
Keluarga dan insan yang terlibat dalam lembaga pendidikan harus berjuang melawan segala bentuk ketidakjujuran yang mungkin dilakukan oleh anak-anak. Salah satu hal yang kelak akan berdampak besar bagi perilaku dan sifat anak ketika dewasa adalah menanamkan kejujuran dan tidak menggunakan sesuatu yang bukan haknya.
Meskipun upaya itu tampak sederhana, jika dilakukan terus menerus dan secara bersama-sama, pasti akan berdampak di kemudian hari, bulan, dan tahun. Semua perubahan besar, pasti dimulai dari hal-hal kecil. Mari kita merdekakan diri dan generasi mendatang dari jeratan ego.