Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Jakarta Barat (Pemkot Jakbar) mengembangkan empat potensi utama kawasan Glodok, Tamansari.
"Ada empat potensi pengembangan kawasan Glodok, yakni sentra perdagangan, museum hidup budaya Tionghoa, pusat kuliner dan simpul TOD (transit oriented development)," ujar Kepala Suku Badan Perencanaan Pembangunaan Kota (Subanpeko) Jakarta Barat, Agus Sunyoto di Jakarta, Senin.
Agus mengatakan, empat potensi pengembangan kawasan itu bertujuan mempertahankan dan memperkuat identitas kawasan Pecinan yang kaya akan budaya.
"Sesuai arahan Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, bahwa placemaking kawasan Glodok dilakukan seiring dengan selesainya proyek Mass Rappid Transit (MRT) fase 2A, pada tahun 2027," kata dia.
Untuk pengembangan pusat perdagangan, lanjut Agus, Kawasan Glodok Pancoran, terdapat banyak pertokoan. Mulai dari pertokoan elektronik, barang khas Tionghoa, pusat oleh-oleh hingga toko herbal.
"Kalau bisa kita branding, maka Glodok akan menjadi magnet buat wisatawan, terutama toko herbal yang lama dikenal masyarakat," ujarnya.
Potensi pengembangan berikutnya adalah 'Museum Hidup' Budaya Tionghoa. Karena kawasan Glodok, terdapat banyak wihara yang bisa dijadikan wisata religi, khususnya bagi umat Budha.
"Ada Vihara Dharma Jaya Toasebio, Vihara Dharma Bakti, dan sebagainya," ujarnya.
Selain itu, sambung Agus kawasan Glodok dikenal dengan aneka kuliner. Mulai dari kuliner jaman dulu (jadul), kekinian hingga ekstrim. Selain swike, ada kuliner ekstrim lainnya. Ada juga kopi legendaris, serta kuliner keikinian di Petak Enam," ungkapnya.
Potensi pengembangan keempat pada placemaking kawasan Glodok adalah simpul TOD.
"Nantinya area di sekitar Stasiun MRT Glodok akan dikembalikan menjadi pusat kegiatan pejalan kaki yang terintegrasi dengan moda transportasi publik," tambahnya.
Adapun secara koridor, Agus menyebut penataan kawasan Glodok terbagi dalam dua koridor, yakni koridor utama di Jalan Pancoran, dan koridor lingkungan di Pasar Glodok, Petak Sembilan, Petak Enam dan Gang Gloria.