Fumi Takeshita menjadi salah satu penyintas bom atom Nagasaki. Dia menyaksikan bagaimana bom atom itu membuat kotanya nyaris tak bersisa.
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Fumi Takeshita adalah satu penyintas bom atom Nagasaki. Saat ini usianya sudah sudah 80an tahun, ketika Fat Man dijatuhkan oleh penerbangan Amerika Serikat pada 9 Agustus 1945 dari atas kota Nagaski, dia masih anak-anak.
Meski begitu, dia masih mengingat dengan jelas bagaimana kotanya hancur lebur tak bersisa.
"Saya melihat cahaya yang sangat kuat masuk dari jendela. Warnanya putih, atau mungkin kuning? Begitu kuatnya sampai saya tidak bisa membuka mata," ujarnya, sebagaimana dilaporkanIndependent.co.uk.
"Sehari setelah kejadian, (ayah saya) berjalan melewati hiposentrum, daerah Urakami, dan mendengar banyak orang berteriak minta tolong. Banyak tumpukan mayat. Bangunan-bangunan runtuh ke tanah dan tampaknya tidak ada yang tersisa. Saya mendengar itu dari nenek saya. Dia berkata, 'Fumi-chan, ingat cahaya yang kamu lihat kemarin? Karena itu, tidak ada yang tersisa di Urakami, dan banyak orang tewas.'"
Fumi Takeshita sekarang mengoleksi barang-barang terkait pengeboman tersebut, yang banyak di antaranya dia gali dari tanah dengan tangan kosong. Takeshita yakin terkait pentingnya melestarikan bukti fisik pengeboman Nagasaki, yang dikenal sebagai "sisa-sisa Hibaku" itu.
"Nagasaki hampir tidak bersisa. Saya sudah bersuara keras agar terdengar demi melindungi sisa-sisa itu, tapi sebagian besar sudah hilang," katanya.
Kiwari, ada 55 lokasi yang ditandai sebagai"Sisa-sisa Hibaku", termasuk jembatan dan pepohonan. Tapi para pejabat mengatakan mereka juga harus mempertimbangkan kebutuhan kota dan menyeimbangkan antara pelestarian dan pembangunan.
"Saya menderita kanker paru-paru dan diberi tahu bahwa saya mungkin tidak dapat melihat bunga sakura tahun ini," kata Takeshita. "Tapi saya berhasil. Seperti saya, para hibakusha (penyintas bom atom) tidak punya banyak waktu tersisa. Melestarikan sesuatu memiliki pesan yang kuat. Terlepas dari semua kesaksian, saya yakin hal itu lebih meyakinkan dan dapat menyampaikan, misalnya, panas yang melelehkan benda-benda ini, apalagi manusia."
Ayako Ishii yang ditolak cintanya
Jika Fumi Takeshita adalah penyintas dari Nagasaki, Ayako Ishii adalah penyintas dari Hiroshima. Karena berasal dari kota pertama yang dibom atom itu, Ayako Ishii bahkan sampai ditolak cintanya.
Pada 6 Agustus 1945, Ayako masih 19 tahun. Bom dahsyat meledak sekitar 1,2 kilometer dari rumahnya. Gelombang kejut telah melontarkannya sejauh tiga rumah.
Tapi beruntung dia hanya mengalami luka ringan. Meski demikian, dia masih sangat trauma jika mengingat peristiwa tersebut. “Ada banyak hal yang bisa saya katakan, tapi saya tidak bisa, hati saya sudah tertutup dan saya pasrah,” ujarnya kepada AP pada 2015 lalu.
Setelah itu semua berjalan seperti biasanya, sampai akhirnya trauma itu kembali lagi. Sama seperti gadis berusia belasan tahun akhir lainnya, Ishii mengalami jatuh cinta untuk pertama kalinya. Pria yang berhasil mencuri perhatiannya adalah gurunya sendiri.
Tapi nahas, kisah cintanya pupus. Saat keluarga sang guru itu mengetahui bahwa Ishii berasal dari Hiroshima, mereka melarang hubungan itu. Jujur, Ishii masih kerap menitikan air mata ketika mengingat peristiwa tersebut.
Bom atom yang dijatuhkan dari pesawat pembom B-29 milik Amerika Serikat di Hiroshima telah membuat masa depannya berubah menjadi kisah sedih semata. Saat usianya mendekati 30 tahun, Ishii akhirnya membuat kesimpulan. Diatidak akan memiliki seorang suami atau anak.
Oleh sebab itu, ia memutuskan untuk hidup mandiri. Hingga akhirnya mendapatkan pekerjaan sebagai operator sebuah perusahaan telepon. Setelah pensiun, dia pergi ke panti khusus korban bom atom, dan di sana ia akhirnya menemukan kedamaian.
Bom atom itu tidak hanya meluluhlantakkan Jepang. Lebih dari itu, bom itu juga meninggalkan luka mental bagi para korbannya. Dan Ishii mengalami itu, ia—dan para korban lainnya—terdiskriminasi karena radiasi yang mereka alami dianggap dapat menyebabkan penyakit dan cacat lahir.
Meski hingga kini efek jangka panjang dari bom itu masih belum jelas, mereka, para korban itu, kerap dikaitkan dengan bahaya kanker dan penyakit mematikan lainnya. Itulah yang menyebabkan mereka disingkirkan dari kehidupan sosial mereka. Dan Ishii harus ditolak cintanya karena dianggap sebagai terdampak langsung radiasi bom tersebut.