4 Fakta Penghapusan Mural One Piece di Sragen yang Disaksikan TNI-Polri
Endra Kurniawan August 05, 2025 10:33 AM

TRIBUNNEWS.COM - Beredar video yang menunjukkan penghapusan gambar serial anime asal Jepang, One Piece, yang disaksikan oleh petugas TNI-Polri.

Dalam video itu, terlihat seorang pria berkaus hitam menutup kembali gambar One Piece itu dengan menggunakan cat berwarna putih.

Mural dari serial yang berkisah mengenai bajak laut tersebut digambar dengan ukuran yang cukup besar.

Setelah ditelusuri, penghapusan mural One Piece tersebut terjadi di Desa Jurangjero, Kecamatan Karangmalang, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.

Berikut sejumlah fakta dalam kejadian ini yang dirangkum oleh Tribunnews.com:

1. Disaksikan TNI-Polri

Bayan Desa Jurangjero, Sugito, membenarkan penghapusan mural One Piece itu.

"Sudah dihapus kemarin, ada dari Polres, Polsek, TNI, yang hapus karang taruna, yang gambar sepertinya karang taruna," katanya kepada TribunSolo.com, Senin (4/8/2025).

"Iya benar ditutup lagi, ya intinya dipanggil terus dihapus," lanjutnya.

Sugito menyatakan tak mengetahui siapa yang meminta untuk menghapus mural itu.

"Saya tidak tahu siapa yang menyuruh, saya datang ke sana, sudah dihapus, hapusnya kemarin, hari Minggu (3/8/2025), jam 13.30 WIB," jelasnya.

Lebih lanjut, ia mengaku tidak mengetahui secara pasti kapan mural One Piece tersebut digambar.  

2. Pemuda Didatangi TNI-Polri saat Tidur

Ketua Karang Taruna setempat Supriyanto mengatakan, mural tersebut baru digambar para pemuda pada Sabtu (2/8/2025) malam.

Menurutnya, mural itu dibuat setelah warga melaksanakan kerja bakti untuk menyambut HUT ke-80 RI.

Ia menjelaskan bahwa mural One Piece dibuat bukan untuk tujuan tertentu, melainkan hanya sebagai bentuk ekspresi para pemuda yang suka terhadap karya Eiichiro Oda tersebut.

"Setelah itu, teman-teman menggambar, ya sudah menggambar itu, tidak ada niat apa-apa, karena mereka suka nonton film itu. Itu ekspresi dalam rangka memeriahkan HUT ke-80," ujarnya, Senin.

Pada Minggu 3 Agustus 2025, Supriyanto mengatakan, dirinya yang sedang tidur didatangi aparat. 

Mereka meminta supaya mural One Piece dihapus. Supriyanto lantas menghapus sendiri mural tersebut.

"Lalu saya tanya, memang ada masalah apa, Pak? Dari pihak berwajib bilangnya sebenarnya tidak apa-apa, cuma untuk saat ini, One Piece lagi viral, lalu diminta menghapus," jelasnya.

Setelah itu, sambung Supriyanto, ia menutup kembali gambar tersebut dengan menggunakan cat putih sisa malam sebelumnya. 

3. Kekecewaan Para Pemuda

Ketua RT setempat Ranto mengatakan, gambar di badan jalan sudah dilakukan para pemuda setiap tahun.

Hal itu, jelasnya, dilakukan sebagai bentuk penyaluran kreasi mereka dalam bidang seni.

"Memang apakah dilarang seperti itu? Kita nggak tahu, bendera kan tidak boleh, untuk gambar saya perbolehkan, kreasi anak muda, setiap tahun ada kegiatan seperti itu."

"Saya tidak melarang, di sini bebas untuk berkreasi, memang untuk menyalurkan kreasi, tidak ada unsur yang lain," ujarnya, Senin.

Menurut Ranto, para pemuda kecewa atas penghapusan mural One Piece tersebut.

