Grid.ID - Menjelang peringatan Maulid Nabi 2025, kenali tradisi sekaten yang kerap digelar oleh Keraton Surakarta dan D.I Yogyakarta. Ternyata telah digelar sejak abad ke-15.
Sekaten merupakan salah satu tradisi tahunan yang rutin digelar di Keraton Yogyakarta dan Surakarta. Khususnya di Surakarta, Sekaten digelar untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau Maulid Nabi.
Tradisi ini juga menjadi salah satu perayaan yang dinantikan oleh warga Solo setiap tahunnya. Melansir dari laman surakarta.go.id, sejarah tradisi Sekaten sangat erat kaitannya dengan sejarah penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.
Tercetusnya Tradisi Sekaten Saat Maulid Nabi 2025
Sekaten digunakan oleh Wali Songo sebagai strategi dakwah untuk menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Diketahui sebelumnya, Sekaten merupakan kelanjutan upacara tradisional yang dilaksanakan oleh raja-raja Jawa sejak zaman Majapahit.
Tradisi tersebut dilaksanakan sebagai bentuk upacara selamatan untuk menjaga keselamatan kerajaan. Namun perlahan tradisi tersebut berubah dan digunakan sebagai sarana untuk penyebaran agama Islam, khususnya di Jawa Tengah melalui media kesenian gamelan.
Gamelan dipilih lantaran saat itu menjadi salah satu hiburan yang digemari masyarakat Jawa. Sampai akhirnya perayaan Maulid Nabi pada acara sekaten tidak lagi dilakukan menggunakan rebana, namun menggunakan gamelan sebagai pengiring ketika melantunkan shalawat.
Di Keraton Surakarta, rangkaian acara Sekaten dimulai dengan membunyikan gamelan yang sebelumnya telah diarak dari Kori Kamandungan Lor Keraton Surakarta ke bangsal halaman Masjid Agung Keraton. Gamelan yang digunakan adalah gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari.
Dilansir dari Kompas.com, di Kota Solo sendiri, penyelenggaraan Sekaten juga diramaikan oleh pasar malam yang dibuka di Alun-alun Utara dan Alun-alun Selatan Keraton Surakarta. Pasar malam ini merupakan bagian dari upacara mangayubagya dalam rangka peringatan Sekaten.
Pada tahun 2025 ini, Maulid Nabi jatuh di tanggal 5 September 2025. Acara Sekaten yang digelar tiap tahun di Surakarta pun menjadi salah satu momen yang ditunggu masyarakat setempat.
Tercetusnya nama Sekaten sendiri diadaptasi dari kata syahadatain yang berarti persaksian (syahadat) yang dua. Kemudian kata tersebut mengalami perluasan makna.
Perluasan makna Sekaten di antaranya ada Sahutain yang memiliki arti menghentikan atau menghindari perkara dua, yaitu sifat lacur dan menyeleweng. Kemudian ada Sakhotain yang berarti menanamkan dua perkara yaitu selalu memelihara budi luhur.
Menghitung hari jelang Maulid Nabi 2025, tradisi Sekaten menjadi salah satu yang ditunggu‐tunggu, khususnya bagi masyarakat Surakarta atau Solo. Jauh sebelum populer seperti saat ini, Sekaten diketahui telah ada sejak abad ke-15.