Balita perempuan bernama Raya dari di Sukabumi, Jawa Barat, meninggal dunia setelah terinfeksi cacing. Pemeriksaan menunjukkan terdapat cacing gelang atau ascaris lumbricoides di tubuhnya, memicu kondisinya tak stabil dan meninggal.
Dokter IGD RSUD Syamsudin dr Irfan mengatakan Raya datang ke rumah sakit dalam kondisi kekurangan cairan berat. Saat diperiksa, ada cacing keluar dari hidungnya.
"Infeksi bisa terjadi ketika telur cacing tertelan, baik melalui makanan, minuman, ataupun tangan yang kotor. Telur akan menetas di usus, lalu berkembang jadi larva yang bisa menyebar lewat aliran darah ke organ-organ, bahkan otak. Itu sebabnya pasien bisa tidak sadar," jelas dr Irfan.
Mengapa cacingan bisa fatal?
Cacingan umumnya dipicu parasit ascaris lumbricoides. Infeksinya bisa terjadi pada siapa saja, namun risikonya cenderung tinggi pada anak.
Paling sering, infeksi disebabkan oleh memakan makanan atau minum air yang terkontaminasi telur cacing gelang.
Askariasis dapat menyebabkan gejala seperti sakit perut, muntah, demam, dan batuk. Masalah kesehatan serius yang disebut komplikasi dapat terjadi jika banyak cacing tumbuh di dalam tubuh.
Anak-anak kecil sering bermain di tanah, dan infeksi dapat terjadi jika mereka memasukkan jari yang tidak dicuci ke dalam mulut. Infeksi yang jauh lebih jarang terjadi adalah setelah menghirup debu tercemar yang ada di udara.
Dikutip dari laman IDAI, kecacingan akan mengganggu status gizi orang yang terinfeksi dalam berbagai cara. Pertama, cacing memakan jaringan manusia, termasuk sel darah, yang menyebabkan hilangnya besi dan protein secara terus menerus.
Kedua, cacing meningkatkan malabsorpsi atau gangguan penyerapan berbagai nutrisi penting di dalam usus. Selain itu, cacing gelang (Ascaris lumbricoides) dapat mengganggu penyerapan vitamin A dalam usus. Beberapa jenis cacing tanah juga menyebabkan hilangnya nafsu makan, penurunan asupan gizi dan kebugaran fisik.
Secara khusus, cacing cambuk (Trichuris trichiura) dapat menyebabkan diare dan disentri, sedangkan cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale) menyebabkan kehilangan darah usus kronis yang dapat mengakibatkan anemia.
Cacing dewasa yang hidup di saluran intestinal jarang menimbulkan gejala klinis. Jika terdapat gejala klinis biasanya tidak khas yaitu mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi, lesu, tidak bergairah, dan kurang konsentrasi.
Efek yang serius terjadi bila cacing menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi usus (ileus). Selain itu cacing dewasa dapat masuk ke lumen usus buntu dan dapat menimbulkan apendisitis (radang usus buntu) akut atau gangren. Jika cacing dewasa masuk dan menyumbat saluran empedu dapat terjadi kolik, kolesistitis (radang kantong empedu), kolangitis (radang saluran empedu), pangkreatitis dan abses hati.
Meski infeksi cacing kerap ditemukan, kasus parah seperti yang dialami Raya sangat jarang hingga berujung kematian. Apalagi, pasien juga diduga mengalami komplikasi lain, yakni tuberkulosis meningitis, mengingat orang tua Raya sedang dalam pengobatan TB paru.