Asal Usul Desa Trangsan di Sukoharjo Jadi Pusat Sentra Rotan Sejak 1927, Disebut Desa Wisata Rotan
Rifatun Nadhiroh August 05, 2025 01:32 AM

TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Desa Trangsan di Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, dikenal luas sebagai Desa Wisata Rotan sekaligus pusat kerajinan rotan terbesar di Jawa Tengah dan nomor dua di Indonesia.

Namun, sedikit yang tahu bahwa desa ini memiliki sejarah panjang yang mengakar sejak masa kolonial.

Terletak sekitar 10–15 km di barat laut pusat kota Sukoharjo, Desa Trangsan telah dikenal sebagai pusat kerajinan rotan sejak tahun 1927, yang terus berkembang hingga saat ini.

Saat itu, masyarakat mulai beralih dari sektor pertanian ke pengolahan rotan karena lahan pertanian yang semakin berkurang dan jumlah penduduk yang meningkat.

Perkembangan industri rotan di desa ini tak lepas dari peran Keraton Kasunanan Surakarta yang memberikan dukungan dan membuka peluang pengolahan rotan di wilayah ini.

Berkat dukungan tersebut, Desa Trangsan bertransformasi menjadi sentra industri rotan yang mampu bertahan dan terus berkembang hingga kini.

Terletak di Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, desa ini berada di sebelah barat daya Kota Surakarta dan dapat dijangkau dalam waktu sekitar 30 menit dari pusat kota.

Sebagai sentra rotan terbesar di Jawa Tengah dan nomor dua di Indonesia, Desa Trangsan memiliki sejarah panjang dalam keterampilan pembuatan mebel dan kerajinan rotan.

Awalnya, keterampilan ini diwariskan secara turun-temurun dan dikerjakan secara rumahan oleh penduduk setempat.

Kini, selain menjadi pusat produksi rotan berskala besar yang terbuka untuk berbagai peluang kerja sama dalam industri permebelan, Desa Trangsan juga berkembang sebagai destinasi wisata alternatif.

Pengunjung tidak hanya dapat melihat proses pembuatan kerajinan, tetapi juga mengikuti wisata edukasi yang memungkinkan individu, kelompok, maupun komunitas untuk mengenal, mempelajari, bahkan mempraktikkan langsung keterampilan mengolah rotan di lapangan.

Masa kejayaan industri rotan Trangsan terjadi pada awal 1990-an hingga awal 2000-an, ketika desa ini berhasil menembus pasar internasional dan masuk dalam 8 besar pemasok mebel rotan dunia pada 2006.

Produk-produk rotan buatan Trangsan dikenal unik, memiliki karakter khas, dan diminati hingga mancanegara.

Hingga saat ini, lebih dari 600 penduduk atau 30 persen warga Desa Trangsan berprofesi sebagai pengrajin rotan.

Industri ini tidak hanya mengangkat perekonomian warga setempat, tetapi juga memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat dari daerah sekitar seperti Wonogiri dan Klaten.

Seiring waktu, Desa Trangsan pun berkembang menjadi Desa Wisata Rotan, di mana pengunjung dapat melihat langsung proses pembuatan mebel rotan, berinteraksi dengan pengrajin, hingga membeli produk rotan berkualitas.

Setiap tahunnya, desa ini mampu menarik 6.000–7.000 pengunjung, sebagian besar pelajar yang datang untuk belajar sejarah dan keterampilan pengolahan rotan.

Berada tak jauh dari Stasiun Gawok yang dilalui KRL Jogja–Solo, Desa Wisata Rotan Trangsan buka setiap Senin hingga Sabtu pukul 09.00–16.00 WIB, menjadi destinasi yang menyuguhkan bukan hanya kerajinan, tetapi juga jejak sejarah panjang industri rotan di Indonesia.

(*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.