Balita di Sukabumi Raya Meninggal Bukan karena Cacingan, Kemenkes Ungkap Penyebabnya
Ayu Wulansari K August 27, 2025 11:34 AM

Grid.ID - Baru-baru ini kisahbalita Raya yang berasal dari Sukabumi menjadi perhatian publik. Ternyata Raya meninggal bukan karena cacingan, Kemenkes ungkap penyebabnya.

Seperti diketahui sebelumnya, bocah berusia 4 tahun bernama Raya, warga Desa Cinaga, Kecamatan Kabandunga, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, meninggal dunia setelah sempat koma selama 9 hari. Raya meninggal saat menjalani perawatan di rumah sakit, Senin (27/8/2025).

Ratusan cacing bersarang di tubuh mungil Raya. Entah sudah berapa lama cacing-cacing tersebut berada di dalam tubuhnya, karena cacing itu dikabarkan sudah bertelur sampai ke otak.

Namun penyebab utama Raya meninggal bukan karena cacingan, melainkan karena sepsis. Dalam keterangan Kemenkes, dr. Sianne, Sp. A, dokter yang menangani Raya, terungkap kondisi balita itu saat tiba di IGD.

Balita Raya sudah dalam kondisi tidak sadarkan diri sejak sehari sebelumnya. Selain itu, Raya juga sempat mengalami demam tinggi.

Selain demam, bocah itu juga mengalami batuk, satu hari sebelum dibawa ke rumah sakit. Raya rupanya telah bolak-balik menjalani pengobatan akibat demam dan batuk.

"Riwayat medis menunjukkan pasien telah menjalani pengobatan yang tidak jelas ke mana lebih dari sepuluh kali dalam tiga bulan terakhir oleh karena demam dan batuk,” ungkap dr. Sianne, dikutip dari Tribunnews.com.

Cacing dalam Tubuh Raya

Meski penyebab utama meninggalnya Raya bukan karena cacing, Kemenkes membenarkan bahwa terdapat banyak cacing gelang dewasa dalam tubuh Raya.

Namun hasil radiologi abdomen memperlihatkan bahwa tidak ada sumbatan. Maka petugas medis memberikan obat cacing albendazole, sehingga cacing-cacing keluar melalui buang air besar selama beberapa hari.

Terkait isu cacing yang keluar dari tubuh Raya mencapai 1 kilogram, dokter membantahnya. Sebab, cacing-cacing tersebut keluar secara bertahap.

“Kami tidak melakukan penimbangan karena keluarnya cacing berlangsung bertahap selama beberapa hari,” kata dr. Sianne.

TBC Paru Aktif hingga Meningitis

Dari hasil pemeriksaan radiologi toraks, Raya terdeteksi menderita TBC paru aktif dan pneumonia. CT scan kepala juga memperlihatkan adanya penyakit radang selaput otak atau meningitis.

Tim medis kemudian memberikan perawatan menyeluruh, mulai dari terapi anti TB, antibiotik, koreksi elektrolit, serta pemberian obat-obatan untuk mempertahankan tekanan darah dan denyut jantung.

Namun sayang, pada hari kesembilan dirawat, Raya mengembuskan napas terakhirnya, Senin (21/7/2025) pada pukul 14.24 WIB. Diagnosis kematian langsung balita Raya adalah karena sepsis.

Penyebab sepsis yang dialami Raya adalah karena malnutrisi berat kwashiorkor dan stunting, serta penyebab dasar meningitis TB stadium 3.

Penyebab Utama Kematian Raya

Balita Raya meninggal bukan karena cacingan, hal ini ditegaskan oleh Ketua Kolegium Parasitologi Klinik Prof. dr. Agnes Kurniawan, SP. Par. K. Ia menjelaskan bahwa pemicu kematian Raya adalah karena kondisi medis berat yang sebelumnya telah diderita pasien.

“Penyebab kematian bukan cacing. Pasien sudah masuk rumah sakit dalam kondisi kesadaran menurun," kata Prof. dr. Agnes.

Menurutnya cacing-cacing di dalam usus tidak sampai membuat terjadinya obstruksi atau sumbatan yang dapat mengakibatkan peritonitis (radang selaput usus). Sehingga dokter memberikan Albendazole, yang tidak langsung membunuh cacing, melainkan mengeluarkannya dari tubuh.

Berikutnya, dokter spesialis anak, Prof. dr. Anggraini, Sp.A(K) juga menyampaikan hal serupa. Menurutnya, berdasarkan hasil pemeriksaan, ditemukan adanya infeksi di susunan saraf pusat dan sepsis.

