Jakarta (ANTARA) - Belasan warga Kepulauan Seribu mengikuti pelatihan atau sertifikasi selam level A2 (Advance) yang digelar oleh Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) Panggang Wisata Bahari sebagai upaya menjaga ekosistem laut di kawasan tersebut.

“Di wilayah kita banyak spot (titik) wisata air, mulai dari snorkeling hingga menyelam atau diving, karena itu sertifikasi sangat penting," kata Wakil Camat Kepulauan Seribu Utara Yulihardi di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, meskipun masyarakat berhadapan dengan laut setiap hari, tetap diperlukan teknik, aturan keselamatan, dan bahasa isyarat di bawah air yang harus mereka pahami.

Ia mengatakan sertifikasi selam berjenjang, mulai dari open water, advanced, hingga level rescue dapat membuat masyarakat lebih kompeten dan berdaya saing.

"Diharapkan pelatihan ini akan terus berlanjut dan ada pelatihan-pelatihan lainnya untuk menunjang pariwisata di Kepulauan Seribu," ujar Yulihardi.

Sementara itu, Ketua Pelaksana Ahmad Haerudin menuturkan pelatihan itu diikuti 15 perwakilan masyarakat dari hampir seluruh kelurahan di Kepulauan Seribu, mulai dari Pulau Untung Jawa, Pulau Pari, Pulau Tidung, Pulau Pramuka, hingga Pulau Kelapa.

Terhitung sejak 2017 hingga 2024, sebanyak 123 sertifikasi selam telah diberikan kepada masyarakat.

"Alhamdulillah, manfaatnya terasa karena hampir 80 persen peserta kini bekerja, baik sebagai tenaga kerja pariwisata maupun penyelam profesional,” tutur Ahmad.

Dia menambahkan pelatihan sertifikasi selam itu tidak hanya memperkuat ekosistem pariwisata bahari, tetapi juga membuka lapangan kerja baru bagi warga Kepulauan Seribu.

"Selain menjadi instruktur atau pemandu wisata selam, sejumlah alumni bahkan kini berkarier di bidang pemadam kebakaran dan tim penyelamatan air," ungkap Ahmad.

Salah satu warga Pulau Panggang Dedi Junaedi (40) mengaku kini bisa mendapatkan penghasilan Rp500.000 hingga Rp800.000 per hari dengan menjadi pemandu selam.

Dia menilai sertifikasi tersebut membuka pintu rezeki sekaligus menjaga laut.

"Karena kalau sudah bisa menyelam, rasa memiliki terhadap laut semakin kuat,” tegas Dedi.

Lebih lanjut, dia menjelaskan bagi masyarakat Kepulauan Seribu, pelatihan selam merupakan investasi jangka panjang. Selain menambah keterampilan, juga memperkuat identitas mereka sebagai tuan rumah wisata bahari.

“Dengan lisensi yang sah, kemampuan mereka diakui di manapun, bahkan bisa membuka peluang kerja lebih luas. Saya sendiri sudah merasakan manfaatnya, pernah dipercaya masuk tim rescue air karena punya lisensi selam,” terang Dedi.

Penyelenggaraan pelatihan selam bersertifikasi itu difasilitasi oleh Pertamina Nusantara Regas sebagai bagian dari program tanggung jawab sosial lingkungan (CSR).

Tenaga Ahli CSR Pertamina Nusantara Regas Affan Hidayat menegaskan program sertifikasi selam tersebut selaras dengan komitmen perusahaan dalam meningkatkan kapasitas masyarakat.

“Pulau Seribu adalah etalase wisata DKI Jakarta. Jangan sampai warga asli hanya jadi penonton, tapi harus ikut berperan dan merasakan manfaatnya. Karena itu, keterampilan selam menjadi penting, selain bidang lain, seperti kuliner dan jasa wisata,” jelas Affan.

Melalui pelatihan itu, warga tidak hanya memperoleh keterampilan teknis, tetapi juga jejaring kerja (networking) yang dapat membuka peluang baru.

"Kami berharap lulusan pelatihan ini dapat menularkan ilmunya kepada generasi berikutnya," sebut Affan.