Senin (1/9/2025), gempa bumi mengguncang Afghanistan timur.
Hingga Selasa (2/9/2025), tercatat sedikitnya 1.400 orang tewas akibat bencana alam tersebut.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa memperingatkan bahwa gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,0 tersebut berpotensi berdampak pada ratusan ribu warga.
"Kami memperkirakan jumlah individu yang terdampak berpotensi meningkat hingga hampir mencapai ratusan ribu," kata Koordinator Kemanusiaan PBB di Afghanistan Indrika Ratwatte, sebagaimana dilansir AFP.
Gempa pertama yang mengguncang kawasan pegunungan dekat perbatasan Pakistan tersebut diikuti sedikitnya lima gempa susulan.
Selain korban tewas, ribuan orang dilaporkan mengalami luka-luka akibat bencana tersebut.
"Jumlahnya pasti akan meningkat.
Tidak diragukan lagi bahwa tingkat korban jiwa akan meningkat secara eksponensial," ujar Ratwatte.
Mayoritas warga Afghanistan tinggal di rumah-rumah sederhana dari bata lumpur dan kayu yang mudah runtuh saat gempa.
"Ketika dinding runtuh, ataplah yang pada dasarnya membunuh mereka," ujarnya.
Ratwatte menjelaskan banyak korban tewas karena gempa terjadi saat malam hari, ketika sebagian besar warga sedang tidur.
Selain itu, gempa juga memicu tanah longsor dan runtuhan batu di berbagai titik sehingga akses menuju lokasi terdampak menjadi sangat terbatas.
"Tantangan terbesar adalah menjangkau daerah-daerah terpencil dengan akses jalan yang sangat rusak.
Kita membutuhkan helikopter untuk mengevakuasi korban luka serta mengerahkan tim SAR dan medis," ucapnya.
Afghanistan, yang puluhan tahun dilanda konflik, kini termasuk salah satu negara termiskin di dunia.
Krisis kemanusiaan yang berkepanjangan semakin parah akibat kekeringan serta masuknya jutaan warga Afghanistan yang dipulangkan dari Pakistan dan Iran dalam beberapa tahun terakhir.
Juru bicara Badan Pengungsi PBB Babar Baloch menyebut bahwa lebih dari 478.000 warga Afghanistan telah kembali dari Pakistan sejak April.
Dari jumlah itu, sekitar 337.000 orang melintasi perbatasan Torkham yang berdekatan dengan episentrum gempa.
Sementara itu, Ratwatte menambahkan, permohonan bantuan PBB sebesar 2,4 miliar dollar AS untuk Afghanistan pada 2025 baru terdanai 28 persen.
"Kita membutuhkan langkah besar dan mendesak dari komunitas internasional untuk menanggapi krisis ini," tegasnya.
Kerap dilanda gempa
Afghanistan memang kerap dilanda gempa karena berada di kawasan pegunungan Hindu Kush, titik pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan India.
Pada Oktober 2023, gempa berkekuatan magnitudo 6,3 melanda Provinsi Herat dan menewaskan lebih dari 1.500 orang.
Setahun sebelumnya, gempa berkekuatan magnitudo 5,9 di Provinsi Paktika menewaskan lebih dari 1.000 orang dan membuat puluhan ribu orang kehilangan rumah.
Situasi Afghanistan semakin sulit karena empat dekade perang, krisis kemanusiaan, dan pemangkasan bantuan luar negeri sejak Taliban kembali berkuasa pada 2021.
Program Pembangunan PBB mencatat sekitar 85 persen warga Afghanistan hidup dengan kurang dari satu dollar AS per hari. (*)