Grid.ID - Maulid Nabi adalah peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, sosok agung yang menjadi panutan umat Islam di seluruh dunia. Maulid Nabi biasanya diperingati setiap 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriah setiap tahunnya.
Pada tahun 2025 ini, Maulid Nabi jatuh pada hari Jumat (05/09/2025). Maulid Nabi jadi momen yang tepat bagi umat Islam untuk kembali mengingat, meneladani, dan menghidupkan nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, apakah anda tahu mengenai sejarah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW? Serta bagaimana tradisi peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sampai di Tanah Air? Simak penjelasannya.
Sejarah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Perayaan Maulid Nabi awalnya irayakan oleh bangsa Arab sejak berabad-abad yang lalu. Melansir Tribunnews.com, dari Baznas tradisi memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW mulai dikenal pada masa Dinasti Fatimiyah di Mesir pada abad ke-11 M.
Saat itu, mereka merayakan Maulid Nabi untuk memperingati kelahiran Rasulullah sekaligus mempererat persatuan umat Islam. Siapa sangka, tradisi ini kemudian menyebar ke berbagai wilayah dunia Islam.
Bahkan peringatan Maulid Nabi turut diadopsi oleh berbagai budaya Muslim di Asia, Afrika, dan Eropa. Beberapa ulama mengatakan peringatan Maulid merupakan bentuk ekspresi cinta umat terhadap Rasulullah.
Menurut Imam Jalaluddin al-Suyuti, salah satu ulama terkemuka dalam sejarah Islam, memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW adalah amalan yang baik selama diisi dengan kegiatan yang sesuai dengan ajaran Islam, seperti pembacaan Al-Qur'an, salawat, dan pengajian (al-Suyuti, Husnul Maqsid fi Amalil Maulid).
Para ulama juga memperbolehkan perayaannya sebagai bagian dari kebiasaan baik selama tidak melanggar syariat. Hal ini diperkuat oleh pandangan Imam Ibn Hajar al-Asqalani yang menyebut bahwa memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW adalah salah satu cara umat Islam untuk mengenang kelahiran orang yang paling dicintai Allah (al-Asqalani, Fath al-Bari).
Sejarah Peringatan Maulid Nabi di Indonesia
Melansir Kompas.com, peringatan Maulid Nabi di Indonesia pertama kali dilakukan oleh Wali Songo pada 1404 M. Tujuan Wali Songo merayakan Maulid Nabi adalah untuk menarik hati masyarakat setempat saat itu untuk terpanggil memeluk agama Islam.
Saat itu, Wali Songo melihat pengorbanan yang dilakukan Raja Hindu di Jawa telah melanggar aturan Islam. Dalam tradisi Hindu-Buddha pada masa itu, jika suatu daerah terkena bencana mereka akan melakukan pengorbanan berupa penyembelihan kerbau sebagai tolak bala.
Hal ini yang kemudian mendorong Wali Songo memperkenalkan peringatan Maulid Nabi pada masyarakat setempat. Itulah mengapa, Maulid Nabi juga disebut sebagai perayaan Syahadatain, atau yang secara umum dikenal dengan istilah Sekaten.
Syahadatain adalah kesaksian dan pengakuan bahwa Allah merupakan satu-satunya Tuhan yang wajib disembah dan Nabi Muhammad adalah utusan Rasul Allah.
Lebih lanjut, dari berbagai macam versi, pada dasarnya sekaten dapat dipahami sebagai upacara dan ritual penabuhan gamelan yang diselenggarakan oleh Keraton Yogyakarta dan Surakarta untuk memperingati Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Sampai saat ini, Sekaten masih diselenggarakan di beberapa kota, salah satunya Yogyakarta dan Surakarta. Di Keraton Surakarta, rangkaian acara Sekaten dimulai dengan membunyikan gamelan yang sebelumnya telah diarak dari Kori Kamandungan Lor Keraton Surakarta ke bangsal halaman Masjid Agung Keraton.
Gamelan yang digunakan adalah gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari. Dilansir dari Kompas.com, di Kota Solo sendiri, penyelenggaraan Sekaten juga diramaikan oleh pasar malam yang dibuka di Alun-alun Utara dan Alun-alun Selatan Keraton Surakarta.
Pasar malam ini merupakan bagian dari upacara mangayubagya dalam rangka peringatan Sekaten. Acara Sekaten yang digelar tiap tahun di Surakarta pun menjadi salah satu momen yang ditunggu masyarakat setempat.