"Pemuda ada yang kecewa itu untuk ingin memeriahkan hari merdeka ini, kegiatan pemuda banyak yang positif, itu kan dilaksanakan hari H, ada kegiatan jalan santai, kalau ini untuk awal-awal ikut gotong royong, pasang bendera, pengecatan jalan, untuk menghidupkan kemeriahan kemerdekaan."

"Mereka cuma ingin berkreasi berbentuk gambar, anak-anak muda kan pengalamannya lebih luas, jadi saya tidak melarang kegiatan kepemudaan itu, yang penting tidak ada unsur negatif, pihak RT, tokoh masyarakat juga ikut senang, karena gambarnya menjadikan kemeriahan HUT RI jadi lebih hidup," ungkapnya.

4. Dandim Sebut TNI-Polri Tak Larang Demokrasi

Komandan Kodim (Dandim) 0725/Sragen, Letkol Inf Ricky Julianto, menegaskan TNI-Polri tak melarang kebebasan kepada masyarakat.

Menurutnya, Babinsa yang terekam dalam video itu hanya memonitor kondisi di lokasi.

Ia membantah jika Babinsa melakukan pengawasan atau intervensi dalam kegiatan itu.

"Terkait video yang beredar tersebut Babinsa hanya melaksanakan tugas memonitor dan hadir dalam setiap perkembangan situasi di wilayahnya."

"Jadi tidak ada pengawasan atau intervensi kepada pihak manapun untuk melaksanakan kegiatan tersebut dan penghapusan mural yang dilakukan oleh masyarakat setempat," kata Ricky kepada Tribunnews.com, Senin.

Ricky menyebut pihaknya hanya ingin menjaga situasi di masyarakat supaya tak terjadi upaya memecah belah persatuan jelang HUT ke-80 RI sehingga ia membantah adanya pelarangan kebebasan berdemokrasi di masyarakat.

"Sebagai konfirmasi bahwa tidak ada pihak TNI-Polri melarang kebebasan demokrasi. Kita hanya ingin menjaga agar tidak ada upaya pihak-pihak tertentu yang ingin memecah belah persatuan bangsa dalam rangka menyambut HUT ke-80 Kemerdekaan RI," tegasnya.

Ricky lantas mengimbau masyarakat Sragen supaya menghias desa dengan nuansa merah putih dalam rangka memperingati HUT RI.

Ia pun kembali menegaskan bahwa imbauan ini bukan bentuk represifitas TNI terhadap masyarakat.

"Jadi kami juga berharap tidak ada yang menarasikan imbauan bahwa kami di wilayah Sragen ini sebagai suatu tindakan yang mengancam demokrasi," jelasnya.

Ia juga membantah bahwa penghapusan mural itu merupakan keputusan sepihak dari pihak Dandim/075 Sragen.

Menurut Ricky, hal itu sudah disepakati oleh aparat, perangkat desa, dan warga setempat.

Ia menyebut keputusan yang disepakati bahwa dalam menyambut HUT RI, ruang publik seharusnya dihiasi dengan simbol kenegaraan dan bukan gambar-gambar yang tidak relevan.

"Mengingat saat ini berada dalam momen penting menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80, di mana ruang publik semestinya diisi dengan simbol-simbol resmi kenegaraan seperti bendera Merah Putih, bukan gambar-gambar dari tren budaya populer yang tidak relevan dengan semangat nasionalisme," jelasnya.

Ricky mengeklaim para pihak sepakat sepakat untuk menghapus mural One Piece tanpa paksaan.

Ia menyebut dilakukan pendekatan persuasif kepada pihak yang menggambar mural tersebut agar mau menghapusnya.

"Proses penghapusan dilakukan dengan tertib, baik-baik, serta disertai dengan edukasi mengenai pentingnya menjaga citra (semangat nasionalisme) dan simbol-simbol di ruang publik terutama di momen kebangsaan," jelasnya.

(Deni/Yohanes)(TribunSolo.com/Septiana Ayu Lestari)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.