Prof. dr. Anggraini juga menegaskan bahwa cacing dewasa tidak sampai masuk ke otak, paru dan jantung pasien. Hal ini dikarenakan ukurannya yang besar, sehingga siklus hidup cacing gelang melalui pembuluh darah dan saluran napas.

"Larva cacing gelang memang memiliki siklus hidup melalui pembuluh darah dan saluran napas yang kadang menyebabkan gangguan nafas, namun tidak menyebabkan kematian," jelasnya.

Apa Itu Sepsis?

Sepsis adalah kondisi yang terjadi akibat peradangan yang disebabkan oleh infeksi. Kondisi ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kegagalan organ vital seperti ginjal dan paru-paru.

Peradangan tersebut menyebabkan terjadinya pembekuan darah yang menghambat aliran darah di arteri. Kondisi ini memicu kurangnya nutrisi dan oksigen dalam organ vital.

Apa yang terjadi saat Sepsis?

Saat istem imun melepaskan zat kimia untuk melawan infeksi, zat ini justru menyebabkan peradangan menyebar ke seluruh tubuh. Akibatnya, terjadi kerusakan jaringan, penurunan aliran darah, dan gagal organ seperti ginjal, paru-paru, atau jantung

Syok septik dapat diidentifikasi melalui kondisi sepsis yang parah dengan tekanan darah yang sangat rendah dan tidak dapat diatasi dengan pemberian cairan melalui infus. Pada kasus syok septik, kemungkinan kematian mencapai 50 persen

Beberapa tanda sepsis yang dapat dikenali antara lain:

• Kebingungan atau kehilangan arah.

• Kesulitan bernapas atau bernapas dengan cepat.

• Detak jantung yang cepat.

• Demam, menggigil, atau merasa sangat dingin.

• Nyeri atau rasa tidak nyaman yang parah.

• Kulit lembap atau berkeringat.

• Produksi urin yang berkurang.

Penjelasan Kepala Desa Soal Balita Raya

Kepala Desa Cianaga, Wardi Sutandi mengungkap kronologi dan penyebab tubuh bocah 4 tahun dipenuhi cacing hingga meninggal dunia. Menurut Wardi, sebelum diketahui sakit parah, bocah tersebut mengalami demam.

Raya kemudian dibawa ke puskesmas terdekat. Menurutnya, Raya sudah sering keluar masuk klinik dan puskesmas.

Setelah penyakitnya semakin parah, salah satu keluarga menghubungi tim relawan. Raya kemudian dijemput menggunakan ambulans. Namun keluarga tidak memiliki Kartu Keluarga (KK) maupun Kartu Tanda Penduduk (KTP).

“Dia punya penyakit demam, kemudian diperiksa ke klinik puskesmas terdekat, ternyata dia punya penyakit paru. Udah gitu (keluarga) dia enggak punya KK KTP sama sekali, desa tindak urus alhamdulillah. Cuman setelah penyakitnya makin parah, kemudian ada salah satu keluarga yang kenal dengan rumah teduh (filantropi) laporan, langsung dijemput pakai ambulans. Pemerintah desa sudah tahunya sampai situ. Tapi sebelum dibawa (rumah teduh), Raya ini sering keluar masuk klinik dan puskesmas,” ungkap Wardi, dikutip dari Kompas.com.

Setelah itu Raya dirawat selama sekitar sembilan hari di rumah sakit. Raya akhirnya meninggal dunia setelah menjalani perawatan tersebut.

“(Raya dikabarkan meninggal) saya kumpul, dan mayat tersebut datang. Dikuburkan malam hari,” lanjutnya.

Menurut Wardi, selama ini Raya dan kakaknya yang berusia 7 tahun seringkali diasuh oleh sanak saudaranya. Hal itu lantaran kedua orangtuanya tidak dapat merawat karena kondisinya yang tidak memungkinkan.

Ibunya mengalami gangguan kejiwaan, sedangkan ayah Raya menderita penyakit TBC, yakni penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium Tuberculosis.

Wardi mengaku pihaknya sering mengontrol kondisi keluarga Raya dan sesekali membantu rezeki. Namun karena minim pengawasan, Raya akhirnya sakit parah hingga meninggal dunia.

“Iya sering kita kontrol, kalau ada rezeki juga sedikit kita suka kasih, kan orangtuanya enggak bisa kerja juga. Tapi yang namanya penyakit juga kan kita enggak tahu, untuk Raya dan kakaknya ini tidak seperti ortunya (yang mengalami keterbelakangan mental),” tegas Wardi.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.