Grid.ID -Asal usul mikrofon di momen proklamasi kemerdekaan Indonesia disorot jelang HUT ke-80 RI. Akhirnya terungkap asalnya.
Mikrofon yang digunakan Ir Soekarno atau Bung Karno membacakan teks proklamasi Indonesia sangat bersejarah namun kini tak diketahui keberadaannya. Mikrofon atau pengeras suara mempunyai peran penting saat Presiden Soekarno membacakan teks proklamasi.
Asal usul mikrofon i momen proklamasi kemerdekaan Indonesia disorot jelang HUT ke-80 RI. Kira-kira dari mana asalnya?
Pada pagi buta tanggal 17 Agustus 1945, dua pemuda berkeliling kota dengan mobil, dengan satu tujuan: meminjam mikrofon. Dua pemuda tersebut, yang diketahui bernama Wilopo dan Njonoprawoto, sebagaimana diceritakan oleh Sudiro dalam bukunya Saya Sekitar 17 Agustus '45 yang diterbitkan Yayasan Idayu Jakarta, akhirnya bertemu dengan Gunawan dari Radio Satriya.
Gunawan adalah pemilik mikrofon yang nantinya digunakan dalam pembacaan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Namun saat bertemu Gunawan, baik Wilopo maupun Njonoprawoto sama sekali tidak menjelaskan alasan sebenarnya di balik peminjaman mikrofon tersebut.
Gunawan sendiri dikenal sangat terampil. Mikrofon dan tiang penyangganya adalah hasil karyanya sendiri. Bahkan pengeras suara dan band-nya dibuat dari bahan sederhana seperti bungkus rokok. Sejauh mana transformasi bisnis Indonesia? Simak dalam Kompas 80 Tahun Indonesia. Pesan sekarang juga!
Karena Wilopo dan Njonoprawoto tidak paham cara merakit peralatan tersebut, Gunawan kemudian meminta saudaranya yang bernama Sunarto untuk ikut membantu. Baru di dalam mobil, Sunarto diberi tahu bahwa mikrofon itu akan digunakan untuk pembacaan naskah proklamasi.
"Jadi tidak benar bahwa mikrofon satu-satunya yang dipakai dalam proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 itu merupakan hasil curian dari Belanda. Itu tidak sesuai fakta," kata Sudiro, salah satu pejuang kemerdekaan.
Sesampainya di Pegangsaan Timur Nomor 56, lokasi dibacakannya teks proklamasi, Sunarto langsung memasang mikrofon tersebut.
"Peralatan sudah siap: mikrofon telah terpasang, tiang bendera dari bambu lengkap dengan katrol dan tali sederhana untuk mengibarkan Merah Putih juga sudah tersedia. Para tamu pun telah hadir," tulis Latief Hendraningrat, yang saat itu bertugas menjaga keamanan selama acara berlangsung.
Setelah upacara selesai, mikrofon itu segera dikembalikan kepada Gunawan. Setelah digunakan dalam momen bersejarah tersebut, mikrofon milik Gunawan itu berpindah-pindah lokasi mengikuti pemiliknya.
Gunawan sempat menetap di Solo pada tahun 1946. Sesekali, ia memperlihatkan mikrofon tersebut kepada sahabat-sahabat dekatnya, namun tidak pernah lagi digunakan.
Beberapa kali ada yang ingin membelinya, namun ia selalu menolak. Hingga pada tahun 1960, Gunawan menyerahkan mikrofon tersebut kepada Harjoto, Sekretaris Jenderal Kementerian Penerangan, dengan maksud agar benda itu bisa diberikan kepada Presiden dan disimpan di Monumen Nasional.