Lemahnya Pendampingan Pasien TBC Anak Berkaca Kasus Kematian Balita Sukabumi
GH News August 22, 2025 08:09 PM
Jakarta -

Stop TB Partnership Indonesia (STPI) mengaku prihatin dengan laporan kasus balita di Sukabumi yang meninggal pasca cacing keluar dari hidung hingga bagian anus. Si anak juga diketahui memiliki riwayat tuberkulosis (TBC), saat ayahnya juga positif terpapar.

STPI menilai masih minimnya penanganan TBC di sejumlah daerah. TBC tidak hanya selesai dengan pemberian obat, tetapi dibutuhkan pendampingan khusus yang juga berkaitan dengan aspek medis, sosial, gizi, hingga administrasi.

"Kami sangat menyayangkan tragedi ini. Kasus ini adalah alarm keras bahwa pasien TBC, terlebih anak-anak, memerlukan perhatian khusus. Mereka tidak hanya membutuhkan obat, tetapi juga gizi yang cukup, akses identitas dan jaminan kesehatan, serta lingkungan yang mendukung proses penyembuhan," kata Direktur Eksekutif STPI, dr Henry Diatmo, dalam keterangan tertulis, Jumat (22/8/2025).

"Tanpa pendampingan komprehensif, risiko gagal sembuh atau bahkan kehilangan nyawa akan tetap tinggi."

Kasus kematian balita di Sukabumi juga dinilai mencerminkan gagalnya pemerintah memastikan layanan kesehatan dasar hingga edukasi gizi juga sanitasi ke masyarakat.

STPI menyoroti momen si anak kesulitan berobat lantaran terkendala administrasi kependudukan. Karenanya, tidak bisa langsung memanfaatkan layanan jaminan kesehatan.

Pihaknya meminta pemerintah pusat maupun daerah untuk bisa memastikan akses masyarakat untuk layanan pengobatan tidak lagi terkendala administrasi di masa mendatang.

"Menguatkan program kesehatan masyarakat, seperti pemberian obat cacing massal, edukasi sanitasi dasar, dan pemantauan gizi anak di wilayah rawan," sorot dia.

"Mengintegrasikan data kependudukan dengan layanan kesehatan agar tidak ada pasien yang terhalang mendapatkan hak pengobatan," pintanya.

Mereka berharap tidak ada lagi anak yang kehilangan nyawa akibat lemahnya sistem pendukung.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.