Bandung (ANTARA) - Kabar duka memayungi langit Kota Bandung. Menjelang tengah malam tepatnya pukul 22.50 WIB, saat perpesanan di WhatsApp Group (WAG) mengabarkan Raden Darmawan Dajat Hardjakusumah yang akrab dipanggil Acil Bimbo meninggal dunia.
"Innalillahi wa Innailaihi Rojiun Allahumagfirlahu warhamhu waafihi wafuanhu wa akrim, Nudzullahu wa washi madkholahu. Telah berpulang ke pangkuan Sang Pencipta Kang Acil Bimbo pukul 22.22 WIB. Semoga Allah memberi ampunan dan diberi tempat terbaik di sisi NYA," demikian isi pesan singkat WAG tersebut.
Raden Darmawan Dajat Hardjakusumah menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung pada usia 82 tahun dan jenazahnya disemayamkan di rumah duka Jalan Biologi Nomor 4, Bandung, Jawa Barat..
Profil Acil Bimbo
Bagi pecinta musik, budaya sampai lingkungan, siapa tidak mengenal nama Kang Acil Bimbo. Untuk dunia musik, almarhum merupakan pentolan dari grup musik asal Kota Bandung, Bimbo yang didirikan pada sekitar tahun 1966.
Kang Acil bergabung bersama kakak adiknya, Sam Bimbo, Jaka Bimbo dan Iin Parlina. Lagu Bimbo bergenre tentang Cinta, bahkan lagu berjudul "Tuhan" sampai sekarang masih sering diperdengarkan di televisi terutama saat setiap Bulan Ramadhan.
Sejumlah lagu hits dari Bimbo yang tidak lekang oleh zaman, seperti, Sajadah Panjang, Melati dari Jayagiri, Flamboyan, Ada Anak Bertanya Pada Bapaknya, Ummat Manusia Bergembira, sampai Rindu Rosul.
Pada saat pandemi virus Corona, Bimbo juga menciptakan lagu berjudul "Corona" yang ditulis oleh Syam Bimbo, Acil Bimbo, dan Jaka Bimbo.
Meski demikian, lagu ini mendadak menjadi viral di dunia maya karena ada warganet yang menyebut Bimbo sudah menyanyikannya 30 tahun lalu.
Raden Darmawan Dajat Hardjakusumah atau Acil Bimbo dilahirkan di Bandung pada 20 Agustus 1943. Anak kedua dari 7 bersaudara dari pasangan Raden Dajat Hadjakusumah dan Uken Kenran. Ayahandanya, Raden Dajat Hadjakusumah pernah menjabat sebagai Kepala Biro Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA Biro Jawa Barat.
Acil Bimbo merupakan lulusan Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran tahun 1974 yang kemudian melanjutkan Pendidikan kenotariatan di Universitas Padjadjaran pada 1994.
Raden Darmawan Dajat Hardjakusumah atau Acil Bimbo dalam bermusik dipengaruhi oleh musisi luar negeri pada zamannya, seperti Robin Gribb, Everly Brothers, Cliff Richard, Tommy Steele, The Mills Brothers dan Paul Anka.
Acil Bimbo menikah dengan Ernawati dan dianugerahi 4 orang anak dan beberapa cucu, termasuk kedua kakak beradik mantan anggota grup JKT48, Hasyakyla Utami dan Adhisty Zara.
Tentang Budaya dan Lingkungan
Raden Darmawan Dajat Hardjakusumah atau Kang Acil Bimbo bukan hanya aktif di dunia musik saja, namun juga almarhum dikenal sebagai budayawan dan pecinta lingkungan seperti yang dibuktikan pernah menjabat sebagai Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Bandung Spirit pada tahun 2000.
Saat menjadi pembicara diskusi bersama dengan seniman dan budayawan sunda di gedung kesenian, Kota Tasikmalaya, Jabar, Selasa (28/7/2009), Kang Acil Bimbo menyebutkan orang sunda maupun orang yang bergelut di kebudayaan dan kesenian sunda dinilai sulit untuk mendapatkan rujukan tentang kesundaan.
"Sampai kini, hanya beberapa saja buku sejarah yang membahas tentang kebudayaan sunda," katanya.
Dijelaskan, permasalahan tersebut karena orang sunda sendiri lebih cenderung memegang budaya lisan dibandingkan budaya tulis sehingga kurang menyimpan banyak rujukan yang membahas kesundaan.
Selain itu kata Acil orang sunda dinilai kurang giat membaca sehingga sulit masyarakat sunda mengikuti kemajuan zaman yang sekarang ini semakin terus menunjukan perkembangan.
Pernyataan Kang Acil Bimbo dalam acara itu yang diberitakan oleh Antaranews, menegaskan bahwa almarhum begitu peduli dengan budaya.
Pernyataan menariknya pernah disampaikan dalam acara seminar tentang pemberdayaan kebudayaan tradisional, di Garut pada 28 Juli 2009 yang menyebutkan bahwa dewasa ini bangsa Indonesia sakit keras, yang nyaris seluruh tatanan sosial kehidupan berjalan abnormal, sebagai dampak terjadinya kemunduran budaya daerah yang tidak hanya berlangsung di seluruh Nusantara.
Padahal, katanya, kekuatan tradisional, seperti warga Sunda, pada budayanya yang semula "someah" (ramah-tamah) dan gotong royong, namun kini umumnya kebersamaan warga Sunda hilang menjadi lebih individualistis dan egois melebihi orang Barat (Eropa).
"Bahkan, menginjak ke bawah dan menjilat ke atas," kata Kang Acil.
Dia mengajak setiap warga Sunda untuk senantiasa "ngajaga lembur" (menjaga kampung), "akur jeung dulur" (bersahabat dengan siapa pun) dan "panceug dina galur" (patuh terhadap aturan dan etika), melalui jalinan silaturahmi mulai dari lingkungan tingkat RT/RW hingga ke kecamatan, katanya.
Demikian pula soal lingkungan yang ditunjukkan Kang Acil Bimbo saat mengkritisi kondisi hutan di Jawa Barat sudah rusak.
Dalam pemberitaan ANTARA News pada 12 Agustus 2010 menyebutkan kondisi hutan tersebut berada di Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkubanparahu.
Kang Acil menyebutkan kawasan Tangkubanparahu merupakan daerah hutan lindung dan masuk dalam Kawasan Bandung Utara (KBU).
Untuk itu, tidak sembarangan untuk melakukan pembangunan atau perubahan di kawasan tersebut karena harus memperhatikan aspek lingkungan dan kearifan lokal di wilayah tersebut.
Selamat tinggal Kang Acil Bimbo