TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebanyak 10 orang relawan dari berbagai BUMN 'turun gunung' ke pelosok demi memperkuat ekonomi desa melalui sektor pertanian, pemberdayaan UMKM dan pengembangan wisata berbasis kearifan lokal.
Agenda yang diinisiasi PT Danareksa (Persero) atau Holding BUMN Danareksa bersama PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) tersebut dilakukan di Desa Medanglayang, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Selama empat hari, mulai 14 hingga 17 Agustus 2025, 10 relawan dari berbagai BUMN terjun langsung mendampingi warga Desa Medanglayang melalui serangkaian kegiatan yang digelar, antara lain pelatihan pembukuan untuk UMKM, pengolahan kopi, budidaya jamur, literasi keuangan bagi siswa SD, renovasi sekolah, penghijauan, hingga beautifikasi Jembatan Karsa Mekar (Sekardana).
Adapun kesepuluh relawan tersebut berasal dari ASDP, BTN, IFG, Kilang Pertamina Internasional, PLN Indonesia Power, PTPN1, PTPN4, Sang Hyang Seri, Sinergi Gula Nusantara, dan Wijaya Karya.
Desa Medanglayang diketahui dikenal memiliki potensi di bidang pertanian, seperti kopi, jamur, dan talas, serta destinasi wisata alam seperti Puncak Jamiaki, Puncak Puspa, dan Curug Jami. Keindahan alam ini dilengkapi kekuatan budaya lokal seperti kesenian Sisingaan dan Calung yang menjadi daya tarik wisatawan.
Direktur Manajemen Risiko merangkap Plt. Direktur Keuangan PT Danareksa (Persero) Avianto Istihardjo mengatakan relawan bakti BUMN merupakan komitmen nyata Holding BUMN Danareksa dan PPA untuk memberikan kontribusi langsung kepada masyarakat melalui transfer pengetahuan dan keterampilan. "Program yang digagas Kementerian BUMN ini juga memberikan pengalaman berharga bagi para relawan yang terjun dan berinteraksi langsung dengan masyarakat melalui kolaborasi yang berkelanjutan," ujar Avianto dalam pernyataannya yang diterima Tribun, Minggu(17/8/2025).
Dalam menjalankan rangkaian kegiatannya, Holding BUMN Danareksa dan PPA didampingi oleh Kementerian BUMN, serta menggandeng Universitas Galuh, Pemerintah Desa Medanglayang, dan komunitas lokal. Sinergi ini diwujudkan dalam konsep “Medanglayang Berdaya” yang mengintegrasikan sektor agrikultur, industri rumah tangga, dan pariwisata berkelanjutan di Bumi Pamijahan.
Avianto menambahkan, konsep ini diimplementasikan melalui strategi bersama untuk menjadikan Medanglayang sebagai desa yang mandiri dan berdaya saing. Mulai dari penguatan kapasitas petani kopi dan jamur, pendampingan UMKM, hingga promosi potensi wisata, seluruh program dirancang untuk memberi dampak jangka panjang bagi masyarakat. Sebagai contoh, desa ini memiliki perkebunan kopi arabika yang luasnya mencapai 90 hektar dan menghasilkan 16.000 kg kopi per tahun yang diekspor ke seluruh dunia.
Potensi ini dapat dikemas dengan konsep agrowisata melalui wisata alam Puncak Jami Aki yang menawarkan pemandangan indah dan area perkemahan, serta menjadi tempat untuk menikmati sunset dan pemandangan dua kota, Tasikmalaya dan Ciamis.
Kepala Desa Medanglayang, Ada Suhada, menyambut baik hadirnya program ini. “Kami merasa bangga karena desa kecil kami dipilih sebagai tuan rumah Relawan Bakti BUMN. Kehadiran relawan memberi energi baru bagi masyarakat, bukan hanya dari sisi infrastruktur dan pelatihan, tetapi juga semangat kebersamaan. Harapan kami, program ini menjadi langkah awal menjadikan Medanglayang lebih mandiri, berdaya, dan dikenal luas sebagai desa wisata berbasis budaya,” ujarnya.
Rangkaian Relawan Bakti BUMN Batch VIII akan mencapai puncaknya pada 17 Agustus 2025. Bertepatan dengan HUT ke-80 Kemerdekaan RI, relawan bersama warga akan menggelar upacara bendera di Lapangan Pamijahan, dilanjutkan dengan pentas seni kolaborasi warga dan relawan, bazar UMKM, lomba rakyat khas 17-an, hingga penutupan resmi program.
“Momentum ini tidak hanya menjadi perayaan kemerdekaan, tetapi juga simbol kebersamaan antara BUMN, relawan, dan masyarakat dalam menghidupkan semangat gotong royong dan kemandirian desa. Dengan kolaborasi lintas pihak dan semangat masyarakat, Relawan Bakti BUMN Batch VIII di Medanglayang diharapkan menjadi tonggak lahirnya desa yang lebih mandiri, produktif, dan berdaya saing, selaras dengan Asta Cita,” tutup Avianto.