Puncak kasus chikungunya terjadi di setiap musim hujan. Dalam grafik Kementerian Kesehatan RI, peningkatan paling pesat terjadi di periode tersebut. Pada 2025 misalnya, kenaikan signifikan dilaporkan di pekan pertama hingga pekan ke-9.
"Suspek chikungunya pada tahun 2025 mengalami kenaikan drastis. dibandingkan minggu yang sama pada tahun 2023 dan 2024. Hal ini sejalan dengan pola musim penghujan di Indonesia," terang Kemenkes RI dalam laporannya, dikutip Selasa (12/8/2025).
Meski begitu, kasus chikungunya disebut sudah terus menurun di dua bulan terakhir. Sebagai catatan, ada lima provinsi yang melaporkan kasus chikungunya terbanyak, peringkat pertama ditempati Jawa Barat.
Berikut data Kemenkes RI sepanjang 2025 hingga pekan ke-30:
- Jawa Barat: 6.674 kasus
- Jawa Tengah: 3.388 kasus
- Jawa Timur: 2.903 kasus
- Sumatera Utara: 1.074 kasus
- Banten: 838 kasus
Sementara DKI Jakarta 'hanya' mencatat 144 kasus.
Perbandingan kasus dengan negara lain:
China
Hampir 8.000 orang di China bagian selatan terjangkit chikungunya sejak pertengahan Juni, menurut para pejabat setempat, meskipun wabah tersebut tampaknya telah mencapai puncaknya.
Sebagian besar kasus di China tergolong ringan tanpa laporan kematian, kata Pusat Pengendalian Penyakit China. Penyakit yang menyakitkan tetapi jarang berakibat fatal, menyebar melalui gigitan nyamuk Aedes, yang kini meluas wilayah penyebarannya di China, salah satunya karena pengaruh perubahan iklim.
Singapura
Dikutip dari CNA, otoritas Singapura meningkatkan kewaspadaan pasca terjadi peningkatan jumlah kasus chikungunya di Singapura dalam beberapa bulan terakhir.
Terdapat 17 kasus demam chikungunya di Singapura sejak awal tahun hingga 2 Agustus, Badan Penyakit Menular Singapura dalam laporan yang terakhir dirilis 7 Agustus.
Jumlah ini meningkat dua kali lipat dari delapan kasus yang tercatat pada periode yang sama di 2024 dan melampaui total kasus pada 2024 yang saat itu berjumlah 15 pasien.